Indahnya Kerukunan Beragama di Alun-alun Magelang
Jumat, 04 Jul 2014 15:28 WIB
Jakarta - Kalau berakhir pekan ke Magelang, pastikan Anda datang ke alun-alunnya. Di sana wisatawan bisa melihat harmonisnya kehidupan beragama, karena tempat peribadatan semua agama berkumpul di sekitar alun-alun.Sebagaimana kota-kota lain di Pulau Jawa, Magelang menandai pusat kotanya lewat keberadaan alun-alun. Uniknya, alun-alun kota ini memiliki tak hanya satu tempat peribadatan, tetapi ada 4 sekaligus. Secara berdampingan, ada 4 tempat ibadah dengan keyakinan berbeda dalam satu kawasan yang sama. Inilah bukti kerukunan lima umat beragama di pusat Kota Magelang!Bangunan pertama adalah Masjid Agung Magelang. Awalnya hanya berupa langgar kecil (1650), lalu dibangun lebih besar pada 1810. Di masa penjajahan Belanda, bangunan yang terletak di sayap barat alun-alun ini menjadi tempat persinggahan pejuang kemerdekaan.Bangunan kedua adalah Gereja Protestan Indonesia bagian Barat (GBIP). Merupakan satu dari tujuh wilayah yang dibangun serentak di berbagai kota di Indonesia, pada 1817. Gereja yang dulunya bernama "De Protestantse Kerk in Westelijk Indonesie" ini terletak di sayap utara alun-alun.Bangunan selanjutnya adalah Klenteng Liong Hok Bio. Perang Jawa (1825) pimpinan Pangeran Diponegoro turut melibatkan warga Tionghoa. Sebagai pejuang perang, mereka hidup berpindah-pindah. Magelang merupakan salah satu tempat persinggahan, sehingga dibangunlah kelenteng Buddha ajaran Tridharma (Taoisme, Buddhisme dan Konfusianisme). Kelenteng yang dibangun tahun 1864 ini terletak di sisi selatan alun-alun.Gereja Santo Ignatius. Terletak di sebelah barat GPIB, gereja Katolik ini dibangun tahun 1899. Sejak 1933 telah menyelenggarakan khotbah mingguan berbahasa Jawa. Gereja ini turut mengalami keganasan pendudukan Jepang, dengan penangkapan pastur-pastur berkebangsaan Belanda.Β Uniknya, Liong Hok Bio yang merupakan tempat peribadatan Buddha ajaran Tridharma, menjadi titik mula upacara Pindapata. Pindapata merupakan rangkaian prosesi Waisak ajaran Budha Mahayana, sebelum biksu berdoa di Candi Borobudur. Borobudur yang berjarak sekitar 20 kilometer dari alun-alun ini, menjadi pusat perayaan Waisak nusantara sejak 1953.Belajar kerukunan beragama tak perlu jauh-jauh ke negeri orang. Lihatlah warga Magelang, yang damai menjalaninya sejak ratusan tahun yang lalu. Hingga kini, alun-alun Magelang menjadi arena berbaur antar umat yang beribadah dengan lima cara berbeda.
Komentar Terbanyak
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Foto: Momen Liburan Sekolah Jokowi Bersama Cucu-cucunya di Pantai
Aturan Baru Bagasi, Presdir Lion Air Group: Demi Keselamatan