Ranu Kumbolo yang Selalu Bikin Kangen

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ranu Kumbolo yang Selalu Bikin Kangen

Inggit_erlianto - detikTravel
Rabu, 13 Mei 2015 13:50 WIB
loading...
Inggit_erlianto
Menatap Ranu Kumbolo
Pagi di Ranu Kumbolo
Menikmati indahnya pagi di Ranu Kumbolo
Di padang bunga
Ranu Kumbolo yang Selalu Bikin Kangen
Ranu Kumbolo yang Selalu Bikin Kangen
Ranu Kumbolo yang Selalu Bikin Kangen
Ranu Kumbolo yang Selalu Bikin Kangen
Jakarta - Di kalangan traveler yang mendaki Gunung Semeru, tidak sedikit yang bermalam di Danau Ranu Kumbolo. Selain indah, Ranu Kumbolo juga selalu bikin rindu. Kalau traveler mendadak kangen, mampir saja ke sana saat libur long weekend besok.Dinginnya Desa Ranu Pani di pagi buta membuat saya tak henti terjaga. Setibanya di sana pukul 04.00 pagi, dengan menggunakan kendaraan roda 2 dari Surabaya. Masih bersama kedua travelmate saya, yaitu Kanzul dan Boby. Kami akan melakukan pendakian ini bertiga, dan tujuannya adalah Puncak Mahameru. Meskipun ini bukan kali pertama ke Semeru, tetapi entah kenapa gunung ini selalu menghadirkan kerinduan. Tentang sunrise Ranuk Kumbolo, bunga bertabur ungu menyerupai lavender di Oro-oro Ombo, anjing porter di Cemoro Kandang, dinginya suhu di Kalimati, dan banyak lagi yang tak akan terlupa.Β Β  Pukul 08.00 kami mengurus surat perizinan di Pos Ranu Pane dan melanjutkan sarapan di dekat lokasi perizinan. Suasana tidak begitu ramai, mungkin karena 4 hari lagi akan tiba bulan puasa, bahkan bisa dibilang sangat sepi.Perut pun sudah kenyang, namun tak bersinergi dengan perihnya mata yang kian meredup. Maklum, dari kemarin belum sempat memejamkan mata. Kami sempat berkenalan di warung makan dengan pendaki asal Banjarmasin dan ibu-ibu berusia 62 tahun yang berasal dari Bojonegoro. singkatnya di situ kami bercerita pengalaman tentang pendakian dan melanjutkan trekking menuju setapak. Hebat, umur beliau sudah lebih dari setengah abad, tapi semangatnya luar biasa untuk bersilaturahmi dengan tanah-tanah tertinggi Indonesia. Matahari sedang berdamai, tak ada mendung di langit-langit. Hanya terkadang kabut yang tak tenang berlalu lalang pergi menemani langkah. Setapak kami lewati dengan cepat menuju pos satu, sampai kemudian disuguhi semangka segar di sana. Lumayan untuk menyegarkan tenggorokan dan sedikit mengusir rasa kantuk yang kian menjalar. Semangka ini dihargai Rp 2.500 perpotong, cukup mahal, namun sebanding dengan perjalanan beliau yang membawa semangka dari desa ke pos satu ini. Menuju pos 2 pun kami jarang berhenti, karena pengen cepet-cepet sampai di Ranu Kumbolo untuk tidur sebentar dan kemudian lanjut Kalimati. Jalur menuju Ranu Kumbolo menurut saya sangat bervariasi, kadang menurun, kadang menanjak, kadang datar. Inilah asyiknya, tidak terlalu menguras tenaga dan cenderung banyak track bonus. Sampai juga di pos 2. Saya mengeluarkan sebungkus biskuit dari tas untuk camilan, dan pastinya dengan sebatang nikotin merek selera pemberani. 15 menit berlalu dan melanjutkan perjalanan menuju pos 3.Β Β  Kabut datang perlahan penuh mesra siang itu. Aroma hutan yang menyeruak segar ke dalam pernafasan sebagai obat rindu pada tanah Mahameru. Kadang bertemu sebungkus sampah, segerombol botol air mineral yang terbuang bukan pada tempatnya. Saya heran kenapa masih ada pendaki yang meninggalkan bungkus sisa makanan dan minuman mereka, kenapa tak dibawa turun. Di mana letak kesadaranya? Mungkin di dengkul. Setidaknya bawalah sampah pribadi. Saya kira tidak terlalu berat jika hanya membawa beberapa sisa bungkus makanan dan botol plastik air mineral. Naik gunung memang berat, selain menguras fisik tenaga, kita juga dituntut menjaga kebersihan dan kelangsungan ekosistem di hutan. Butuh sadar. Di sini bukan perkotaan yang terdapat tukang sapu untuk