Angkringan dan Nasi Kucing, Kuliner Wajib di Yogyakarta
Kamis, 15 Mei 2014 14:15 WIB

Dyka Nuangsa
Jakarta - Usai melihat prosesi Waisak di Candi Borobudur, Magelang, tidak ada salahnya untuk sekalian kulineran di Yogyakarta. Angkringan yang menjajakan nasi kucing sampai kopi jos, sangat nikmat dan tentunya murah!KA Progo meluncur dari stasiun Pasar Senen tepat pukul 19.30 WIB. Di dalamnya terdapat empat orang sahabat yang akan memulai pengalaman traveling pertama, dengan tujuan Yogyakarta.Singkatnya, sampailah kami di stasiun Lempuyangan, Yogyakarta, setelah sekitar dua belas jam perjalanan dari Jakarta. "Selamat datang di Yogyakarta," gumamku dalam hati pagi itu.Β Setelah sarapan sejenak di warung yang letaknya sekitar 200 meter dari stasiun, kami langsung menuju ke Pantai Parangtritis dengan dua kali naik bus. Hari itu adalah Senin, sekitar pukul 09.00 WIB. Mungkin itu yang membuat pantai agak sepi, namun tetap ada beberapa pengunjung yang menikmati suasana pantai.Dua kamar kami sewa untuk menginap semalam. Setelah beristirahat sejenak di penginapan, kami langsung menuju pinggir pantai untuk bermain hingga lelah dan lapar. Tapi ada yang aneh di sajian warung, tempat kami makan siang itu. Es jeruk yang kami pesan berwarna bening sekali, beda dengan es jeruk kebanyakan, terutama di Jakarta.Di Parangtritis, kami juga disuguhi pemandangan luar biasa pada malam hari. Langit malam itu penuh bintang dan beberapa cahaya lain. Saya merasa seperti berada di Planetarium Taman Ismail Marzuki, Jakarta.Β Rasa syukur kami ucapkan malam itu, atas keindahan yang Tuhan perlihatkan kepada kami. Ditambah lagi dengan suara deburan ombak yang membuat suasana malam semakin sempurna. Tidur kami pun nyenyak malam itu.Pagi tiba, sekitar jam 9 kami langsung bergegas ke terminal kecil di dekat pintu masuk Pantai Parangtritis. Tujuan kami selanjutnya adalah Candi Borobudur.Β Setelah dua kali naik bus, kami tiba di terminal terakhir. Kami langsung 'disambut' secara meriah oleh tukang ojek, tukang becak, hingga kusir delman yang menawarkan jasanya untuk mengantarkan kami ke komplek Candi. Namun kami memutuskan untuk berjalan kaki, sembari mampir ke sebuah warung untuk makan siang.Dilanjutkan dengan membeli tiket masuk seharga Rp 30.000 dan menitipkan ransel kami di tempat penitipan, akhirnya kami masuk ke salah satu keajaiban dunia yang membuat bangga Indonesia ini.Dengan menggunakan kain batik pinjaman pengelola candi (wajib digunakan oleh orang dewasa), kami pun berjalan menelusuri jalur ke arah candi untuk selanjutnya mendaki menuju puncak Borobudur. Lumayan membuat kami kelelahan.Pukul 16.30 WIB, kami memutuskan untuk segera meninggalkan komplek candi dan melanjutkan perjalanan ke daerah Malioboro dengan 2 kali naik bus. Setelah sampai di Malioboro, kami mencari penginapan di daerah Sosrowijayan yang memang tempat favorit para traveler, karena banyak homestay atau losmen dengan harga miring.Tidak sampai setengah jam, kami mendapatkan tempat yang cocok untuk menginap: rumah Pak RT! Ya, kami menginap di rumah Pak RT setempat yang memang menyewakan kamarnya untuk para wisatawan. Aman, itulah kesan pertama kami setelah mengetahui bahwa empunya penginapan tersebut adalah Pak RT.Malioboro memang komplit, semuanya ada di sana. Siang dan malam kami menikmati suguhan toko penjual pernak-pernik yang berjejer, alun-alun keraton, musisi jalanan, hingga kuliner wajib seperti nasi kucing dan kopi jos yang terkenal itu.Singkatnya, selepas maghrib pada hari terakhir di Yogyakarta, kami menyempatkan diri untuk mampir ke warung angkringan favorit kami yang letaknya strategis. Diantara Jl Malioboro dan Jl Pasar Kembang, tepat di sebelah Stasiun Tugu, di mana KA Gajahwong yang akan membawa kami pulang ke Jakarta sudah menunggu."Nanti tahun baru mampir kesini lagi toh mas, ramai," kelakar si ibu penjual angkringan yang memang sudah akrab sejak pertama kami tiba di Malioboro. Ucapan si ibu semakin membuat kami berat untuk meninggalkan Yogyakarta malam itu.Yogyakarta, dengan segala keindahan alamnya, ragam budayanya, keramahan penduduknya, hingga sajian kuliner kelas satu, membuat kami berjanji dalam hati masing-masing untuk kembali ke kota itu pada lain kesempatan.
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!