Mendaki Semeru, Atapnya Pulau Jawa
Senin, 22 Jun 2015 10:30 WIB

Rita Syifa Rosiana
Jakarta - Salah satu mimpi para pendaki adalah mendaki Gunung Semeru. Bukan tanpa alasan, gunung setinggi 3.676 mdpl ini merupakan salah satu gunung tertinggi di Indonesia dan merupakan yang paling tinggi di Pulau Jawa.Siang menjelang sore, Ranu Pani (2.200 mdpl) terlihat cukup ramai dengan Jeep-jeep yang hilir mudik datang dan pergi silih berganti menaikkan dan menurunkan penumpang dengan Carrier-carrier besar yang menyertai. Nampak pula para Pendaki yang baru turun dan beristirahat sembari makan dan minum di sekitar warung yang ada di Ranu pane. Sebagian lain bersiap untuk memulai pendakian bersama rombongannya.Sedianya saya dan teman-teman akan memulai pendakian sore itu juga dengan target bermalam di Ranu Kumbolo. Perjalanan Jakarta-Malang hingga akhirnya mencapai Ranu Pane dengan kereta Ekonomi disambung angkot dan Jeep cukup melelahkan. Ditambah cuaca sore itu tidak terlalu cerah, mendung menaungi Ranu Pane hingga akhirnya diputuskan pendakian baru akan dimulai keesokan harinya. Malam itu kami bermalam di pondok pendaki yang letaknya persis di seberang Pos Ranu Pane Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.Musim kemarau menyisakan rumput yang mengering, tanah yang berdebu tebal dan sisa kebakaran berupa rumput yang hangus menghitam, maupun pohon tumbang di beberapa tempat. Meski terlihat sudah padam, namun asap yang masih mengepul dan bara api membuat kami saling mengingatkan satu sama lain agar berhati-hati, cukup berbahaya kalau sampai terinjak.Itulah keseruan yang mewarnai perjalanan keesokan harinya, saat melewati pos demi pos, hingga akhirnya tepat di tengah hari, tibalah kami di Ranu Kumbolo, sebuah Danau yang berada di ketinggian 2.400 mdpl. Di sini kami istirahat, shalat, makan siang dan mengisi air untuk perbekalan menuju camp kali mati dan muncak.Sekira satu jam rehat di Ranu Kumbolo, perjalanan dilanjutkan kembali dan tanjakan cinta pun menyambut. Meski dari jauh terlihat biasa dan tidak terjal, faktanya dengan carrier-carrier yang menggelayuti kami, tak kurang dari lima belas menit dibutuhkan untuk melewatinya. Berada di atas, menengok ke belakang terlihat Ranu Kumbolo yang berselimut kabut, dengan tenda-tenda Pendaki warna-warni sungguh sebuah pemandangan yang indah.Selepas Tanjakan Cinta, jalur selanjutnya berupa turunan, mungkin disebut turunan cinta.Β Kita bisa memilih untuk menuruni tanjakan dengan jalur yang cukup curam namun lebih pendek atau memilih untuk melipir ke arah kiri namun agak memutar jauh hingga akhirnya sampai di Oro-oro Ombo.Kami pun memilih menuruni jalur itu apalagi alasannya kalau bukan karena jalur lebih pendek. Oro-oro ini sebetulnya tempat yang indah karena disini ditemui padang bunga Lavender, sayang musim kemarau yang ada hanya kering dan kering dimana-mana.Menjelang Maghrib akhirnya tibalah kami di Kali Mati (2.700 Mdpl), berupa tempat terbuka yang cukup luas untuk mendirikan Tenda dan bermalam. Kali Mati cukup ramai dengan pendaki-pendaki yang sudah sampai terlebih dahulu. Cuaca terasa dingin menggigit, kami bergegas berbagi tugas mendirikan tenda dan memasak.Di Kali Mati inilah kami menunggu waktu untuk melanjutkan pendakian ke Puncak dini hari nanti. Menikmati hangatnya kopi sambil berbagi cerita di dalam tenda, kami sepakat dalam pendakian ke Puncak Mahameru harus tetap bersama tidak boleh meninggalkan teman.Dengan tubuh yang menggemuk karena baju dan celana berlapis yang dikenakan, pukul 02.00 kami siap menuju puncak Mahameru, terlambat dari jadwal yang direncakan. Pendakian ke puncak Semeru sebaiknya dilakukan mulai pukul 00.00-01.00 dini hari dikarenakan ada batasan tak boleh lebih dari pukul 09.00 pagi semua pendaki sudah harus turun dari puncak. Jalur menuju puncak yang berupa pasir halus memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi naik satu langkah turun dua langkah.Selain jalur pasir halus yang menyulitkan, dingin udara dan rasa kantuk yang tak tertahan harus diantisipasi. Berbahaya kalau sampai tidur di jalur, sebisa mungkin kami terus bergerak meski dengan merangkak karena sulitnya jalur pasir serta kemiringan jalur yang mencapai 45-70 derajat.Batu-batu yang ada tak bisa digunakan sebagai pijakan, jika terinjak dipastikan batu akan meluncur ke bawah dan bisa mencederai orang yang ada di bawah kita. Biasanya ketika ada batu meluncur, kami saling memperingatkan agar orang yang di bawah waspada.Selepas Arco Podo (2.900 Mdpl), saya mulai frustasi mengahadapi jalur pendakian, posisi kami ada di tengah-tengah, jika turun jauh, ke puncak pun masih jauh. Kepalang tanggung, meski pergerakan lambat, sedikit demi sedikit kami menyeret langkah yang kian lemah. Lebih banyak istirahatnya dibanding jalannya.Akhirnya pukul 08.00, kami menginjak tanah tertinggi di Pulau Jawa. Ya, Puncak Mahameru di ketinggian 3.676 Mdpl. Puncak Mahameru berupa tanah datar yang cukup luas. Di Puncak ini terdapat prasasti untuk mengenang Soe Hok Gie dan Idhan Lubis yang meninggal di Mahameru. Ditemani semburan asap dari kawah yang sesekali muncul kami mengabadikan moment di puncak.Namun kami tak bisa berlama-lama karena paling lambat pukul 09.00 para pendaki harus segera meluncur kembali ke camp di Kali Mati. Dikuatirkan asap beracun yang berasal dari kawah Jonggring Saloko akan mengarah ke Puncak Mahameru yang sangat membahayakan para Pendaki. Sungguh pengalaman meraih mimpi mendaki Gunung Semeru, atapnya Pulau Jawa!
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!