Momen Luar Biasa Laskar Gerhana Ternate Sehari Jelang GMT
Minggu, 13 Mar 2016 12:22 WIB

Evrina Budiastuti
Jakarta - Sejak berangkat dari Jakarta, Laskar Gerhana yang bertualang di Ternate sudah sangat antusias. Cuaca cukup panas, tidak menyurutkan keceriaan wajah-wajah mereka menjelajah pulau eksotis sehari sebelum GMT.Sekitar pukul 07.39 WIT, Selasa 8 Maret 2016, rombongan Laskar Gerhana batch kedua berhasil mendarat di Ternate dengan menggunakan pesawat Sriwijaya Air. Rasanya tidak hanya rombongan kami saja yang bergembira saat itu, tetapi seluruh penumpang yang turun dari pesawat merasakan keriangannyaΒ karena telah tiba di bumi Ternate yang indah ini.Sambil menunggu bus penjemput datang, kami mengabadikan diri di depan bandara yang bertuliskan Sultan Babullah Ternate. Tak beberapa lama, kami disambut oleh panitia dan bergabung dengan rombongan yang pertama. Setelah melakukan perkenalan singkat dan melakukan briefing, kami memasuki kendaraan sesuai dengan kelompoknya.Dari bandara kami diantar menuju gedung Dhuafa Centre Kota Ternate. Di sini kami beristirahat sejenak sambil menikmati sarapan pagi berupa nasi kuning khas Ternate.Sepintas nasi kuning ini tampak sama dengan yang ada di Pulau Jawa. Namun yang membedakan adalah menu ikan laut yang ada di dalamnya membuat nasi kuning ini terasa nikmat untuk disantap.Apalagi jika menikmati nasi kuning tersebut sambil melihat Pulau Tidore yang berdiri tegak di depan sana, semakin menambah kenikmatan waktu sarapan pagi itu. Setelah sarapan, kami langsung diajak untuk mengunjungi beberapa tempat wisata yang ada di Ternate saat itu.Destinasi pertama yang kami kunjungi adalah Benteng Kastela. Benteng ini dibangun pertama kali oleh Portugis pada tahun 1522 dan memakan waktu selama 20 tahun untuk menyelesaikannya. Benteng Kastela menjadi saksi sejarah peristiwa pembunuhan Sultan Khairun oleh Portugis pada tanggal 27 Februari 1570. Peristiwa ini membuat rakyat Ternate marah sehingga melakukan perlawanan. Selang lima tahun dari peristiwa tersebut, Sultan Babullah kemudian mengusir Portugis dari tanah Ternate.Puas menikmati wisata sejarah di Benteng Kastela, rombongan kemudian diajak untuk menuju panorama indah di salah satu spot di Desa Ngade. Dari sini, kita dapat melihat Danau Ngade yang berwarna hijau, Pulau Maitara yang menawan dan Pulau Tidore. Semuanya tersaji indah di hadapan mata membuat seluruh laskar sibuk mengabadikan keindahan panorama alam saat itu.Perjalanan masih berlanjut untuk menuju wisata sejarah selanjutnya ke Benteng Kalamata yang ada di bibir pantai Ternate. Berbeda dengan Benteng Kastela, benteng ini terlihat lebih eksotis berkat lekukan segi empatnya yang masih utuh. Apalagi ditambah dengan letaknya yang berada di dekat pantai Ternate sehingga kita dapat merasakan angin laut yang bertiup sepoi-sepoi.Benteng Kalamata juga dibangun oleh Portugis sebagai benteng pertahanan untuk memperluas kekuasaannya. Hanya saja dalam berjalannya waktu, benteng ini kemudian jatuh ke tangan Spanyol dan penguasa Belanda hingga akhirnya ditinggalkan begitu saja. Nama Kalamata diambil dari nama seorang pangeran Ternate bernama Kaicil Kalamata yang wafat di Makassar pada tahun 1676.Menjelang siang, rombongan Laskar Gerhana diajak menuju Royal Restaurant untuk menikmati santap siang dan juga mengikuti Talk Show seputar Gerhana Matahari Total (GMT) yang akan berlangsung di Ternate. Narasumber terdiri dari redaksi detikcom, LAPAN, BAKAMLA dan artis Melanie Subondo yang mengupas tentang fenomena GMT di Ternate.Para peserta Laskar Gerhana diajak untuk melakukan pengamatan GMT secara aman dengan mematuhi imbauan yang telah diberitaukan baik oleh LAPAN maupun instansi lain agar proses pengamatan berlangsung lancar. Setelah acara selesai, kami kemudian diajak ke Pantai Sulamadaha untuk melakukan snorkling di sana.Untuk mencapai Pantai Sulamadaha, kami harus menempuh perjalanan sekitar kurang lebih 30 menit dengan menggunakan perahu melewati Pulau Maitara. Cuaca cukup cerah saat itu ditambah dengan beningnya air laut Ternate membuat seluruh Laskar Gerhana tidak sabar untuk menceburkan diri ke dalam air.Setelah sampai di bibir pantai, kami disambut dengan Air Guraka berupa air jahe hangat dengan campuran gula aren dan biji kenari serta Pisang Bebe yang sangat nikmat berkat sambal cabe dan bawang. Selama kurang lebih dua jam kami berada di Pantai Sulamadaha untuk selanjutnya melanjutkan acara makan malam bersama dengan menu Ikan Bakar Dabu-Dabu di Terminal Ternate.Menjelang malam, seluruh Laskar Gerhana kembali ke hotel untuk beristirahat dan bersiap diri karena keesokan harinya kami harus sudah bangun pagi dan mempersiapkan fisik guna melakukan pengamatan GMT di atas perairan Ternate.
Komentar Terbanyak
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Foto: Momen Liburan Sekolah Jokowi Bersama Cucu-cucunya di Pantai
Layangan di Bandara Soetta, Pesawat Terpaksa Muter-muter sampai Divert!