Akhir Pekan Seru di Trans Studio Makassar
Minggu, 06 Okt 2013 10:30 WIB

Annisariani
Jakarta - Mengisi waktu akhir pekan di Makassar, tak ada salahnya mencoba aneka wahana seru di Trans Studio. Mulai dari wahana pemacu adrenalin, rumah hantu, sampai tempat mengasah kembali pengetahuan yang didapat waktu sekolah. Seru!Kunjungan ke Trans Studio saya rancang untuk mengisi hari pertama liburan di Makassar. Saya berencana liburan di Makassar dan sekitarnya selama 4 hari pada beberapa waktu lalu. Saya hanya pergi berdua dengan teman saya Ayu, sebab 2 teman lainnya baru akan sampai di Makassar malam hari. Sebagai 'amusement park hunter', saya penasaran seperti apa bentuknya theme park terbesar di Indonesia Timur ini. Trans Studio Makassar (TSM) diresmikan pada tahun 2009 dan katanya, menghabiskan dana sampai Rp 1 Triliun. Wow!Sebenarnya, konsep TSM ini adalah suatu kawasan wisata terpadu yang menyajikan berbagai tempat hiburan dan perbelanjaan. Secara keseluruhan, tempat wisata ini dinamakan Trans Studio Resort Makassar yang berisi Trans Studio Theme Park dan Trans Studio Mall. Maka tak heran kalau kita ingin masuk ke TSM, kita akan masuk terlebih dahulu ke mall baru kemudian akan ditunjukkan di mana letak theme parknya.TSM terletak di Tanjung Bunga, yang ternyata tidak jauh dari kota Makassar. Dengan perjalanan naik mobil, saya hanya butuh 15 menit untuk sampai kesana. Setahu saya juga ada shuttle bus gratis untuk ke TSM. Tapi banyak turis bilang, bus itu jarang datang. Dari pada menghabiskan waktu, lebih baik naik taksi saja karena argonya juga tidak terlalu mahal.Saya kemudian mencari tempat pembelian tiket. Harga tiket di hari libur ternyata Rp 100.000 untuk dewasa. Namun, harus tambah Rp 50.000 bila mau tiket terusan. Artinya kalau kita bayar Rp 150.000 kita bisa main wahana apapun di dalam. Kalau cuma Rp 100.000 cuma wahana-wahana tertentu saja. Saya akhirnya memilih membayar Rp 150.000 supaya tidak repot di dalam Trans Studio. Kami juga harus membayar Kartu Studio Pass sebesar Rp 10.000. Nantinya, kalau kita ingin bertransaksi di dalam TSM, semisal membeli merchandise atau makan dan minum, kita bisa menggunakan kartu itu dengan terlebih dahulu mendepositkan sejumlah uang di counter yang tersedia di dalam.Setelah membeli tiket, kami kemudian masuk ke dalam. Di pintu masuk, kami dipakaikan gelang kertas berwarna oranye cerah. Mungkin sebagai penanda pengunjung yang membeli tiket terusan. Katanya gelang kertas itu anti air. Ternyata bener lho, saya coba membasahkannya waktu wudhu, gelang tetap seperti semula. Dirobek pun sulit. Di malam hari, kami baru bisa membukanya dengan gunting.Lalu saya masuk ke dalam TSM. Walaupun saat itu sedang tanggal merah alias libur, TSM tidak terlalu ramai. Dugaan saya, harga yang ditetapkan terlalu mahal untuk ukuran taman bermain yang tidak terlalu heboh wahananya. Tapi saya dan teman saya jadi senang, karena bisa mencoba semua permainan tanpa mengantre. Suasana di dalam TSM cenderung gelap, karena memang indoor. Jadi perasaan selalu malam, padahal saat itu masih siang. Kekurangannya lagi, saya jadi tidak bisa ambil gambar secara optimal karena suasana yang gelap.Tempat pertama yang kami datangi adalah Trans City Theater. Pada saat itu, setiap pukul 14.00 WITA, Trans City Theater akan mengadakan pertunjukkan drama. Kami segera mengantre karena tidak ingin melewatkan pertunjukan. Drama yang akan dimainkan berjudul 'I Basse Goes To Bollywood'. Sekitar 30 menit kami