Akhir Pekan Lengkap, Keliling Kota Melaka Sampai Puas!

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Akhir Pekan Lengkap, Keliling Kota Melaka Sampai Puas!

Novi Kusumayanti - detikTravel
Senin, 12 Jan 2015 13:20 WIB
loading...
Novi Kusumayanti
Gerbang selamat datang
Clock Tower dan Christ Church
Porta de Santiago
Gereja St Paul
Salah satu bangunan tempo dulu
Akhir Pekan Lengkap, Keliling Kota Melaka Sampai Puas!
Akhir Pekan Lengkap, Keliling Kota Melaka Sampai Puas!
Akhir Pekan Lengkap, Keliling Kota Melaka Sampai Puas!
Akhir Pekan Lengkap, Keliling Kota Melaka Sampai Puas!
Akhir Pekan Lengkap, Keliling Kota Melaka Sampai Puas!
Jakarta - Kota Melaka di Malaysia bisa dikatakan sebagai saudara kembarnya kawasan Kota Tua di Jakarta. Menghabiskan akhir pekan berkeliling kota Melaka bisa menjadi pilihan yang asyik bagi para traveler. Dijamin puas!Hari pertama dimulai dengan sampainya pesawat dari bandara Soekarno – Hatta yang berangkat tepat waktu, bahkan mendarat di LCCT Kuala Lumpur lebih cepat 15 menit. Setelah urusan imigrasi selesai, saya langsung menuju terminal kedatangan domestik LCCT untuk membeli tiket bus ke Melaka.Counter tiket bus antar kota berada di dalam terminal kedatangan domestik. Setelah saya bertanya kepada petugas keamanan yang berada di depan pintu masuk keberangkatan domestik, saya ditunjukkan dan diperbolehkan masuk. Saya memilih untuk menggunakan Bus Transnasional yang berangkat jam 10.30 waktu setempat. Saya langsung membeli tiket seharga 24.10 Ringgit (Rp 74.000) per orang.Tidak jauh dari terminal kedatangan ada semacam tempat untuk bus ngetem. Di masing-masing platform terdapat tujuan dari bus tersebut, jadi calon penumpang tidak akan bingung harus menunggu bus di platform mana. Tidak sampai ada kejadian bus menumpuk, jadi masing-masing bus akan datang 30 menit sebelum keberangkatan. Tepat jam 10.30, bus Transnasional berangkat menuju Melaka.Bus langsung menuju ke Kota Melaka tanpa singgah/berhenti di tempat lain. Cukup penuh juga bus ini, mayoritas penumpangnya adalah wisatawan. Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 2 jam, bus sampai di Sentral Melaka yang merupakan terminal pusat untuk semua bus. Informasi dari hasil browsing dan tanya sana sini, untuk menuju ke pusat wisata harus menggunakan bus Panorama berwarna merah no 17.Dengan membayar tiket 1,5 Ringgit (Rp 5.000), bus pun berangkat menuju Clock Tower. Tempat pemberhentian di daerah wisata. Jadi bus ini dari Melaka Sentral akan melewati Tan Kim Hock Product Center. Ini adalah toko yang menjual aneka makanan khas Melaka. Kemudian melewati gereja Katolik St Francis Xavier yang dibangun pada tahun 1849. Jalan-jalan di Kota Melaka ini tidak terlalu lebar, hanya cukup untuk 2 mobil dan kebanyakan 1 arah.Bus melaju melewati deretan bangunan toko-toko berwarna merah yang mengapit jalanan, baru kemudian sampai di Clock Tower. Saya nyaris bablas dan nyasar. Untungnya langsung sadar begitu melihat banyak penumpang turun dan tanya ke sopir bus-nya. Selain clock tower di tempat ini juga terdapat Chris Church dan Stadhuys (balai kota). Ketiga tempat ini bercat merah dan adalah icon dari kota Melaka.Di sekitar sini banyak terdapat becak wisata. Iya, becak! Jadi penumpangnya lewat samping karena bagian depan becak dihias dengan bunga-bunga artifisial dan ada 1 boneka besar di tengahnya. Bunga & bonekanya bersih loh. Kebanyakan sih yang dipajang di depan adalah boneka Hello Kitty. Seperti becak di Indonesia, tukang becaknya gowes dari belakang dan ada tambahan sound sytem untuk memutar lagu-lagu. Unik yah?Daripada nanti nyasar jauh, saya langsung menuju tourist Information center. Sayangnya tempat ini tutup namun seorang penjaga menunjuk mobil polisi yang mengarahkan saya untuk bertanya ke sana. Ternyata nama lain dari jalan Tun Tan Cheng Lock tempat saya menginap itu Heeren Street.Di sepanjang jalan ini, berdiri bangunan yang berfungsi sebagai toko, rumah ataupun penginapan tapi sebagian besar rumah-rumah tersebut bergaya rumah China tempo dulu. Lengkap dengan pintu kayu berwarna gelap dan ada tulisan China. Akhirnya sampai juga di depan bangunan dengan papan nama khas China "The Baba House" lengkap dengan aksara China.Di sekitar penginapan ini banyak berdiri rumah/bangunan dengan arsitektur Cina yang dibuat menjadi museum ataupun penginapan. Setelah registrasi ulang dan memberikan deposit MYR 500, kita dapat kunci kamar dan kupon breakfast. Oiya WiFi gratis bisa digunakan hanya di area lobby. Sayang sekali!Menuju ke kamar, Saya melewati tempat makan yang berlokasi di courtyard. Seperti tradisi di rumah-rumah khas China, selalu ada courtyard, ruang terbuka di tengah rumah. Walaupun sekarang tidak 100% terbuka karena pada masa sekarang di atas courtyard/atap diberi genteng transparan/bening. Sehingga sinar matahari masih tetap bisa masuk.Dari courtyard ini bisa terlihat jendela-jendela lantai di atasnya. Setelah beres-beres dan makan siang dengan bekal dari rumah, saya mulai keliling kota Melaka berbekal dengan peta yang diberikan oleh resepsionis.Tujuan pertama adalah Duck Tours, tour amphibi dengan rute keliling pesisir kota Melaka kemudian nyebur ke selat Melaka lanjut ke pulau Melaka dan kembali ke kota Melaka. Counter pembelian tiket Duck Tours terletak tidak jauh dari menara Taming Sari, dimana kita bisa melihat sekeliling kota Melaka dari atas menara ini. Menuju Taming Sari melewati beberapa museum; museum UMNO, museum SETAM (Stamp/pos), museum Pemuda dll. Mayoritas bangunan museum itu berwarna merah seperti warna clock tower.Sampai di Taming Sari, Saya harus menerima kekecewaan karena baik menara Tamang Sari maupun Duck Tour tutup karena sedang dalam perawatan (maintenance). Katanya sih Duck Tour baru beroperasi kembali besok sementara Taming Sari lusa.Ternyata jalan sedikit dari Taming Sari ada 2 mall besar; Dataran Pahlawan dan Mahkota Parade. Dataran Pahlawan lebih kecil dan relatif lebih sepi tapi didominasi oleh toko-toko produk terkenal sementara Mahkota Parade terlihat lebih besar, lebih ramai dengan produk bervariasi.Di seberang Taming Sari terdapat pertokoan yang menjual oleh-oleh khas Melaka. Ada gula Melaka (gula merah), Cincaluk (aduh, gak tau deh kalo ini), terasi, aneka dodol dll. Oh iya, di sini juga ada foodcourt yang dalam bahasa Malay disebut Medan Selera.Saya penasaran untuk naik ke bukit St. Paul dimana terdapat reruntuhan gereja St. Paul dan setelah terengah-engah, sampai juga saya di bekas gereja St. Paul. Gereja ini sudah tidak dipakai lagi karena bagian tengahnya sudah rusak. Terdapat beberapa nisan yang bentuknya sama seperti yang ada di museum prasasti, Jakarta. Banyak turis yang datang ke tempat ini.Keliling di luar gereja St. Paul ternyata ada tangga yang tidak terlalu tinggi pun tidak terjal yang lokasinya dekat dengan Stadhuys. Dari atas bukit St. Paul terlihat sekeliling kota Melaka. Samar-samar juga terlihat laut. Dari bukit St. Paul ingin berkeliling sungai Melaka menggunakan river cruise. Langsung beli tiket 15 Ringgit (Rp 53.000) orang.Sungai Melaka ini tidak terlalu lebar tapi bersih. Seru juga menyusuri sungai Melaka. Di kiri kanan banyak guest house dan cafΓ© yang sepertinya diperuntukan bagi wisatawan ransel/backpacker. Sampai ke Kampung Morten, dimana banyak berdiri rumah asli penduduk Melaka. Juga ada Kampung Jawa dan Kampung Kling.Saat berjalan kaki pulang menuju penginapan, saya melewati Jonker Street. Toko-toko di sepanjang Jonker adalah menjual makanan/restoran, toko suvenir, toko barang dan toko barang antik. Butik2/toko pakaian di Melaka ini sebagian besar menjual kebaya Encim. Akhirnya saya mampir ke resto Geographer yang dengan jelas menyatakan makanan disana tanpa MSG dan tanpa pengawet. Pesan Yoghurt Cheese Cake, Sweet Malacca Ice Cream untuk mengisi perut.Hari Kedua dimulai, sekitar pukul 06.00 pagi saya sudah bangun dan pengen survei jalan-jalan di sekitar hotel. Tapi apa yang terlihat diluar? Masih gelap dan sepi! Tapi karena udah niat mau jalan pagi, ya sudah jalan-jalan pagi deh.Kembali ke panginapan saya tidak langsung ke kamar melainkan keluar lagi melalui pintu belakang. Ternyata persis di seberang hotel ada pasar tradisional; Pasar Taman Kota Laksamana. Seperti pasar tradisional lainnya, di pasar ini dijual aneka buah, sayur, daging dan ikan. Dari pasar saya melanjutkan jalan-jalan karena penasaran dengan bangunan Stadhuys yang tidak saya lihat dari kemarin. Pantes saja tidak menemukan Stadhuys karena sedang di renovasi dan sekelilingnya tertutup seng juga banyak lapak dagangan. Padahal gedung itu bolak-balik saya lewati.Terlihat banyak orang berolah raga di sekitar bukit St. Paul, begitu pula tempat di bawahnya. Melewati pemakaman orang-orang Belanda juga replika istana Sultan Melaka. Kejutan berikutnya adalah di bawah salah satu sisi bukit St. Paul ternyata sampe di Porta de Santiago. Benteng pertahanan Portugis di kota Melaka! Padahal sebelumnya saya sudah berencana nanti siang mau ke tempat ini dan tanya-tanya sama resepsionis hotel.Setelah sarapan di penginapan, saya menuju toko Taste Better untuk membeli kue puff. Kue puff durian ini bentuknya seperti kue soes tapi isinya fla durian, ada juga yang isinya fla yoghurt. Saya beli 2 isi durian (2 Ringgit/ Rp 7.500) dan 2 isi yoghurt (1,5 Ringgit (Rp 5.000).Dari Taste Better, Saya langsung menuju jalan ke Tengkera untuk ke Baba Charlie yang menjual aneka kue basah khas Melaka. Kalo diliat dari peta-nya sih mestinya gak jauh. Tapi ini kok belum sampai juga ya. Sudah melewati lampu lalu lintas kemudian bangunan public bank, tapi tidak terlihat tanda-tanda keberadaannya. Sudah jalan lumayan jauh dan kaki mulai berasa pegal.Akhirnya terlihat seperti menara tapi tanpa mesjid dan pendek. Setelah didekati ternyata ini adalah menara pertama dari mesjid Tengkera dan tentunya sekarang sudah tidak digunakan lagi. Tidak jauh dari situ barulah kita menemukan mesjid Tengkera; mesjid kedua tertua di kota Melaka.Seberang dari mesjid Tengkera adalah jalan masuk ke toko Baba Charlie. Kalau teliti, di jalan raya Tengkera ada plang kecil berwarna merah bertulis Baba Charlie. Nah, di dalam jalan ini saya sempat menanyakan arah toko kepada seorang tukang becak wisata. Kue-kue basah yang dijual disini mirip dengan kue2 basah yang ada di Jakarta bahkan Indonesia; seperti bugis, lemper, talam asin dengan taburan ebi di atasnya, serabi, kue lapis, klepon dll.Selesai berbelanja kuih muih (aneka kue tradisional/jajan pasar dalam bahasa Malaysia) saya langsung kembali. Tapi kali ini mau naik bus aja. Dan dari seberang jalan ada bus yang menuju Jonker. Bus ini melewati belakang Jonker Street. Sempat melihat di satu emper toko, ada Bapak2 berjualan klepon. Iya klepon yang warnanya hijau berisi gula merah dan ditaburi parutan kelapa!Dari situ kita nyusurin Jonker dan mampir di Jonker 88 untuk beli es cendhol durian dan makan Baba Laksa kahwin Nyonya Asam Laksa. Nama menunya unik ya; itu 2 menu dijadiin satu mangkok.Es cendhol durian tuh cendol yang berwarna hijau dan kacang merah ditumpuk es serut terus disiram santan dan kinca (gula merah cair) dan durian cair. Nah, di Melaka ini gula merah lebih dikenal dengan gula Melaka, dimakan saat diluar matahari bersinar terik sungguh lezat dan menyegarkan!Baba Laksa kahwin Nyonya Asam Laksa; laksa bersantan dengan dominan rasa pedas dan asam. Isi dari laksa tersebut adalah tahu, kulit tahu, telur, bakso ikan, dan mie sejenis udon. Mantap lah ini makanan belum lagi porsinya yang cukup besar.Saya menyempatkan mengunjungi Museum Maritim adalah 6 Ringgit (Rp 21.000) per orang. Museum ini biasa saja, tidak ada yang istimewa. Serius nih, masih jauh lebih bagus Museum Bahari di Kota Tua Jakarta. Dari Museum ini saya penasaran sama gereja Katolik St. Francis Xavier. Tanya sama petugas jalan raya dan ditunjukin. Ternyata diujung jajaran bangunan merah di dekat Clock Tower. Dan di seberang gereja ini ada tulisan Welcome to Melaka, World Heritage City.Menuju hotel mampir dulu di Jonkeer Bird House. Ini adalah rumah yang dijadikan sarang burung untuk diambil sarangnya (seperti sarang walet) kemudian dibersihkan dan dijual. Welcome drinknya secangkir kecil minuman cokelat dingin.Β Nah, ini yang ditunggu-tunggu. Jonker Night Market! Pasar malam yang hanya diadakan pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Memasuki kawasan Jonker, sudah nampak persiapan untuk pasar malam, lapak dagangan sudah mulai didirikan. Jadi pasar malam Jonker ini mirip dengan pasar malam Semawis di Semarang. Pada jam yang sudah ditentukan, jalanan akan ditutup dari kendaraan yang akan lewat (mobil dan motor) dan digunakan sebagai tempat berjualan. Restoran di sekitar Jonker street pun gak mau kalah mempersiapkan diri dengan mengatur meja dan kursi di teras masing2 restoran.Sementara di Jonker street sendiri, sungguh membuat diet berantakan. Hampir semua yang dijajakan disini adalah makanan lezat. Ada aneka dim sum, kue-kue, jus dan minuman lainnya juga ada kawasan foodcourt yang menjual aneka seafood, kwee tiaw, dll. Eh, ada juga es krim dari sarang burung dijual disini.Di ujung jalan Jonker ada panggung yang malam ini diisi dengan penyanyi perempuan (sudah oma-oma) yang nyanyi lagu berbahasa Mandarin. Di depan panggung disediakan beberapa tempat duduk. Banyak juga loh pengunjung Jonker yang menikmati lagu-lagu yang dibawain sama si Oma.Jangan keburu nafsu untuk beli kue-kue tradisional di Melaka; karena sebagian besar kue-kue tersebut sama dengan yang ada di Indonesia. Cuma namanya aja yang berbeda. Seperti Pineapple cake = kue nastar; Nyonya Popiah = lumpia = springroll, durian puff = kue soes isi fla durian. Puas jalan-jalan di tengah keramaian pasar malam Jonker, saya pulang ke hotel. Kaki pegal, perut kenyang, mata berat merupakan perpaduan yang sempurna untuk cepat pergi tidur.Hari Ketiga dimulai, Saya sedang berjalan2 pagi, saya melihat papan pengumuman yang di tempel di tempok arah menuju Jonker, jalan di sekitar Jonker akan ditutup untuk kendaran setiap Jumat, Sabtu dan Minggu jam 18.00 - 24.00 untuk kegiatan pasar malam. Dan yang lebih menakjubkan lagi adalah di sepanjang jalan Jonker yang semalam dibuat lapak berjualan, tentunya pasti ada sampah yang tercecer, ternyata pagi ini seperti disulap, jalanan tersebut langsung bersih! Tidak terlihat tumpukan sampah.Terlihat 1-2 orang petugas kebersihan sedang menyapu jalan, tapi tetap tidak terlihat tumpukan sampah yang sudah dikumpulkan. Toko dan restoran masih pada tutup. Terlihat Ibu penjual makanan di Jonker 88 sedang membersihkan kiosnya. Padahal dia kemarin jualan dari pagi sampai malam loh. Hebat!Jalan pagi dilanjutkan sampai di Jalan Tukang Emas (Goldsmith Street/Jalan Tokong). Terlihat mesjid Kampong Kling yang merupakan mejid tertua di Melaka setelah itu baru mesjid yang di Tengkera. Pantas saja setiap waktu shalat di luar terdengar samar-samar orang adzan.Unik sekali kampung ini. Namanya Kampong Kling yang saya yakin karena dulu merupakan kampung bagi warga keturunan India tapi disini banyak juga warga Chinese. Dan memang kampung ini unik karena tidak jauh dari mesjid terdapat klenteng Cheng Hoon Teng yang merupakan klenteng tertua. Sebetulnya di dekat situ juga ada juil India tapi saya tidak sempat kesana karena waktu yang mepet. Jalan tukang Emas juga disebut jalan Harmoni karena terdapat 3 rumah ibadah dari 3 ras terbesar di Malaysia; China, Melayu dan India.Setelah cek out terakhir kali, akhirnya kita harus meninggalkan kota Melaka untuk menuju Kuala Lumpur. Jalan sampai Clock Tower untuk menunggu bus no 17 yang akan menuju Melaka Sentral. Agak lama juga nunggu bis ini. Naik ini bis berasa kayak lagi city tour! Keliling kota Melaka sampe ke awal Jalan Tengkera, belakang Jonker terus lewat depan Mahkota Medical Center dan hotel Holiday Inn yang sudah dekat ke pantai. Ini lah untungnya kalo naik bus umum. Bisa blusukan tanpa bayar semahal ikut city tour.Sampai di Melaka Sentral langsung mencari loket bis antar kota/propinsi. Walaupun ini terminal tapi tertib banget loh. Tidak ada calo yang membujuk calon penumpang dan menggiring ke PO bus tertentu. Tiket harus dibeli di loket. Tadinya mau naik bis Delima seperti yang banyak direkomendasikan tapi ternyata harus menunggu dan waktu saya bertanya apakah ada bus yang berangkat sekarang eh malah oleh penjaga loketnya disarankan ke loket sebelah aja yang busnya akan berangkat sebentar lagi. Keren! Tidak ada persaingan antar PO bus, malah yang ada saling membantu. Akhirnya kita beli tiket bus Metrobus Express dan gak berapa lama bus datang dan berangkat.Jarak tempuh perjalanan Melaka-Kuala Lumpur kurang lebih sama seperti LCCT-Melaka yaitu sekitar 2 jam. Sama seperti kota2 besar lainnya, keluar tol dan kenuju kota terjadi kemacetan. Bis sampai di pemberhentian terakhir di Terminal Bersepadu Selatan. Ini merupakan terminal bus antar kota/propinsi yang terintegrasi dengan transportasi ke tengah kota. Ada kereta yang menuju tengah kota. Dari situ kita jalan menuju Bandar Tasik Selatan untuk naik kereta ke Batu Caves.Sungguh asyik menghabiskan akhir pekan keliling kota Melaka. Satu saat nanti saya pasti akan kembali lagi.
Hide Ads