Sst, Ini 2 Pantai Indah di Selatan Malang

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Sst, Ini 2 Pantai Indah di Selatan Malang

Atiqoh Hasan - detikTravel
Senin, 01 Sep 2014 15:10 WIB
loading...
Atiqoh Hasan
Ombak besar di Pantai Ngliyep
Sepi di Pantai Ngliyep
Pantai perawan Jonggring Saloko
Tidak terpakai lagi, bekas peradaban
Sst, Ini 2 Pantai Indah di Selatan Malang
Sst, Ini 2 Pantai Indah di Selatan Malang
Sst, Ini 2 Pantai Indah di Selatan Malang
Sst, Ini 2 Pantai Indah di Selatan Malang
Jakarta - Selain bangunan bersejarah, Malang juga punya pantai indah di sisi Selatan. Kedua pantai ini bernama Pantai Ngliyep dan Pantai Jonggring Saloko. Seperti apa cantiknya?April lalu, saat saya stres berat, saya memilih untuk menyepi di dua pantai di Malang Selatan, Pantai Ngliyep dan Pantai Joggring Saloko. Sebenarnya ada satu pantai lagi di dekat Ngliyep, hanya saja aksesnya jelek. Apalagi saat musim hujan seperti saat itu, jalanan makin buruk rupa. Tidak bisa dilewati motor.Seperti biasa, saya mengajak Har dan Navis untuk jalan. Perjalanan pertama menuju Ngliyep. Dari Margosono, perjalanan melewati Karangkates sampai Donomulyo. Persisnya, pantai ini terletak sekitar 63 kilometer dari pusat Kota Malang. Estimasi waktu jika ditempuh menggunakan kendaraan pribadi sekitar 60-90 menit.Jalanan Selatan Malang sepi dan mulus. Namun karakteristiknya sama, meliuk-liuk dengan pepohonan di kanan kiri. Pintu masuk Pantai Ngliyep saat itu sepi sekali, kami menjadi pengunjung pantai satu-satunya. Maklum, bukan hari libur. Tiket masuknya dipatok 5.000 rupiah/orang.Layaknya pantai Selatan lain, ombak Pantai Ngliyep bikin hati takut. Saya tidak berani main air meski ingin banget. Sayang nyawa cenderung takut. Akhirnya, kami pun hanya menikmati pantai dari berbagai sudut.Dari atas pertapaan yang terdapat beberapa sesajen, dari tepi pantai sebelah kiri, dan dari gazebo-gazebo yang sepi dan menenangkan. Lama juga kami bertiga menghabiskan waktu di sini. Navis sampai pulas tidur di gazebo.Pasir Ngliyep putih bersih. Ombaknya keras dengan perpaduan air biru tua. Khas samudera dengan kedalaman mencekam. Angin semilir cukup membuat kami terlena. Apalagi, saat itu tiba-tiba kondisi saya ngedrop. Meski demikian, saya masih memaksakan diri dan teman-teman untuk mampir ke Jonggring Saloko yang pantainya indah.Jonggring Saloko tidak begitu jauh dari Ngliyep. Hanya saja ternyata letaknya amat sangat jauh dari peradaban. Saya pikir tidak berlebihan saya bilang begitu. Sebab, kenyataannya memang super jauh dan melelahkan, padahal saya banyak dibonceng. Wajar saja, Jonggring Saloko adalah pantai perawan. Namanya perawan pasti aksesnya sulit dijangkau manusia pengeluh macam saya begini.Sekitar 7 kilometer dari rumah penduduk terakhir untuk mencapai Jonggring Saloko. Jarak segitu mungkin tidak akan ada apa-apanya kalau berkendara di jalanan mulus.Sayangnya, kami harus menempuh 7 kilometer dengan kondisi jalanan yang luar biasa hancur lebur. Tidak cuma hancur, lumpur yang menggenang sesekali membuat motor kami nyaris terpeleset.Kami betul-betul masuk hutan. Tidak ada papan penunjuk sama sekali ketika sudah masuk hutan. Hanya mengandaikan insting kuat untuk tetap melaju atau balik arah sekalian. Tapi saat itu, Navis bilang kepalang tanggung saat saya usul putar balik saking nggak kuatnya terlempar-lempar di jok motor.Selama lebih dari satu jam kami berpeluh melintasi medan yang hancur parah dan suasana hutan yang sepi tiada tara. Di tengah perjalanan, Har yang membonceng saya sempat berseru jika dirinya melihat dan disapa orang. Padahal tidak ada siapa pun di sana. Yes, Har lihat penampakan!Nah, berhubung Har lihat si anu tapi saya tidak lihat inilah yang membuat motor kami atuh dengan indahnya. Kami jatuh terguling di atas batuan hancur. Saya deg-degan parah. Apalagi, Navis berkendara lebih dahulu sehingga saya harus mengklakson kencang agar dia berhenti dan menolong kami.Serius, yang ada di pikiran saya saat itu adalah, kalau saya lihat yang macam-macam juga gimana? Saya lari kemana? Kalau tiba-giba ada yang bunuh saya di tempat sepi gini siapa yang bakal nemuin mayat saya? Parno!Masuk ke pintu masuk Jonggring Saloko seolah melihat kerusakan sadis. Tidak salah lagi, di Pantai Jonggring Saloko dulunya pasti ada beberapa wisatawan lokal ke mari. Itu bisa dilihat dari adanya beberapa warung kayu yang rusak parah disertai coretan-coretan pengunjung.Coretan terakhir sekitar tahun 2009. Di sana juga ada gerbang masuk yang sudah lapuk, menambah kesan antara mistis, seram, sunyi, dan entah apalagi.Saya menelan ludah celingukan. Kayak begitu susahnya medan, ternyata di sini seperti kota mati. Saya terkekeh dalam hati. Ya sudah namanya juga pengalaman. Di sini, kami berdiam juga cukup lama. Melebur rasa capek yang tidak kira-kira.Kenapa saya mengusulkan ingin ke Jonggring Saloko? Alasannya, berdasarkan tulisan di blog, di pantai ini ada permainan air layaknya seruling air di Pantai Klayar, Pacitan. Tapi, sayang seribu sayang, kami tidak menemukannya. Entah karena kami sudah lelah atau karena memang tidak tahu tempatnya.Ombak di sini sangat besar. Beda dengan Ngliyep, Jonggring Saloko didominasi bebatuan terjal. Itu juga yang menyebabkan saya tidak bisa foto-foto. Sayang nyawa!
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads