Kisah Miris di Balik Indahnya Pesona Danau Kaolin
Sabtu, 26 Mar 2016 15:05 WIB

Anggi Agistia
Jakarta - Satu destinasi di Bangka yang sedang digandrungi traveler adalah Danau Kaolin. Namun ada sebersit rasa sedih jika mengingat latar belakang terbentuknya danau ini.Pertama kali terbang menuju Bangka tahun 2014 lalu, saya terjaga sepanjang perjalanan. Melihat pemandangan kawasan padat penduduk pulau Jawa yang berganti dengan hamparan biru lautan. Perjalanan udara dari Jakarta menuju Bangka yang bandaranya berlokasi di Pangkalpinang hanya membutuhkan waktu kurang lebih 50 menit saja. Nah, saat sudah mulai memasuki Pulau Bangka awalnya saya sempat terpukau pemandangan indah danau-danau biru yang tersebar. Sebelum ke sini, saya sempat mencari informasi tempat wisata di pulau ini dan Danau Kaolin jadi salah satunya. Danau yang kemudian bisa dibilang cukup malang ini.Berangkat dari weekend yang biasa dihabiskan untuk mengunjungi destinasi wisata karena minimnya tempat hiburan seperti mal, tiba-tiba tercetuslah ide untuk sekadar jalan-jalan ke salah satu Danau Kaolin yang berada di daerah Koba. Tempat yang memang beberapa saat lalu sangat hits karena banyak foto Instagram-able yang diambil di sana.Perjalanan kali ini didominasi para wanita, tidak seperti biasanya. Maklum, tempat di mana saya bekerja memang didominasi laki-laki. Setelah berkali-kali berwacana untuk pergi ke sana ke sini, kali ini tanpa ada rencana dari jauh-jauh hari akhirnya jadi juga kami pergi untuk jalan-jalan.Jarak tempuh Pangkalpinang menuju Koba hampir 1 jam waktunya. Tidak terlalu jauh, tapi tidak terlalu dekat juga. Jadi sepanjang jalan ke sini lebih didominasi pemandangan hutan karet, sawit, hutan karet, beberapa pemukiman penduduk. Nah setelah hampir memasuki kawasan Koba pemandangan berganti dengan laut sepanjang jalan. Pun jalanan bisa dikatakan cukup sepi. Kami sempat tersasar karena mengikuti jaringan listrik di desa tersebut. Jalanan berundak, berdebu hingga padang ilalang membuat salah satu mobil yang kami tumpangi baret karena saking kecilnya jalan. Akhirnya setengah frustasi karena jalan yang tak kunjung ketemu kami putuskan untuk kembali ke jalan raya dan bertanya pada masyarakat sekitar. Jalanan ke sini ternyata mudah, besar jalannya pun cukup untuk dua jalur mobil. Karena memang bukan lokasi wisata jadi memasuki kawasan ini tidak dikenakan biaya retribusi. Sebelumnya banyak yang bilang kalau danau ini mirip dengan Kawah Putih di Ciwidey sana, namun faktanya tidak demikian. Danau ini memang cantik, bahkan lebih cantik kalau boleh dibilang. Tapi faktanya kecantikan danau ini adalah salah satu wujud alam yang sudah dirusak. Danau ini merupakan danau yang terbentuk di area-area bekas penambangan kaolin di mana menjadi salah satu kekayaan tambang yang memang dikenal sebagai hasil bumi Bangka Belitung.Sebagai informasi, kaolin adalah salah satu bahan baku untuk industri yang berupa batuan atau lempung berwarna putih. Kaolin biasanya dapat digunakan untuk pembuatan keramik, obat-obatan, kertas berlapis, kosmetik, dan pasta gigi namun kebanyakan digunakan untuk pembuatan porselen.Selama berada di sini memang tidak ada bau atau senyawa kimia berbahaya yang tercium di udara layaknya belerang seperti di Kawah Putih. Namun sama halnya dengan kerusakan alam lainnya, tanpa ada tindak rehabilitasi kerusakan akan menjadi lebih parah, kan?Sempat begitu excited melihat keindahan danau air biru ini, cuma kalau diingat-ingat soal cerita terbentuknya danau ini jadi dilema. Saat ke sini beberapa waktu lalu dan upload foto di social media sempat ada beberapa teman yang nyinyir soal tempat ini yang memang bukan lokasi wisata. Memang, kami pun tau dan tidak mengatakan bahwa tempat ini adalah lokasi wisata justru bekas galian timah yang diterlantarkan begitu saja.Tempat ini memang indah, bagaikan sebuah oase di tengah keringnya area sekitar bekas tambang yang rusak akibat eksploitasi yang sudah dilakukan. Walaupun terpana dengan keindahannya, saya tidak akan menutupi fakta bahwa tempat ini justru adalah 'luka besar' bekas area pertambangan.
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan