Jakarta - Liburan ke Dieng, traveler akan bisa melihat pesona mulai dari 2 telaga warna, Kawah Sikidang, candi, gua, sunrise di Bukit Sikunir, hingga ruwatan rambut gembel di bulan Juni. Dieng memang memiliki sejuta pesona!Di saat saya membaca berita Kawah Timbang di Dieng yang aktif, saya baru teringat bahwa saya belum menceritakan mengenai perjalanan kami berenam yang eksotis ke Dieng.Dari Yogya kami dijemput travel Andyni pukul 06.00 WIB ke Wonosobo dengan tarif Rp 45.000. Perjalanan memakan waktu sekitar 3 jam melewati Candi Borobudur. Sekitar pukul 09.00 WIB, kami tiba di pool Andyni Wonosobo dan telah dijemput oleh pemandu wisata kami, Kang Asep dan supir, Pak Yusuf.Kami telah membeli paket wisata 2 hari 1 malam di salah satu website wisata seharga Rp 370.000, biaya ini termasuk menginap di homestay, makan, tour guide, tiket masuk tempat wisata, mobil. Murah bukan?Perjalanan Wonosobo-Dieng hanya memakan waktu 1 jam. Di kiri kanan jalan ditanami kentang. Sayangnya tidak ditanami pohon besar jadi dikhawatirkan akan longsor.Setelah meletakkan tas di homestay yang cukup bersih, kami melanjutkan perjalanan ke Komplek Candi Arjuna. Sampai di sana ada Teletubbies. Ternyata lembah di candi tersebut sangat mirip dengan lembah di serial Teletubbies.Suasananya ditambah kabut yang turun, keren! Selesai foto-foto kami naik mobil ke Dieng Plateau Theater untuk menonton film mengenai Dieng. Sambil menunggu film mulai kami membeli siomay untuk mengganjal perut.Selesai menonton kami berjalan kaki ke atas bukit untuk melihat telaga. Dari 1 sisi kami hanya melihat telaga berwarna hijau. Kemudian Kang Asep mengajak ke sisi yang lain. Terlihat 2 telaga bersebelahan dengan warna berbeda.Telaga Penginolan berwarna coklat, dan Telaga Warna berwarna hijau. Wow! Betapa hebat Tuhan kita. Foto-foto pun dimulai.Setelah puas, kami turun dan melihat telaga dari dekat. Tapi menurut kami telaga lebih indah dilihat dari atas. Sepertinya tidak banyak orang yang tahu track ke atas. Terima kasih Kang Asep.Setelah puas berfoto di pohon kami melewati beberapa gua: Goa Jaran, Sumur, Semat. Biasanya gua-gua itu sering dikunjungi pertapa.Hujan mulai turun dan kami kembali ke homestay untuk makan siang sekitar pukul 14.00 WIB. Sore hari kami bergumul untuk mandi, karena udara yang dingin sekitar 10 derajat.Setelah mandi kami mencari camilan di warung dekat homestay. Hujan mulai turun lagi dan Pak Sarwo yang baik membawakan kami payung.Kembali ke homestay kami lalu makan malam dan menghangatkan diri di anglo ditemani kentang goreng khas Dieng. Sekitar pukul 21.00 waktu setempat, kami tidur dan berharap besok pagi tidak hujan. Kata Pak Sarwo kalau malam hujan biasanya pagi esok cerah. Amin.Esok harinya kami bangun pukul 03.00 waktu setempat dan ternyata hujan sudah berhenti. Kami bersiap-siap memakai jaket, topi kupluk, sepatu dan membawa camilan. Pukul 04.00 Pak Sarwo menjemput kami, lalu menjemput Kang Asep.Pukul 4.30 kami sampai di terminal pendakian. Saatnya mendaki Bukit Sikunir sekitar 20 menit. Kang Asep jalan di paling depan dan tanpa senter karena senternya diberikan ke kami, padahal gelap gulita. Hebat!Sampai di atas kami beristirahat, makan, dan minum teh hangat yang dijual oleh abang penjual makanan. Sekitar pukul 05.20 matahari mulai terbit. Kami bisa melihat dengan jelas karena selain kami hanya ada 1 rombongan keluarga turis asing 4 orang.Menurut Kang Asep kami beruntung karena ini adalah sunrise terbaik dalam 2 bulan terakhir karena saat itu sedang musim hujan. Terima kasih Tuhan, perjalanan kami tidak sia-sia. Sekitar 1 jam kami menyaksikan matahari terbit lalu kami turun ke Β bawah.Ternyata di bawah ada danau. Saat pergi tidak terlihat karena gelap. Setelah itu kami ke Kawah Sikidang yaitu kawah belerang dengan bau menyengat dan udara panas.Selanjutnya kami mengunjungi 1 candi lagi tapi sedang dipugar lalu kembali ke homestay untuk sarapan, mandi dan packing. Kami juga membeli keripik jamur dan carica yaitu manisan sejenis pepaya muda yang hanya ada di Dieng. Setelah itu pamit dengan Pak Sarwo dan pemilik rumah.Kami melanjutkan perjalanan ke Tuk Bimokular yaitu sumber air dengan pancuran batu purba. Lalu kami mengunjungi Sumur Raksasa Jatulanda dan berusaha melempar batu ke tengah sumur tetapi gagal.Setelah itu kami ke Wonosobo untuk mengunjungi Telaga Menjer. Di sana kami merasakan naik perahu di telaga dengan membayar Rp 10.000 per orang. Setelah itu kami makan Mi Ongklok yaitu makanan khas Wonosobo yang nikmat.Mi dengan kuah kental dan dimakan dengan sate sapi, yummy! Setelah itu kami diantar ke Hotel Galeri Kresna Wonosobo dengan ratusan lukisan dari pelukis terkenal dan eksterior Belanda. Berakhirlah tur kami bersama Kang Asep yang baik hati dan ramah.Malam hari kami makan di Restoran Dieng sekitar 50 meter di seberang hotel. Tetapi kurang berkesan karena tempatnya yang bagus tetapi makanannya kurang enak.Sebagai pelipur lara, kami berjalan lagi ke alun-alun dan makan di angkringan serta minum jahe panas. Pulang hotel kami disambut hujan deras. Saatnya masuk kamar dan tidur. Walaupun kamar standar kami tanpa AC tapi udara di Wonosobo cukup sejuk untuk tidur nyenyak.Jadi tunggu apa lagi, Dieng sangat kami rekomendasikan untuk dikunjungi!
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum