Baluran & Pantai Pasir Putih, Kekayaan Alam dari Situbondo
Sabtu, 07 Feb 2015 10:25 WIB

Tia Esha Nombiga ☮
Jakarta - Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, mungkin belum akrab di telinga traveler sebagai tempat wisata. Padahal, alamnya sangat kaya dan banyak yang bisa dieksplor. Taman Nasional Baluran hanyalah salah satunya.Kabupaten Situbondo memang bukan tempat yang ramai dengan manusia, mobil, atau gemerlap lampu pada malam hari. Namun Kabupaten Situbondo menjadi surga bagi para traveler yang hobi jalan-jalan.Situbondo menjadi jadwal tour kami selanjutnya. Rencana berlibur ke Kabupaten Situbondo berawal dari keinginan saya untuk mengunjungi tempat wisata savana. Jadwal keberangkatan kereta api pukul 11.30 WIB yang melaju dari Stasiun Madiun dan dijadwalkan tiba di Stasiun Probolinggo pada pukul 17.00 WIB.Perlu diingat, di Situbondo belum ada terminal dan stasiun. Kami menggunakan jasa kereta api ekonomi seharga Rp 50.000 per orang.Setelah kurang lebih menempuh perjalanan 5,5 jam, akhirnya kami tiba di Stasiun Probolinggo pukul 17.30 WIB. Untuk menuju kediaman Om Tulus yang berada di Situbondo, kami harus menempuh perjalanan kembali selama 2 jam dengan naik mobil pribadi. Akhirnya kami beristirahat untuk melanjutkan trip keesokkan harinya.Mentari pagi Situbondo menyapa kami yang cuma tertidur beberapa jam. Jam sudah menunjukkan pukul 05.30 WIB, saya mengambil air wudhu untuk melaksanakan solat subuh. Terdengar suara seseorang sedang memasak di dapur dan ternyata itu adalah Tante Henny yang sedang menyiapkan sarapan untuk kami semua.Setelah sarapan, kami membersihkan diri untuk bersiap melanjutkan trip kami yang pertama, yaitu menuju Taman Nasional Baluran yang terletak di Banyuputih. Taman Nasional Baluran ini masih termasuk dalam kawasan Situbondo. Perjalanan dari kediaman Om Tulus pukul 07.00 WIB menuju Taman Nasional Baluran cukup jauh, sekitar 1,5 jam menggunakan mobil pribadi.Taman Nasional Baluran merupakan taman nasional berupa kawasan padang rumput kering yang terletak di Banyuputih, perbatasan Situbondo dan Banyuwangi yang terkenal dengan sebutan 'Africa van Java'. Bagi traveler yang sering bolak-balik Jawa – Bali via darat pasti sering melewati daerah ini.Untuk menikmati keindahan Taman Nasional Baluran hanya dapat ditempuh dengan menggunakan mobil karena jarak dari tempat pembelian tiket menuju pusat wisata cukup jauh, sekitar 1 jam. Namanya juga padang rumput kering seperti di Afrika, pasti suhu udaranya tinggi. Ya memang daerah ini memiliki suhu yang cukup panas, terlebih apabila Anda mengunjunginya saat musim kemarau, kita akan merasakan atmosfir seperti berada di Afrika.Menurut informasi yang saya dapet, Taman Nasional Baluran ditempati oleh satwa liar dari berbagai spesie. Monyet, ayam hutan, burung merak dan burung lainnya, kijang, kerbau, kucing hutan, rusa, macan tutul, ular, dan yang terkenal adalah banteng serta beberapa jenis tumbuhan.Tapi jangan kuatir, di sini gak ada kawanan singa yang sering kita lihat di TV seperti savana di Tanzania. Macan tutul hanya tinggal di tempat-tempat tertentu. Taman Nasional Baluran memiliki beberapa tempat yang bisa dijadikan tujuan objek wisata, seperti Bekol yang merupakan padang rumput kering, Bama yang merupakan pantai yang sunyi karena di pantai ini jarang terjadi ombak, dan Evergreen yang merupakan satu-satunya daerah terhijau di kawasan ini karena air selalu mengalir di sini.Di Evergreen inilah tempat saya bertemu ular phyton dan ayam hutan. Usut punya usut, tempat ini juga merupakan habitat macan tutul. Di tempat ini pula banyak traveler yang melakukan penelitian. Sayangnya selama saya menyusuri TN Baluran, saya gak bertemu dengan kawanan banteng, hewan khas TN Baluran ini.Selanjutnya kami melepas lelah di sebuah pantai yang cukup sunyi. Bisa dibilang private beach karena jumlah pengunjung sedikit, belum terjamah oleh manusia. Namanya Pantai Bama. Di Pantai Bama traveler bisa snorkeling dan naik speed boat. Pantai ini dikelilingi hutan bakau yang merupakan habitat monyet liar dan ular.Di sepanjang pantai ini banyak sekali monyet liar. Jadi traveler yang ingin mengunjungi pantai ini diharapkan jangan membawa barang berharga, dikhawatirkan monyet nakal tersebut akan mengambil barang kalian.Setelah dirasa cukup puas menikmati keindahan TN Baluran, akhirnya kami melanjutkan perjalanan kami menuju Pantai Pasir Putih. Saat meninggalkan TN Baluran, jam sudah menunjukkan pukul 13.00 WIB. Karena perut kami mulai lapar, yang empunya rumah mengajak kami menikmati lele bakar di sebuah kedai yang bernama Istana Lele sambil melaksanakan salat zuhur yang tak jauh dari lokasi Pantai Pasir Putih. Di kedai ini juga terdapat peternakan ikan lele.Perut udah kenyang, rasa lelah udah hilang, muka segar karena abis wudhu, saatnya kami melanjutkan trip kami ke Pantai Pasir Putih. Saat itu jam menunjukkan pukul 16.00 WIB ketika kami tiba di Pantai Pasir Putih. Kenapa kok disebut Pantai Pasir Putih? Bukan karena warna pasirnya, tapi karena nama daerahnya yaitu Pasir Putih.Pantai Pasir Putih tidak seluas Pantai Klayar, namun Pmemiliki ombak yang relatif kecil karena terletak di pantai utara dan pantai yang super bening. Kami menaiki perahu layar untuk 6 orang dengan membayar seharga Rp 100.000. Sungguh pengalaman liburan yang menyenangkan, kami dibawa oleh nelayan setempat hingga berjarak beberapa ratus meter dari bibir pantai.Perahu layar ini dikendalikan menggunakan layar super besar yang memanfaatkan tenaga dan arah angin. Yang bikin saya heran, dari sini masih bisa terlihat karang dan beberapa spesies ikan sedang menari-nari di dalam air. Ternyata kedalamannya hanya 2 meter meski cukup jauh dari bibir pantai. Dari sini saya juga bisa melihat keindahan sunset dan Gunung Puteri.Seperti biasa, sebelum pulang, kami membeli oleh-oleh khas Situbondo yang kebanyakan berbahan dasar tape seperti bolu tape, prol tape, suwir-suwir, dan lain-lain. Akhirnya kami pamit pulang dan mengucapkan terima kasih setelah Om Tulus dan Tante Henny mengantar sampai ke Terminal Probolinggo. Karena jadwal kereta pada malam hari sedang kosong, kami menggunakan jasa bus menuju terminal Madiun.Saat tiba di Terminal Madiun, jam menunjukkan pukul 02.30 WIB. Kota Madiun seperti kota mati, berbeda dengan Cibinong, Bogor, ataupun Jakarta yang sudah menunjukkan aktivitasnya pagi buta begini.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum