Tantangan Panjat Tebing di Gunung Parang, Purwakarta
Jumat, 18 Jul 2014 14:50 WIB

Jakarta - Aktivitas olahraga ekstrem yang memacu adrenalin selalu seru untuk dilakukan. Salah satu olahraga yang bisa dicoba adalah Panjat Tebing. Petualang bisa melakukannya di tebing Gunung Parang, dijamin seru dan menegangkan!Setelah melakukan portaledge (bermalam di tebing) beberapa waktu lalu di Gunung Parang, Kampung Cihuni, Purwakarta, Jawa Barat, weekend kemarin saya ingin mengulanginya kembali. Kali ini dengan membawa peralatan baru berupa chair/seat hammock. Saya membayangkan bisa menikmati senja dari sisi tebing dan mengawali pergantian hari dari siang ke malam dengan secangkir teh hangat sambil duduk membaca buku di atas kursi hammock.Seperti kebiasaan di weekend, seusai salat subuh, saya segera bersiap-siap menuju ke Gunung Parang, Kampung Cihuni di Purwakarta. Kali ini saya berangkat sendirian, karena rencananya saya dan Kang Danni, Badega Gunung Parang akan merintis sebuah jalur baru di Tower 3 yang nantinya akan diperuntukkan untuk climber pemula atau mereka yang akan melakukan fun climbing.Pagi masih sepi dan jalanan masih lancar jadi tak membutuhkan waktu lama untuk tiba kembali di Cihuni. Berbeda dengan 2 kali kunjungan sebelumnya, kali ini saya menggunakan jalur berbeda, yakni jalur Cilalawi. Jalur ini sama dengan jalur yang saya gunakan saat pulang ke Jakarta di kunjungan sebelumnya setelah mendapat info dari Mang Kartolo karena lebih sepi dan lebih cepat.Pemandangan via jalur Cilalawi ini sangat indah karena tidak seramai jika via jalur Ciganea. Sawah hijau terbentang dengan latar belakang Gunung Parang dari sisi utara. Di beberapa tempat juga bisa terlihat dengan jelas, Waduk Jatiluhur sedang memancarkan pesona keindahannya. Saya beberapa kali berhenti hanya untuk sekedar mengabadikan lukisan alam yang ada di sepanjang perjalanan.Pukul 9.30 WIB saya sudah bergabung dengan Kang Danni dan dianjurkan untuk beristirahat sejenak di saung yang kosong. Rencananya akan memulai pemanjatan setelah makan siang sembari menunggu 3 orang tamu dari Jakarta yang rencananya akan melakukan fun climbing.Jam menunjukkan pukul 13.00 siang saat kami mulai bergerak menuju titik awal pemanjatan yang bisa ditempuh dengan trekking selama 10 menit. Peralatan sudah disiapkan, carabinner, runner, tali, bahkan harness sudah terbelit di pinggang saat langit tiba-tiba berubah menjadi gelap dan dengan sangat cepat, dibarengi dengan tumpahan air dari langit.Bukan itu saja, petir dan kilat juga menyambar dengan ganasnya. Kami mencari tempat berteduh sambil membuka perbekalan dan kompor untuk memasak air. Kami ingin menghalau rasa dingin dengan menyeruput segelas kopi atau teh karena angin lumayan kencang. Kami berharap hujan ini hanya sementara dan kami bisa kembali melanjutkan rencana pendakian.Hingga habis beberapa gelas kopi dan teh, hujan malah semakin deras. Hari sudah mulai gelap, akhirnya kami memutuskan bahwa kami tak mungkin memanjat hari ini. Peralatan yang sudah terhampar dan terpasang terpaksa kami benahi kembali. Beberapa peralatan akan kami bawa kembali ke basecamp dan sebagiannya tetap kami biarkan terpasang dan simpan di sisi bawah tebing.Dengan langkah gontai, kami menembus hujan untuk kembali ke basecamp. Malam ini dengan sangat terpaksa saya tidak bisa melewatkan malam di sisi tebing seperti sebelumnya. Kecewa tapi tak berdaya karena ini adalah faktor alam.Keesokan paginya, cuaca lumayan cerah. setelah mandi dan sarapan, kami kembali melakukan trekking menuju titik awal pemanjatan. Kali ini, sudah bergabung 3 orang dari Jakarta yang akan melakukan fun climbing. Alat segera dipasang kembali di Jalur 2, jalur yang baru saja dibuat minggu lalu. Dibandingkan dengan jalur 1, jalur 2 lumayan lebih mudah karena selain lebih landai, jalur 2 juga banyak memiliki pijakan serta tebingnya banyak ditumbuhi pepohonan.Kami pun memulai pemanjatan dengan mendahulukan rekan-rekan yang akan melakukan Fun Climbing. Baru setelah mereka kelar memanjat dan foto-foto tentunya, barulah kami (saya, Hafid dan Kang Danni) mulai memanjat untuk mencari tempat yang cocok untuk memasang seat hammock yang saya bawa. Kang Danni sudah mencoba mencari beberapa lokasi yang cocok untuk membuat hanger dengan cara mengetok-ngetok permukaan batu namun nampaknya dia tidak mendapatkannya.Akhirnya diputuskan untuk menggantung seat hammock di dahan sebatang pohon yang dirasa cukup kuat. Jadilah kami duduk sambil berayun-ayun di atas sebuah hammock yang menggantung di dahan sebuah pohon yang tumbuh di sisi tebing di ketinggian sekitar 50 meter dari permukaan tanah. Dari kejauhan tampak Gunung Cilalawi dan Waduk Jatiluhur.Setelah bergantian mengambil foto, kami lalu bersiap-siap turun melewati seutas tali dengan system belay. Kami baru akan mulai melakukan packing di sisi bawah tebing saat hujan kembali mengguyur dengan derasnya. Seperti kemarin, kepulangan kami ke basecamp kembali diiringi hujan deras yang tak berhenti hingga saya meninggalkan kampung Cihuni untuk kembali ke Jakarta. Seru!
(travel/travel)
Komentar Terbanyak
PHRI Bali: Kafe-Resto Putar Suara Burung Tetap Harus Bayar Royalti
Traveler Muslim Tak Sengaja Makan Babi di Penerbangan, Salah Awak Kabin
Pembangunan Masif Vila di Pulau Padar, Pengamat: Menpar Kok Diam?