Duh! Sedihnya Melihat Hutan Rusak di Pulau Moyo
Minggu, 12 Okt 2014 09:08 WIB

Endah R-h
Jakarta - Menjelajah alam Indonesia, traveling tentu ingin melihat hutan rimbun, dan pemandangan indah. Tapi saat menjelajah Pulau Moyo di Sumbawa, NTB, ada wisatawan yang menemukan hutan rusak. Sedihnya bukan kepalang.Tujuan traveling antara lain melihat keanekaragaman budaya dan melihat keindahan alam. Namun, yang ditemui di lapangan tak selamanya indah. Ketika blusukan ke pedalaman Pulau Moyo, Kabupaten Sumbawa beberapa waktu lalu, ada bagian perjalanan yang sungguh sangat tidak mengenakkan. Apa yang saya temui justru membuat pilu, miris, geram dan marah ketika menyaksikan penebangan liar.Saat itu saya naik motor diantar oleh seorang guide lokal membelah jalan kecil memasuki hutan, dari Desa Sebotok menuju Desa Labuan Aji. Tujuan utama sebenarnya mengikuti rute sebuah acara jelajah sepeda. Karena saya hanya bertujuan memotret, maka saya tidak bersepeda, namun mengikuti seluruh rutenya dengan motor.Rute awal adalah melewati hutan rakyat yang ditanami pohon Jambu Mete, dan kemudian melewati sebuah desa. Setelah itu menyusuri pinggiran pantai yang cukup indah. Sekitar satu jam setelahnya, jalan kecil itu menanjak menuju perbukitan dengan pepohonan yang masih rindang.Meski berjalan di tengah rerimbunan hutan yang hijau, namun semakin siang udara semakin panas karena di sana lama tidak turun hujan. Tiba di pertengahan rute, tercium bau asap. Udara siang yang terik pada saat itu pun bertambah panas. Tiba di pertengahan bukit, mata saya terbelalak nanar melihat pemandangan yang membuat emosi meluap hingga ke ubun-ubun.Apa yang saya lihat berubah drastis 180 derajat. Yang terlihat kemudian adalah sebuah gurun baru. Di area terbuka ini, seluruh pohon telah dibakar dan dibabat habis. Terlihat setumpukan potongan kayu di pinggirnya. Ceceran abu terlihat di mana-mana, beberapa lokasi masih mengepulkan asap tipis dan terasa hangat. Jelas perbuatan terkutuk ini masih sangat baru.Entah berapa hektar area pembalakan liar ini. Tak ada pohon yang tersisa di area yang dibabat. Kalaupun ada, penampakannya pun serasa memilukan, sebatang kayu kering berdiri tegak, seolah-olah menjadi saksi keji pembabatan dan pembakaran hutan di sekelilingnya.Saya dan beberapa goweser berhenti sejenak untuk memotret keadaan. Namun sebenarnya ada terselip rasa takut apabila kelompok pembalak liar masih ada di situ dan kemudian menyerang kami karena telah mendokumentasikan peristiwa yang memilukan ini.Ribuan pohon di hutan yang tumbuh puluhan tahun, lenyap dalam sekejap. Jika sebelumnya jalan setapak yang ada yang hanya cukup untuk dilewati oleh sepeda motor ini terasa teduh jika kita melaluinya, kini terasa sangat panas. Akar-akar pohon di kedua sisinya yang sebelumnya membuat jalan setapak tersebut padat, kemudian menjadi gembur seperti jalur berpasir, serta menjadi licin karena tak ada lagi penahan alami.Hal ini tentu saja sangat membahayakan bagi pengendara yang lewat. Padahal inilah satu-satunya jalan darat yang menghubungkan Desa Sebotok dan Desa Labuan Aji. Jalan lainnya adalah melalui laut, namun memutar cukup jauh dan biayanya mahal.Kerusakan alam dan lingkungan, itu jelas tidak bisa dihitung dengan uang. Udara yang semakin panas, ancaman erosi dan banjir bandang jika hujan besar tiba, berkurang atau hilangnya cadangan air yang sebelumnya disimpan akar-akar pohon, hilangnya beberapa spesies baik flora maupun fauna, serta beberapa kerusakan lainnya membuat semakin miris memikirkannya.Cerita pemilik motor yang mengantar saya, kadang lahan pembalakan ini ditanami, tapi ada banyak lahan bekas pembalakan liar yang tidak ditanami apapun dan kemudian dipenuhi semak perdu yang mengering. Selain ancaman kerusakan di atas, ini juga menimbulkan ancaman lainnya yaitu kebakaran hutan.Sekitar setengah jam dari lokasi tersebut saya berhenti di sebuah dataran kecil yang teduh. Ada beberapa lelaki yang juga sedang beristirahat. Ada gergaji mesin di antara mereka. Kuat dugaan, mereka ini adalah bagian dari pekerja yang telah membabat hutan. Pakaian mereka sangat lusuh, dan saya yakin upah mereka hanya cukup untuk sekedar makan. Namun, dalang atau orang yang telah menyuruh mereka membabat hutan itulah yang sangat jahat.Laju deforestasi atau penggundulan hutan di Indonesia semakin parah, inilah salah satu penyebab berbagai bencana di Indonesia. Tidak ada yang bisa saya lakukan di tempat terpencil saat itu selain mengutuk perbuatan biadab perusakan hutan ini. Dalam rangkaian traveling di Pulau Moyo, telah saya dapatkan cerita pahit di antara cerita indah lainnya.
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol