Pemandian Air Panas di Garut dengan Pemandangan Ala Swiss

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Pemandian Air Panas di Garut dengan Pemandangan Ala Swiss

Riri Sudirman - detikTravel
Rabu, 07 Mei 2014 09:47 WIB
loading...
Riri Sudirman
Kolam bermain dengan ember raksasa
Serba air hangat, seru!
Udara dingin, air hangat dan pemandangan indah
Serba panas dingin
Kawah Darajat, sumber air panas alami
Pemandian Air Panas di Garut dengan Pemandangan Ala Swiss
Pemandian Air Panas di Garut dengan Pemandangan Ala Swiss
Pemandian Air Panas di Garut dengan Pemandangan Ala Swiss
Pemandian Air Panas di Garut dengan Pemandangan Ala Swiss
Pemandian Air Panas di Garut dengan Pemandangan Ala Swiss
Jakarta - Garut punya wisata pemandian air panas dengan pemandangan keren banget di kaki Gunung Darajat. Kolam air panasnya keren, udaranya segar dan terhampar pemandangan pegunungan hijau. Garut pantas berjuluk Swiss Van Java.Siapa bilang liburan hanya asyik kalau dilakukan beramai-ramai? Menurut saya, liburan yang efektif adalah kalau kita bisa menjauhkan diri sejenak dari segala hal yang membuat penat, tanpa mensyaratkan ditemani orang lain atau tidak. Juga tidak perlu dilakukan dengan menghamburkan uang terlalu banyak, karena liburan ala backpacker ke tempat yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal saya di Jakarta pun ternyata bisa sangat menyenangkan.Akhir bulan Agustus 2013 lalu, saya berkesempatan menikmati jalan-jalan ala solo backpacker menjelajahi Garut. Karena seringnya mendengar ungkapan 'Swiss van Java' untuk menggambarkan keindahan tempat ini, saya pun mempersiapkan diri dengan semangat. Maklum Swiss adalah negeri impian saya, meskipun sekarang saya yakin kalau Garut sama sekali tidak bisa disamakan dengan Swiss di Benua Eropa yang super cantik, tertib dan makmur itu.Hari Jumat sepulang dari kantor, saya segera mengeluarkan tas travel, bukan ransel karena tas ransel saya sedang rusak. Tas berukuran sedang untuk diisi dengan berbagai keperluan pribadi saat menginap 2 malam nanti.Tak lupa menyiapkan pula tas selempang yang cukup nyaman untuk menyimpan dompet, kamera saku, handphone dan tab karena saya pasti perlu sering-sering browsing untuk mencari informasi via internet. Serta beberapa barang kecil lain yang harus mudah dijangkau selama perjalanan.Sekitar pukul 06.30 WIB keesokan harinya, hari Sabtu, setelah menitipkan kendaraan pribadi di parkiran kantor agar aman, saya menuju terminal bus Kampung Rambutan dengan bus Kopaja. Tarifnya ternyata cukup murah, hanya Rp 3.000. Selanjutnya perjalanan diteruskan dengan menumpang bus trayek Jakarta–Garut. Saya memilih rute melewati jalan Tol Cipularang agar lebih cepat, tiketnya hanya sebesar Rp 45.000.Berhenti di Terminal Guntur di Garut, saya kemudian melanjutkan perjalanan menuju Puncak Gunung Darajat yang menjadi lokasi resor tempat saya menginap dengan tiga kali berganti angkutan kota dan angkutan pedesaan. Tapi untuk menuju ke atas gunung, karena tidak ada angkutan pedesaan yang melayani trayek tersebut saya perlu mencarter ojek.Mungkin karena penampilan saat itu yang tidak seperti penduduk setempat, dengan sun glasses dan membawa tas travel, saya sempat berkali-kali diminta membayar ongkos lebih mahal dari tarif penumpang lain. Sementara untuk ongkos ojeknya saat menuju ke atas gunung, saya dikenakan sebesar Rp 30.000. Cukup wajarlah, mengingat jarak yang cukup jauh, sekitar 1,5 sampai 2 kilometer dan menanjak.Karena beberapa hari sebelum berangkat sudah membooking sebuah kamar di sebuah resor di puncak Gunung Darajat, maka saya tidak menemui kesulitan untuk bisa segera beristirahat begitu tiba. Udara pegunungan yang dingin terasa menyegarkan dan sudah bisa dinikmati bahkan sejak sebelum berada di lokasi.Setelah mencari kantin untuk makan siang yang terlambat, saya tiba sekitar pukul 14.00 WIB, tak sabar saya segera menuju lokasi water boom yang katanya semuanya serba berair hangat alami. Ternyata pemandangan yang tersaji di lokasi ini sungguh indah dan kelihatan seru!Meskipun sebagai tamu resor, saya tetap harus membayar tiket saat pertama kali masuk water boom. Setelah itu bisa masuk kapan saja sepuasnya. Tapi tak terlalu mahal, hanya Rp 20.000, harga di resor tempat saya menginap, dan bisa jadi berbeda-beda pada resor lainnya.Terdapat 4 kolam renang dengan berbagai model, permainan dan ukuran yang tersusun seperti bertingkat-tingkat mengikuti kontur tanah pegunungan. Meskipun saya tidak ikut berenang, tapi memperhatikan tingkah pola anak-anak kecil yang bermain dengan riang gembira dari salah satu sudut kantin sambil membrowsing berbagai informasi mengenai Kota Garut, serta menikmati aneka camilan sore dan teh manis panas benar-benar membuat pikiran tenang seketika.Esok paginya, Hari Minggu, diantar oleh salah seorang petugas resor yang sedang off bertugas dengan menggunakan motor, saya mengunjungi lokasi wisata Kawah Darajat. Tempat ini sebenarnya adalah bagian dari lokasi proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi, tapi dibuka untuk pengunjung umum yang ingin melihat-lihat dan mengambil foto. Konon, suplai air panas alam yang dialirkan ke berbagai resor di seputar Gunung Darajat bersumber dari sini.Selebihnya hari kedua berada di Garut ini saya pergunakan untuk bersantai dan menikmati pemandangan alam serba indah serta tentu saja mencoba berendam di kolam rendam privat yang tersedia. Ada 5 kamar kolam rendam privat di resor tempat saya menginap. Tiket yang dikenakanpun tidak terlalu mahal, hanya Rp 10.000 per orang, sepuasnya.Karena hari Minggu, pengunjung yang datang semakin banyak dibandingkan kemarin. Beberapa bus pariwisata besar tampak terparkir selain mobil pribadi dan motor.Mulai agak sore, karena terlalu ramai di area water boom, saya memilih keluar area dan menikmati pemandangan alam sambil membaca buku dari depan kamar yang diset bergaya pedesaan, dengan dinding anyaman bambu, berlantai kayu dan dilengkapi teras yang nyaman, serta kembali menikmati nyamannya berendam air hangat alam menggunakan fasilitas bathtub yang tersedia di kamar. Segar!Sayangnya hari Senin pagi saya sudah harus segera turun gunung karena ingin mengunjungi beberapa lokasi wisata lain di seputar Kota Garut. Pukul 09.00 WIB bersama Kang Asep, tukang ojek yang saya carter untuk mengantarkan, saya berangkat untuk bertualang mendatangi Situ Bagendit, Candi Cangkuang, pusat jaket kulit di Sukaregang serta mencari sedikit oleh-oleh chocodot khas Garut.Sekitar pukul 15.00 WIB, karena perlu memperhitungkan waktu tempuh perjalanan Garut-Jakarta selama 4 jam. Sayapun sudah kembali berada di Terminal Guntur untuk pulang.Perjalanan backpacking yang serba asyik dan menyenangkan bagi saya, meskipun dilakukan sendirian dan hanya sebentar. Cukup untuk bisa menghilangkan kejenuhan saat beraktitas rutin di Jakarta sebelum-sebelumnya.Serta bisa membawa pada pemahaman lebih mendalam tentang bukti keagungan Tuhan dengan seluruh ciptaan-Nya. Karena terkadang, saat menikmati keindahan alam tanpa keceriaan berlebihan, kesempatan untuk mendapatkan jawaban dari berbagai pertanyaan justru lebih mudah ditemukan.
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads