Terbuai Pesona Merapi yang Tak Pernah Ingkar Janji
Senin, 07 Apr 2014 11:43 WIB

Fransisca Satogai
Jakarta - Sudah sejak dulu Gunung Merapi selalu menjanjikan panorama yang indah bagi wisatawan. Meski telah diterjang bencana, masih banyak rahasia pesona lain dan tetap menantang siapapun yang menengok Merapi.Perjalanan Oktober ini kami putuskan untuk pergi lagi ke Yogyakarta. Sebuah kota yang menurut kami adalah kota impian untuk kami berhuni nanti meninggalkan sejenak hiruk pikuk Kota Metropolis kedua Indonesia, Surabaya.Jumat, 11 Oktober 2013 pukul 22.00 WIB kami berkumpul di Terminal Purbaya. Suasananya ramai dengan iringan musik dangdut malam di peron terminal. Ramai orang mudik karena bertepatan dengan libur panjang Hari Raya Idul Adha.Bus tujuan Surabaya-Yogyakarta selalu penuh, dan kami bertujuh pun berebutan naik bus dengan penumpang lain. Akhirnya kami berangkat juga. Duduk paling belakang tidaklah masalah yang penting bisa sampai di kota tempat kami berlibur.Sabtu, 11 Oktober 2013, mentari pagi menyambut kami seolah berkata 'Selamat Datang di Yogyakarta' dan pemandangan Gunung Merapi dan Merbabu menyambut pagi ini dengan lengkap. Tiba saatnya turun dan berpisah dengan 3 orang dalam rombongan. Mereka akan hiking ke Gunung Merbabu.Kami berempat akan mencoba menelusuri kaki Gunung Merapi dan mencoba treking Gunung Api Purba. Dua arah yang berbeda, satu di daerah Sleman dan satu lagi di daerah Gunungkidul. Tapi itu yang membuat trip sederhana ini menjadi luar biasa.Bersyukur kami mendapat tumpangan menginap di salah satu rumah kawan kami di daerah Jalan kaliurang. Sangat membantu, karena tujuan pertama kami adalah ke kaki Gunung Merapi. Istirahat sejenak melepas lelah perjalanan bus malam, dan tepat pukul 11.00 WIB sewaan motor kami datang dan kami bersiap melanjutkan perjalanan.Ya Merapi kami datang! Cuaca siang itu sangat mendukung adventure kami. Langit biru dan terik matahari seolah menyambut kami untuk menikmati alam Merapi siang ini. 45 menit berselang akhirnya kami sampai di kawasan Kaliadem.Kaliadem merupakan pintu masuk untuk melihat wajah sisa erupsi merapi yang kini sudah mulai menata kembali. Senyum khas warga Kaliadem menyambut ramah.Petualangan dimulai, setelah mencari alat transportasi yang pas untuk berkeliling, kami memutuskan untuk menyewa Jeep terbuka untuk petualangan ini. Harga sewa Jeep tidak terlalu mahal, cukup membayar Rp 250 ribu saja.Brum...brummmm suara Jeep datang dan siap membawa kami berkeliling kaki Gunung Merapi. Panas matahari bercampur debu dan lindasan truk pembawa pasir menjadi pemandangan indah saat itu. Karena berdebu dan panas penumpang Jeep wajib untuk menggunakan helm dan masker yang sudah disediakan.Jalanan berbatu menjadi sahabat kami untuk merasakan adventure yang sesungguhnya. Beberapa kalau kita berhenti untuk bisa mengabadikan momen para penambang pasir dan bernarsis ria. Yang paling berkesan dalam perjalanan ini ketika kami berhenti di rumah bekas erupsi yang dimanfaatkan masyarakat sebagai museum sisa erupsi.Banyak barang-barang sisa erupsi yang menjadi perhatian banyak para wisatawan domestik maupun internasional. Ada sepeda motor yang sudah terbujur kaku karena erupsi Merapi, ada jam yang merupakan saksi Merapi meletus pada saat itu, dan masih banyak lagi. Banyak tulisan di dinding-dinding rapuh yang mengandung pesan moral untuk para pengunjung.Perjalanan ini menjadi saksi bahwa Merapi tak pernah ingkar janji. Di balik sebuah bencana, ada rencana Tuhan yang indah untuk warga sekitar Merapi, karena bencana bukan akhir dari segalanya meskipun habis sudah semuanya.Kita harus selalu ingat dan waspada. Hidup akan terus mengalir maka bersyukurlah untuk Anda yang belum terkena bencana. Salam dari Merapi tak pernah ingkar janji untuk Indonesia.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum