Keindahan Gunung Prau yang Tertutup Kabut
Selasa, 13 Jan 2015 10:04 WIB

Eniwinarti
Jakarta - Gunung Prau yang telah menjadi primadona Dieng, Wonowsobo ini kian diminati para traveler. Untuk mendapatkan keindahan lukisan alam di Gunung Prau, ketika musim hujan tidak disarankan melakukan pendakian.Momen liburan akhir tahun memang menjadi salah satu kesempatan bagi sebagian besar pekerja kantoran untuk berlibur dan memanjakan diri. Ada banyak cara yang dipilih, namun kali ini saya memilih untuk menyapa bumi dari ketinggian. Gunung Prau adalah tujuan saya dan teman-teman untuk liburan ini.Memang belum banyak yang familiar dengan nama tersebut. Namun, jika kita menyebutkan bahwa gunung tersebut terletak berdekatan dengan dataran tinggi Dieng, mungkin mereka akan paham dimana letak persisnya Gunung Prau. Dengan ketinggian 2656 mdpl, Gunung Prau menjadi primadona baru bagi para pendaki yang ingin menikmati alam Indonesia.Karena pemesanan tiket kereta api menuju Stasiun Purwekerto sudah dilakukan tiga bulan yang lalu, saya dan teman-teman tidak perlu khawatir akan kehabisan tiket. Kereta Api Serayu berangkat dari Stasiun Jakarta Kota pada pukul 21.00 WIB dan akan sampai di stasiun akhir yaitu Purwekerto pada keesokan harinya pukul 09.00 WIB.Terdapat beberapa alternatif pilihan transportasi dari Stasiun Purwekerto menuju Wonosobo, misalnya bis jurusan Purwekerto-Wonosobo. Kali ini, kami memilih untuk mencarter/menyewa angkutan kota (angkot). Hal tersebut untuk memudahkan mobilisasi kami nantinya ketika tiba di Purwekerto.Biaya sewa untuk dua buah angkot kurang lebih 2,5 hingga 2,7 juta untuk perjalanan kami selama kurang lebih dua hari. Biasanya angkot tersebut akan menjadi pengantar kita kemanapun akan pergi, tetapi biasanya mereka akan meminta jatah tambahan berupa uang rokok dan makan.Sebelum melanjutkan perjalanan menuju Wonosobo, kami diperkenankan mampir ke rumah salah satu teman kami di daerah Sokaraja. Disana kami sempat membersihkan diri dan makan siang. Pukul 11.00 WIB barulah kami melanjutkan petualangan kami menuju daerah Wonosobo. Dan telah diputuskan bahwa kami akan terlebih dahulu mengunjungi dataran tinggi Dieng.Perjalanan menuju Wonosobo memakan waktu kurang lebih dua hingga tiga jam. Jalanan menanjak terkadang memberikan sensasi deg-degan karena khawatir angkot yang kami tumpangi akan meluncur mundur. Tapi tenang, supir angkot kami tampaknya sudah terlatih dan terbiasa dengan medan yang seperti itu.Tiba di daerah dataran tinggi Dieng, kami mengunjungi Kawah Sikidang. Kawah terkenal yang berada di daerah tersebut. Aroma belerang memenuhi udara dan memaksa pengunjung mengenakan masker atau penutup hidung untuk meminimalisir bau belerang yang menusuk indera penciuman mereka. Cuaca dingin disertai rintik kecil hujan tidak menyurutkan langkah kami untuk melanjutkan langkah berjalan kaki menuju kawah. Harap berhati-hati karena suhu kawah sangat tinggi. Pihak pengelola sudah memberi pagar pembatas agar tidak ada pengunjung nekat mendekati kawah tersebut.Setelah cukup puas berfoto-foto, kami melanjutkan penjelajahan ke dataran tinggi Dieng ini dengan mengunjungi komplek Candi Arjuno. Dikenakan biaya tambahan jika Anda ingin memasuki kawasan tersebut. Namun jika dalam kelompok atau rombongan, biasanya pengelola akan memberikan potongan harga yang cukup besar. Rintik hujan dan kabut tebal menemani kami sore itu, namun hal tersebut tidak membuat kami bermalas-malasan dalam mengeksplorasi candi tersebut.Karena perut lapar dan hari beranjak sore, kami memutuskan untuk turun ke daerah Patak Benteng. Daerah ini merupakan salah satu titik awal jika Anda ingin mendaki Gunung Prau. Disana juga terdapat pos/base camp pendakian gunung tersebut. Setelah mencari-cari, akhirnya kami mendapatkan homestay/penginapan seharga Rp 500.000 untuk satu malam. Fasilitas yang disediakan berupa tiga kamar (double bed) + 1 ekstra bed, TV, dapur, mushalla, dan 1 kamar mandi. Cukup nyaman untuk kami beristirahat.Keesokan harinya, kami mengunjungi Bukit Sikunir. Mencoba peruntungan melihat golden sunrise yang terkenal dari bukit tersebut. Tapi, apa daya, kabut tebal belum berhenti menutupi matahari pagi itu.Karena bertepatan dengan libur panjang, perjalanan menuju Puncak Sikunir dipenuhi pengunjung baik yang akan naik/turun bukit. Bukan hanya di kota ada kemacetan, di gunung pun bisa terjadi. Tidak menunggu lama, kami memutuskan untuk meninggalkan Sikunir dan kembali ke pos Patak Benteng untuk mengurus perizinan mendaki ke Gunung Prau.Kurang lebih pukul 10.30 WIB. saya dan ke-15 orang teman memulai perjalanan kami menuju Puncak Prau, terdapat empat pos utama pada jalur pendakian. Trek dari pos 1 ke pos 3 tidaklah terlalu terjal, berbeda dengan pos 3 hingga puncak. Tanjakan-tanjakan terjal menunggu di hadapan kami, diperlukan kehati-hatian karena disamping tanah berbatu jalur juga licin akibat sisa hujan semalam.Pendaki yang turun juga sempat memperingatkan kami untuk berhati-hati karena licinnya jalur pendakian, dan terdapat beberapa bagian yang longsor. Perjalanan menuju puncak Gunung Prau hanya memakan waktu tiga jam saja. Namun, tiga jam tersebut tidak dapat diremehkan. Tanjakan yang sangat terjal dan jurang-jurang curam di pinggiran jalur perlu diperhatikan agar tidak terjadi hal-hal buruk.Cuaca berkabut tebal meskipun waktu baru menunjukkan pukul 13.30 WIB, membuat jarak pandang menjadi semakin pendek. Setelah mempertimbangkan beberapa hal, akhirnya kami mendirikan tenda-tenda kami dan memasak makan siang kami. Setelah selesai makan dan beribadah, karena dinginnya udara kami terpaksa hanya duduk-duduk saja di dalam tenda masing-masing diselingi obrolan ringan untuk menghangatkan suasana.Salah satu hal yang sangat ingin saya jumpai pada pendakian kali ini adalah hamparan bunga kecil, yang mirip dengan bunga daisy. Warna merah muda dan putih yang cantik menghampar di hampir sepanjang jalur dari pos 4. Benar saja, bunga-bunga itu kian cantik karena dihiasi rintik hujan siang itu. Saya memuaskan hasrat dengan memotretnya dengan kamera.Karena hujan turun pada malam harinya, suhu pada dini hari menjadi tidak terlalu dingin dan masih dapat ditoleransi. Namun, sekali lagi kami tidak berhasil menjumpai sunrise milik Gunung Prau yang terkenal itu. Tidak juga mendapat lukisan indah yang terbentuk dari Gunung Sindoro dan gunung Sumbing. Tidak ada pula pemdangan hijaunya bukit teletubies yang terkenal itu. Masih berdo'a setidaknya bisa sebentar saja mengabadikan momen di Puncak Prau, Sindoro dan Sumbing akhirnya menampakkan wujudnya meskipun sebentar.Perlu diingat lagi bahwa sebaiknya jika memang memiliki banyak pilihan waktu, mendakilah ketika musim kemarau. Akan ada banyak keindahan dari Sindoro dan Sumbing, serta sunrise/sunset yang mengagumkan yang dapat ditemui di puncak gunung Prau.Pukul 09.30 WIB kami memutuskan untuk turun gunung. Setelah sarapan dan merapikan tenda, kami bergerak menyusuri jalanan licin yang curam itu. Beberapa kali saya dan teman-teman sempat terpeleset/terjatuh di jalanan licin tersebut.Kehati-hatian memang nomor satu yang harus diperhatikan ketika turun/naik gunung. Perjalanan turun kami diiringi kabut tipis dan gerimis, membuat udara sekitar menjadi semakin sejuk. Pukul 11.30 kami sudah sampai di basecamp, setelah membersihkan diri kami melanjutkan perjalanan kembali ke Purwekerto. Dan dengan kereta pukul 18.50 WIB berangkat menuju Pasar Senen, Jakarta.Demikian liburan akhir tahun saya, bagaimana dengan liburan kalian?
Komentar Terbanyak
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari AS, Garuda Ngaku Butuh 120 Unit