disuguhkan drama khas FTV Indonesia. Tapi kami tidak kecewa, karena menurut saya lucu, ada drama campur-campur nyanyi dan tari serta efek pencahayaan yang bagus.Wahana selanjutnya yang menarik perhatian saya adalah Dunia Lain. Saking penasaran, kami rela sedikit mengantre di wahana ini. Walaupun agak takut, kami tetap mau masuk. Ketika pintu dibuka, kami diperingatkan berkali-kali oleh petugas bahwa tidak boleh menyentuh kru yang ada di dalam. Saya mulai tidak enak hati. Pasti ada yang menakut-nakuti jadi setan. Yah, sudah terlanjur masuk juga, malu dong kalau keluar lagi. Mana di depan saya banyak anak kecil yang ngantre, masa kalah sama bocah-bocah.Baiklah. saya dan Ayu mulai santai dan mengambil energi ketakutan dari para bocah-bocah yang satu demi satu mulai beringsut dan matanya berair ingin nangis. Kami masih harus mengantre untuk menuju ujung tempat mulanya wahana.Di sinilah peringatan petugas itu terjadi. Di tempat antrean yang gelap itu, tiba-tiba muncul kru yang berwujud setan berjubah dan meraung-raung. Menghalangi pengunjung yang ingin maju antrean. Kontan saja bocah-bocah tadi langsung menjerit-jerit dan berlarian ke belakang menabrak para pengantre lain yang juga melakukan hal yang sama.Awalnya saya juga cukup kaget, namun setelah mensugesti diri bahwa itu hanyalah daeng-daeng yang dibayar untuk meraung-raung, maka saya dan Ayu malah maju ke antrean paling depan dan santai melewati kru setan itu. Rupanya kami tak diganggu karena kru setan cuma menakuti pengunjung yang takut.Akhirnya kami selamat sampai ujung. Permainan baru dimulai, kami harus naik kereta kecil yang isinya 2 baris. Masing-masing baris 2 orang. Jadi, sekali jalan hanya 4 orang. Saya dan Ayu duduk di paling depan. Kereta jalan, hii! Kemudian melewati beberapa tempat yang didesain angker. Misalnya hutan bambu, rumah sakit, rumah kosong dengan lukisan perempuan, dll.Suasananya sengaja dibuat hening. Waktu di hutan bambu, suasana begitu senyap, yang ada cuma suara air pancuran bambu yang menetes kecil-kecil dan suara rintihan perempuan menangis sayup-sayup. Keretanya jalan pelan sekali seperti siput. Demi mengatasi grogi, saya kemudian mengusulkan kepada teman saya, "Kita nyanyi aja yuk, Yu?". Setuju. Akhirnya selama perjalanan Dunia Lain kami menyanyikan lagu Adele dengan suara sumbang. Setelah Dunia Lain, kita mencoba wahana-wahana lain semua yang ada, kecuali wahana khusus anak kecil. Ada wahana Jelajah yang konsepnya mirip Niagara di Dufan. Dijamin basah.Ada Angin Beliung yang mirip Ontang-Anting Dufan, Ayun Ombak yang mirip Kora-Kora, Dragon's Tower yang mirip Hysteria, Magic Thunder Coaster yang mirip Halilintar sampai Grand Esia Studio View yang mirip Bianglala. Semua versi mininya. Jadi, jangan pernah berniat ke TSM untuk pacu adrenalin.Yang cukup seru adalah adanya Science Center. Konsep Science Center mirip dengan Museum IPTEK di Taman Mini. Berisi berbagai macam percobaan yang erat kaitannya dengan science namun asyik untuk dimainkan. Untuk anak IPA gagal macam saya, tentu saja masuk Science Center terasa seperti nostalgia masa lalu yang tak mungkin terulang lagi.Sekitar 5 jam saja di dalam TSM, saya sudah nyaris mencoba semua wahananya. Beberapa bahkan saya coba 2 kali. Ekspektasi saya memang tidak tinggi, sehingga saya tidak kecewa ketika di dalamnya. Setidaknya saya sudah puas pernah mengunjungi amusement park di timur Indonesia ini.
(travel/travel)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum