Gunung Guntur, Trek Dahsyat dan Sunrise Cantik
Jumat, 30 Mei 2014 14:15 WIB

Rita Syifa Rosiana
Jakarta - Gunung Guntur dengan ketinggian 2.249 Mdpl bisa jadi destinasi petualangan di akhir pekan. Terletak di Desa Citiis, Garut, Jawa Barat, trek pendakiannya tidak bisa diremehkan tapi sunrisenya sangat cantik.Adzan subuh mengumandang, sementara kami masih terlelap dalam hangatnya dekapan sleeping bag di beranda Masjid Al Makmun. Di sinilah saya dan teman-teman memutuskan untuk menginap setelah semalam tiba dari Jakarta dan menunggu pagi untuk memulai pendakian.Jamaah salat Subuh mulai berdatangan, saya membangunkan teman-teman yang masih tak terusik dengan suasana. Usai Salat Subuh, suasana di pelataran masjid itu mulai hiruk pikuk oleh aktivitas kami.Hilal dan Ilham memasak air untuk membuat teh manis, Wanda dan Andi bahu-membahu menyiapkan mie rebus, sementara saya merapikan perlengkapan tempur teman-teman yang berceceran di serambi masjid.Ketika hari beranjak siang dan matahari mulai terbit, kami bersiap menunggu truk pengangkut pasir yang lewat di depan masjid. Kami berharap dapat menumpang truk pasir hingga ke Air Terjun (Curug) Citiis, lumayan untuk menghemat tenaga. Karena kalau berjalan kaki perlu waktu sekitar 2 jam untuk mencapai air terjun.Usai packing dan sarapan, kami mulai meninggalkan masjid. Sambil menunggu truk pasir, kami sempatkan untuk melengkapi kembali logistik yang masih kurang dengan berbelanja di warung penduduk. Kami memutuskan untuk terus berjalan sampai bertemu dengan truk pasir yang mungkin mau memberikan tumpangan.Setelah beberapa kali menghentikan truk pasir, akhirnya ada sebuah truk pasir yang berhenti. Kami mohon izin pada pengemudi untuk menumpang sampai air terjun. Kami naik di bak truk, dan tak lama kemudian mulai merasakan terguncang-guncang, karena jalan yang dilalui kurang begitu bagus.Sekitar 15 menit terguncang-guncang di atas truk, tiba-tiba mobil berhenti dan kami diminta turun. Rupanya truk yang kami tumpangi tidak mengambil pasir di dekat air terjun. Dengan berat hati kami turun, berterima kasih kepada sopir truk atas tumpangan yang diberikan.Jarak dari tempat kami turun hingga ke air terjun sekitar 1,5 jam berjalan kaki. Dengan melalui beceknya jalan, onggokan pasir, dan batu-batu yang belum diangkut.Kami lanjutkan berjalan kaki sembari menunggu truk pasir lain. Namun hingga mendekati air terjun, tak satu pun truk pasir yang lewat. Hilal yang kami panggil kuncen Guntur karena seringnya mendaki Guntur, sampai berujar bahwa baru kali ini sulit bertemu truk pasir.Saya membesarkan hati teman-teman, bahwa jika diawali dengan kesulitan Insya Allah pendakian kami akan di mudahkan. Serempak Hilal, Wanda, Ilham dan Andi mengaminkan.Kami sampai di air terjun, sambil rehat saya memperhatikan Andi yang mengisi air untuk perbekalan kami selama pendakian. Air terjun itu merupakan satu-satunya sumber air, karena lepas itu tak akan ditemui lagi sumber air.Selain kami ternyata ada pengunjung lain yang sudah berada di air terjun, meski tidak semuanya bermaksud mendaki Guntur. Sebagian hanya datang untuk camping atau akamsi (anak kampung sini) yang memang sering ke air terjun. Jalur yang akan dilalui kurang lebih adalah air terjun, Batu Cemara, Batu Besar, Puncak 1, Puncak 2 dan Puncak 3.Saya mulai membenarkan cerita teman-teman yang pernah mendaki Guntur soal track Guntur. Sejauh mata memandang hanya ilalang yang hampir kering, karena teriknya kemarau yang kami jumpai. Teriknya mentari dan trek terbuka serta terus menanjak benar-benar menguras tenaga.Semakin siang, terik mentari semakin terasa. Ah, menyesal saya karena sunblock tertinggal di rumah. Wajah mulai terasa perih terbakar matahari. Saat-saat break benar-benar saya nikmati untuk meluruskan kaki yang sudah mulai terasa pegal dan melegakan tenggorokan dengan mereguk air putih yang kami bawa.Trek pendakian semakin lama semakin menanjak dan hampir tidak ada bonus. Kami harus berhati-hati karena trek kerikil yang dilalui licin ketika dipijak.Beberapa kali saya terpeleset dan hampir terguling ke bawah, jika tidak ditarik oleh Hilal. Alhamdulillah, kemudian saya memperoleh kayu yang saya jadikan tongkat. Lumayan membantu untuk menjaga keseimbangan tubuh yang berat membawa carrier.Hilal terus menyemangati kami, terutama saya sebagai satu-satunya wanita di tim. Dengan berseloroh Hilal berkata, "Ayo Chiel, masa ke Rinjani, Semeru, dan Kerinci bisa, ke Guntur tidak bisa." Huh, si Hilal ini bikin sewot saja.Target Batu sudah semakin dekat. Meski tertatih kami terus mendaki menuju Batu. Untuk diketahui, di Guntur tidak seperti Gunung lainnya yang ada petunjuk arah semacam pos atau shelter, Guntur tidak memiliki penunjuk arah.Kami sampai di Puncak 2 setelah pendakian melelahkan selama 5 jam. Dari Batu Besar kami memutar arah sehingga tidak ke puncak 1 dulu. Hujan deras membuat kami bergegas mendirikan 2 tenda untuk kami berlima.Puncak 3 yang merupakan puncak sesungguhnya, sebenarnya bisa dicapai hanya 10 menit dari puncak 2 tempat kami pasang camp. Namun karena hujan dan kami yang terlalu lelah, sehingga diputuskan untuk beristirahat dulu. Setelah masak dan makan, kami tidur-tiduran sambil mengobrol di dalam tenda.Lepas Isya, saya mulai menyiapkan sleeping bag. sementara Andi, Ilham, Wanda dan Hilal masih asyik mengobrol. Entah berapa lama saya terlelap, sampai akhirnya saya terbangun karena rasa gerah yang luar biasa, segera saya lepas jaket polar dan sleeping bag.Perlahan sang fajar mulai menampakkan sinarnya di ufuk timur. Nun jauh di sana nampak Gunung Cikuray dan Papandayan, malu-malu memamerkan pesonanya meski sedikit tertutup awan.Saya terpesona menyaksikan setiap lekuk keindahan Sang Pencipta. Hamparan awan putih yang bergelombang seakan merajut asa dalam diri, birunya langit, dan pancaran Sang Surya menambah elok ciptaan-Nya. Dalam hening hanya ada rasa syukur di hati atas semua kesempatan yang diberikan oleh-Nya demi menyaksikan segala keindahan dan kesempurnaan ciptaan Yang Kuasa.Sebelum menuju puncak, saya dan Andi memasak air dan nasi goreng. Ilham beranjak ke bekas kawah dan menaruh telur yang kemudian ditimbun dengan tanah dan batuan. 15 menit kemudian telur itu sudah berubah menjadi seperti telur rebus. Nasi goreng panas dan 'telur rebus' terasa begitu nikmat disantap pagi itu.Usai sarapan, saya dan teman-teman merapikan tenda dan menjemur barang-barang kami yang basah karena terkena hujan kemarin. Saat itu juga dua orang pendaki yang terdiri dari satu orang wanita dan seorang pria mendekati kami.Mereka berasal dari Bekasi dan baru sampai di puncak 2 setelah malam sebelumnya mendirikan tenda di dekat Batu Besar. Kami berlima beserta 2 orang kawan baru tersebut beranjak menuju puncak 3.Terlihat Andi begitu lincah menapaki jalur dan memimpin kami. Akhirnya puncak Guntur yang tandus pun kami gapai. Luar biasa, 5 jam lebih pendakian Guntur 'Si Pendek' yang menantang.
Komentar Terbanyak
Koper Penumpangnya Ditempeli Stiker Kata Tidak Senonoh, Transnusa Buka Suara
Kronologi Penumpang Lion Air Marah-marah dan Berteriak Ada Bom
Pendemo Tolak Kapal Pesiar Bawa Turis Israel Berlabuh di Yunani