Pohon Sang Buddha di Pagoda Shwedagon, Myanmar
Selasa, 10 Mar 2015 15:20 WIB

Taufik

Jakarta - Bagi penganut Buddha, Pohon Boddhi sangatlah sakral. Di dalam area Pagoda Shwedagon di Yangon, Myanmar ada pohon Boddhi dimana para wisatawan biasa merapal doa.Myanmar, negeri yang dulunya terkenal dengan nama Burma ini merupakan salah satu negeri di Asia Tenggara yang masih banyak menyimpan misteri. Maklum saja, karena selama beberapa dekade di bawah cengkraman junta militer, negeri ini nyaris tertutup. Hanya sedikit wisatawan yang berkunjung ke sana.Namun, sejak dua tahun terakhir ini, ketika pintu masuk ke Myanmar mulai sedikit terkuak, maka mulailah aliran wisatawan masuk ke Myanmar dan menikmati keeksotisan budaya yang ditawarkan.Sejak tahun 2014 lalu, pemegang paspor Indonesia dapat berkunjung ke Myanmar selama 14 hari tanpa visa, dan kesempatan yang ditunggu-tunggu ini pun segera saya manfaatkan untuk sekedar beberapa hari mampir ke Yangon. Kota dimana masih banyak pria bersarung Longyi mengembara di seantero kota dan juga ribuan pagoda bertebaran menghiasi cakrawala.Negeri ini memang Negeri Buddha, tidak mengherankan kalau yang menjadi ikon wisata adalah sebuah pagoda besar yang berada di pusat Kota Yangon yaitu Shwedagon Pagoda. Tempat ini pula yang menjadi tujuan pertama dalam anjangsana di negri Aung San Suu Kyi ini.βCukup naik taksi dengan ongkos sekitar 3.000 Kyat,β demikian penjelasan resepsionis tempat hotel saya menginap. 5 Menit kemudian, saya sudah berada di samping supir taksi bersarung menuju ke Shwedagon Pagoda. Perjalanan tidak terlalu jauh, namun kepadatan lalu lintas di kota Yangoon yang melarang sepeda motor di seluruh kota membuatnya sedikit lebih lama dari yang diharapkan.Sesampainya di halaman pagoda, saya menuju ke loket khusus orang asing. Walaupun kalau kita menyamar sebagai orang lokal, tidak akan dipungut biaya. Syaratnya cukup pakai longyi saja. Harga tiket masuk sebesar 8000 Kyat, dan kalau mau pakai guide bisa langsung nego.Seorang pemuda berusia 25 tahun mendekati saya dan menawarkan jasanya. Ongkosnya 5.000 Kyat untuk memandu keliling pagoda terbesar di Myanmar ini, selama kurang lebih satu jam.Matahari sudah tenggelam di langit kota Yangon. Hembusan angin sepoi-sepoi membuat perjalanan dengan kaki telanjang di lantai pagoda ini terasa kian nyaman. Ratusan atau bahkan ribuan peziarah bercampur baur dengan wisatawan dari pelosok penjuru dunia. Sebagian dengan khusuk berdoa di depan patung-patung Budha berlapiskan emas yang berkilauan dibawah pantulan lampu-lampu pagoda.Pagoda utama yang ada di tengah berdiri megah. Bagi yang ingin berziarah, bisa juga melakukan jalan kaki berkeliling alias tawaf. Yang membedakan dengan tawaf di Kabah adalah pagoda akan selalu berada di sebelah kanan kita. Asyiknya, di sekeliling pagoda, terdapat pagoda kecil tempat para penziarah khusus berdoa dan diberi nama sesuai dengan nama hari. Salah satunya adalah Wednesday Corner atau pojok hari Rabu.Sang guide mengajak saya berkeliling pagoda yang paling terkenal di Myanmar dan menurut cerita telah berusia sekitar 2600 tahun ini. Salah satunya adalah tempat dimana kita dapat melihat berlian yang ada di pucuk pagoda yang warnanya bisa berubah-rubah tergantung dimana kita meletakkan kaki kita.Tidak terasa, perjalanan di pagoda ini pun telah berjalan sekitar 1 jam, sang pemandu mohon pamit sambil meminta tambahan uang tip sebesar 2000 kyat lagi di salah satu pojok pagoda dimana terdapat sebuah pohon Boddhi yang besar.Di pohon ini, ternyata banyak juga warga Myanmar dan wisatawan yang beragama Buddha sedang khusyuk berdoa. Sementara saya dengan perlahan menuruni tangga menuju pintu keluar dan kemudian naik taksi kembali ke hotel. Sepotong senja yang berkesan di warga Myanmar, menyaksikan wisatawan yang beragama Buddha sedang asyik dan khusuk berdoa. Sementara saya dengan perlahan menuruni tangga menuju pintu keluar dan kemudian naik taksi kembali ke hotel. Sepotong senja yang berkesan di Yangon, Myanmar.
Komentar Terbanyak
Didemo Pelaku Wisata, Gubernur Dedi: Jelas Sudah Study Tour Itu Piknik
Forum Orang Tua Siswa: Study Tour Ngabisin Duit!
Pendemo: Dedi Mulyadi Tidak Punya Nyali Ketemu Peserta Demo Study Tour