3 Tempat Seru untuk Membuktikan Jayanya Kesultanan Banten

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

3 Tempat Seru untuk Membuktikan Jayanya Kesultanan Banten

Rita Syifa Rosiana - detikTravel
Minggu, 06 Apr 2014 12:50 WIB
loading...
Rita Syifa Rosiana
Suasana di depan Menara dan Masjid Agung Banten Lama
Para peziarah menunggu giliran masuk.
Meriam Ki Amuk
Koleksi senjata di Museum Banten Lama
Situs bersejarah, reruntuhan Keraton Surosowan, Banten
3 Tempat Seru untuk Membuktikan Jayanya Kesultanan Banten
3 Tempat Seru untuk Membuktikan Jayanya Kesultanan Banten
3 Tempat Seru untuk Membuktikan Jayanya Kesultanan Banten
3 Tempat Seru untuk Membuktikan Jayanya Kesultanan Banten
3 Tempat Seru untuk Membuktikan Jayanya Kesultanan Banten
Jakarta - Banten di masa lalu menjadi sebuah kesultanan yang cukup diperhitungkan di Nusantara. Di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Banten mengalami puncak kejayaan yang tidak kalah dengan kerajaan lain di Nusantara. Yuk, tengok sisa-sisa kejayaannya!Bukti-bukti kejayaan Kesultanan Banten hingga kini yang masih bisa kita saksikan. Beberapa tempat untuk melihatnya antara lain Masjid Agung Banten, situs bangunan Keraton Surosowan, juga benda-benda peninggalan sejarah yang tersimpan di Museum Kepurbakalaan Banten Lama.Dari Jakarta kami naik Bus Primajasa jurusan Kampung Rambutan-Merak. Tarif per penumpang untuk bus AC Ekonomi Rp 20.000. Setelah menempuh perjalanan sekitar 2 jam, kami turun di depan kampus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang. Selanjutnya kami naik angkot jurusan Terminal Pakupatan-Pasar Rau, dengan tarif Rp 3.000 /orang. Setiba di Pasar Rau kami melanjutkan dengan angkot yang akan menuju ke Banten Lama, tarif per orang Rp 5.000.Tujuan pertama adalah Masjid Agung Banten, yang merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia. Keberadaan Masjid Agung Banten yang memiliki nilai sejarah ini banyak mengundang para peziarah yang bukan hanya berasal dari Banten dan Jawa Barat saja, melainkan juga dari berbagai daerah di Indonesia khususnya Pulau Jawa.Lokasi ziarahnya berjarak sekitar 300 meter dari tempat parkir atau angkutan umum berhenti. Sebelum masuk ke lokasi ziarah, kita akan melihat Masjid Agung Banten dan menara Banten Lama. Setelah memasuki pintu gerbang yang bertuliskan 'pintu masuk ziarah pertama', selanjutnya kita akan berada di kompleks Masjid Agung dan kompleks Makam Para Sultan Banten dan keluarganya.Β Suasana cukup ramai dan berdesakan. Di sini kita harus melepas alas kaki, jadi jangan sampai lupa untuk membawa plastik sebagai tempat sandal dan sepatu. Sampai di dalam kami belum bisa langsung masuk karena menunggu giliran sampai peziarah sebelumnya selesai. Ketika akhirnya pintu terbuka, semua berdesakan ingin bisa masuk terlebih dahulu.Pintu ditutup kembali. Di sini ini kita bisa melihat makam para Sultan Banten dahulu beserta keluarganya. Di dalam semua aktivitas mengambil gambar tidak diperbolehkan. Setelah ziarah selesai kami keluar dan kembali ke tempat semula yaitu gerbang masuk masjid.Β Tadinya saya ingin naik ke menara masjid, namun karena terlihat antre dan berdesakan, saya urungkan niat tersebut. Padahal menurut teman saya, Siti, dari atas menara kita dapat menyaksikan panorama di sekitar Masjid Agung Banten serta perairan lepas pantai yang hanya berjarak sekitar 1,5 km dari Masjid Agung Banten.Lepas mengunjungi Masjid Agung Banten, berikutnya kami mengunjungi Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama. Memiliki luas bangunan 778 m2 dengan luas tanah 10.000 m2. Tidak perlu merogoh kocek dalam untuk bisa masuk ke museum ini karena harga tiket hanya Rp 1.000 /orang.Sebelum masuk ke dalam museum, kita bisa melihat koleksi bendasejarah yang berada di luar museum. Benda-benda tersebut adalah Meriam Ki Amuk, alat penggilingan tebu di masa lalu, dan relief hiasan bekas reruntuhan gerbang Keraton Surosowan.Di dalam museum, kita dapat melihat koleksi museum antara lain berbagai macam senjata, aneka perabotan rumah tangga, perhiasan, alat pertanian, berbagai jenis uang yang pernah digunakan ketika zaman Kesultanan Banten sampai dengan zaman pra kemerdekaan. Di museum ini juga kita dapat melihat maket pusat wisata budaya taman Purbakala Banten Lama.Cukup menarik sebetulnya melihat-lihat koleksi di museum ini, seandainya saja pengelola lebih memperhatikan kenyamanan bagi pengunjung. Ruangan yang panas memaksa kita untuk tidak berlama-lama berada di sini. Sebelum keluar museum, jika ingin membeli souvenir bisa menghubungi petugas yang menunggu counter. Di sini, meskipun tidak terlalu lengkap kita bisa membeli gelang khas Baduy, ikat kepala khas Baduy, dan juga batik khas Banten dengan harga yang relatif terjangkau.Puas melihat-lihat koleksi museum, yang tak boleh dilewatkan adalah mengunjungi bekas reruntuhan Keraton Surosowan. Dari beberapa sumber diperoleh informasi bahwa keraton seluas 3,5 hektar ini dibangun pada tahun 1552, dan dahulu merupakan tempat tinggal para sultan Banten.Β Pada tahun 1680 Keraton ini dihancurkan oleh Belanda saat Kesultanan Banten di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa berperang melawan penjajah Belanda. Meskipun keraton ini sempat diperbaiki, namun akhirnya dihancurkan kembali pada tahun 1813 ketika Sultan Rafiudin, yang merupakan Sultan terakhir Kesultanan Banten tetap menolak untuk tunduk pada kekuasaan Belanda.Β Saya membayangkan bahwa dulunya pasti keraton ini sangat megah. Kini, berada di lokasi ini kita masih bisa menyaksikan di antaranya bekas gerbang keraton, bekas pemandian keluarga keraton, bekas ruang-ruang lain di dalam keraton. Sayangnya situs yang menyimpan sejarah ini tidak terawat.
Hide Ads