Serunya Menjelajah Kampung Suku Dayak Naik Rakit Bambu
Rabu, 10 Feb 2016 17:50 WIB

Pradikta Kusuma
Jakarta - Ada cara seru menjelajahi perkampungan Suku Dayak di Loksado, Kalimantan Selatan. Traveler bisa naik sampan bambu, atau yang populer disebut Bamboo Rafting.Sekitar 4 jam perjalanan dari Kota Banjarmasin, terdapat desa kecil bernama Loksado yang terletak di Hulu Sungai Selatan. Desa ini terletak di antara Pegunungan Meratus, serta hutan hujan ala Kalimantan yang lebat. Di sini juga tinggal Suku Dayak dengan segala tradisi yang masih terjaga hingga kini.Beberapa kali saya mengunjungi Kalimantan, juga Kota Banjarmasin, namun tak terlintas sama sekali akan mengunjungi Loksado. Biasanya saya hanya melihat sungai lebar, lahan gambut, serta pasar perhiasan di Martapura.Namun akhirnya, saya dan keluarga tiba juga di Kota Kandangan. Sebuah kota kecil di jantung provinsi Kalimantan Selatan yang terkenal akan ketupatnya. Bahkan, terdapat tugu ketupat besar sebelum kami memasuki jantung kota. Warung ketupat kandangan pun tersebar di sepanjang jalan, penasaran juga akan cita rasanya tak disangka pada saat berkunjung di rumah saudara kami pun disuguhi dengan ketupat kandangan asli.Ketupatnya berbentuk kecil dibandingkan ukuran ketupat lainnya. Disajikan dengan ikan haruan bakar bumbu santan. Ahhh, sungguh nikmat sajian satu ini membuat kami nambah dan nambah. Ada satu lagi yang khas dari Kandangan yaitu dodol kandangan, cocok untuk oleh-oleh.Dari Kandangan, perjalanan menuju Loksado pun dimulai. Menuju ke sini biasanya menggunakan kendaraan pribadi, karena belum ada angkutan umum yang langsung menuju Loksado. Jalan menuju Loksado cukup baik, Dinas Pariwisata setempat sedang mengembangkan potensi wisata di sini.Katanya, sebelum jalan ini dibuka, butuh waktu sampai 2 hari jalan kaki untuk mencapai Loksado. Sepanjang perjalanan kini kita bisa melihat panorama Pegunungan Meratus. Puncak Halau juga terlihat dari kejauhan. Puncak tertinggi Pegunungan Meratus ini berada di ketinggian 1.901 mdpl.Loksado punya beberapa pilihan wisata alam yang menarik. Salah satunya adalah Bamboo Rafting di Sungai Amandit Bawah. Selain itu ada juga rafting naik perahu karet di Sungai Amandit Atas, serta trekking menembus hutan selama 4 jam untuk menuju Air Terjun Malaris. Kita juga bisa melihat rumah adat Suku Dayak di pedalaman hutan Kalimantan.Di tepian Sungai Amandit inilah perjalanan Bamboo Rafting kami dimulai. Sekilas, tampak mengerikan karena jeramnya yang cukup kuat. Namun pemandu setempat meyakinkan kami, semuanya akan aman walaupun rafting tanpa life jacket sekalipun. Oleh karena itulah Ayah dan Ibu saya juga tertarik untuk mencobanya.Satu rakit dihargai Rp 250.000, bisa menampung 2 orang penumpang dan 1 pemandu. Namun bergantung pula pada kondisi sungai. Jika arus sedang deras, rakit yang digunakan juga semakin besar dengan kapasitas hingga 5 orang. Akhirnya kami menggunakan 3 rakit untuk 6 orang.'Balanting Paring', begitu warga lokal menyebut Bamboo Rafting ini. Dalam bahasa Banjar, 'lanting paring' digunakan untuk menyebut sebuah rakit bambu. Tiap rakit terdiri dari 16-20 batang bambu dengan panjang lebih dari 6 meter. Batang-batang bambu itu disatukan secara sejajar, dan diikat dengan tali.Pemandu alias joki berdiri di bagian depan rakit, dia memegang peranan sangat penting. Sambil memegang galah sekitar 3 meter panjangnya, dia berusaha keras mengendalikan laju rakit agar bisa melintasi jeram dengan selamat. Terkadang joki sampai harus melompat ke sungai agar ujung rakit bisa bermanuver di sela-sela batu. Terkadang juga joki seperti 'terangkat' naik karena menekan ujung galah yang terkena batu.Bukan hanya jeram yang bisa kita nikmati di sini, tetapi juga beragam pemandangan yang terhampar di sepanjang Sungai Amandit. Bukit-bukit yang tersebar menambah menarik perjalanan kami di atas rakit. Kami juga bisa melihat aktifitas warga Dayak Meratus di perkampungan pinggir sungai. Ataupun ladang berpindah khas Suku Dayak.Kami pun bisa melihat beragam vegetasi yang tumbuh di sepanjang aliran Sungai Amandit yang membelah hutan hujan Borneo. Ada yang menarik dari daerah ini, yaitu adanya anggrek khas Kalimantan yang sayangnya belum sempat kami saksikan saat itu. 25 Persen dari semua jenis anggrek asli Indonesia bisa kita temukan di daerah Loksado ini, terutama di Pegunungan Meratus.Β Tiga jam kami mengarungi Sungai Amandit, hingga akhirnya sampai di dermaga pemberhentian. Wajah-wajah senang tampak dari semua keluarga saya. Meski lelah, kami puas bisa melihat lebih dekat keindahan alam Kalimantan.
Komentar Terbanyak
Ada Gerbong Khusus Merokok di Kereta, Kamu Setuju?
Cerita Tiara Andini Menolak Tukar Kursi sama 'Menteri' di Pesawat Garuda
Terpopuler: Dedi Mulyadi Terancam Dicopot, Ini Penjelasan DPRD Jabar