membersihkan sudut-sudut jalan. Kalau bukan kita sendiri yang membawa sampah kita, lalu mau menyuruh siapa?Tak terasa sudah sampai di pos 3, dan tak seberapa lama kami beristirahat sebelum kemudian melanjutkan ke pos 4. Dari sini nantinya akan menemui tanjakan yang lumayan terjal untuk menuju pos 4, pastinya bikin nafas ngos-ngosan. Di pos 3 banyak ditemui sejenis burung, entah burung apa yang mendekat. Kadang takut lalu berlarian jika para manusia membingkai mereka dalam sebuah foto. Pos 4 berada di atas danau Ranu Kumbolo, layaknya pos gardu pandang. Jalur menuju camping ground cukup santai karena menurun. Dari sini kita bisa melihat bukit-bukit savana yang mengarah ke jalur ayak-ayak. Apalagi ketika datang ke sini bulan mei, pasti akan melihat hamparan bunga Verbena Brasilliensis Vellberwarna ungu cerah. Lengkap sudah keindahan danau ini. Dari pos perizinan sampai Ranu Kumbolo kami berjalan memakan waktu 4 jam. Kemudian berencana istirahat 2 jam, lalu melanjutkan trekking menuju Kalimati, pos terakhir untuk Summit Mahameru. Kadang rencana tidak selalu sejalan dengan keinginan, Ranu Kumbolo memberikan jutaan magnet sehingga kami enggan meninggalkanya hari ini. Kabut samar yang tenang menghiasi permukaan air danau memberikan daya tarik yang luar biasa, ditambah kayu-kayu tua yang roboh membentang ke tepi danau. Tuhan, kau luar biasa tentang sengajamu membuat istimewa tempat ini. Akhirnya kami pun menunda perjalanan ke Kalimati dan segera mendirikan tenda. Satu persatu logistik keluar, seperti biasa hidangan pertama yaitu mie instan indomie yang mengisi perut kami. Setalah kenyang, apa lagi yang kita lakukan kalau tidak tidur, karena memang 2 hari tubuh terjaga, ditambah perjalanan kaki selama 4 jam. Sebelum tidur saya sempat bertemu dan mengobrol dengan ibu dari Bojonegoro yang saya temui di warung makan sebelum pendakian tadi pagi. Beliau tiba di Ranukumbolo 2 jam sesudah kedatangan kami. Beliu berkata kepada saya. 'Mumpung masih muda mas, jangan di rumah saja, main-main sana keliling indonesia, kalau bisa ya sekalian keliling dunia, datangilah tempat-tempat baru, biar tidak menyesal seperti saya.' Beliau menceritakan kisahnya sewaktu muda yang hanya menyibukan diri dengan kerja, kerja, dan kerja, namun tak bisa menikmati hasilnya. Di dalam hatinya sebenarnya ada keinginan besar untuk mengenal lebih dalam tentang Indonesia. Ketika ingin merealisasikanya, lagi-lagi terpikirkan kalau kegiatan seperti traveling, hiking, dll, cuma buang-buang uang. Namun diakuinya, opini tersebut mengundang sesal di usia beliau yang sudah tidak muda lagi. Saya menatap beliau dengan senyum.Beliau juga bercerita panjang lebar tentang pendakian tahun lalu ke Rinjani. Setelah ini akan melanjutkan perjalanan menuju puncak tertinggi Sumatera, yaitu Gunung Kerinci, Hebat Bu. Bahagianya bisa berbagi cerita di sini,Β  di Danau yang memiliki jutaan magnet untuk selalu menarik setiap pengunjungnya kembali.Dari obrolan tadi saya merangkum, bahwa apapun pekerjaanya, sesibuk apapun itu, waktu bukanlah menjadi alasan utama. Pandai-pandainya kita saja yang harus memenegement waktu. Soal buang-buang uang, kembali lagi ke masing-masing personal. Memang setiap orang mempunyai taraf kebahagiaan sendiri. Kalau saya pribadi lebih suka membeli kenangan di tempat seperti ini. Percayalah, hal semacam ini tidak akan sempat terlupakan sepanjang hidup. Indonesia itu negara yang memiliki ribuan pulau, luas lautnya luar biasa lebar nan indah, pesona bawah lautnya, ratusan gunung berapi, ratusan bahasa dan budaya. Semua itu tidak dimiliki oleh negara-negara lain.Kenali lebih dalam tempat di mana kita dilahirkan. Jadi kalian masih mau foto selfie di toilet mall, di cermin, atau di ranjang kamar dengan memeluk guling kemudian melebarkan senyum pamer behel gigi?Β 
Hide Ads