Sangiang Sirah, Surga Tersembunyi di Ujung Kulon
Kamis, 07 Nov 2013 14:20 WIB

Linda Setyawati
Jakarta - Bila bertualang akhir pekan ini, cobalah menjelajah Taman Nasional Ujung Kulon. Anda bisa menemukan surga tersembunyi berupa Pantai Sangiang Sirah, lengkap dengan kisah Kerajaan Pajajarannya.Tebing-tebing menjulang tinggi, hamparan lautan biru bertiangkan karang. Sungguh indah senja di Sangiang Sirah Taman Nasional Ujung Kulon.Perjalanan yang tak terlupakan ketika melakukan ekspedisi bersama kawan menyusuri pesisir Pantai Taman Nasional Ujung Kulon. Sejauh kaki kami melangkah, pasir, tebing karang, muara yang kami temui.Kami berjalan kaki selama tiga hari dari kampung terakhir sekaligus pintu masuk Taman Nasional Ujung Kulon di Cegog. Dua hari penuh kami berjalan menyusuri pantai nan eksotis dari Pos Cibunar. Lalu selama satu hari kami masuk ke dalam hutan menelusuri jalan setapak, yang menanjak dan menurun.Hal ini karena pinggir pantai sangat riskan untuk dilewati dan penuh dengan tebing-tebing tinggi, yang langsung berbatasan dengan laut. Seharian kami berada di dalam hutan yang rindang, suasana yang sangat dirindukan, sejuk sekali.Suasana ini sangat kontras dengan dua hari sebelumnya, yaitu panas terik. Dalam perjalanan, kami bertemu dengan sepasang suami istri dan satu orang pemandu. Mereka katanya akan melakukan ziarah ke Sangiang Sirah, yang merupakan target titik berkemah kami selanjutnya.Kami penasaran seperti apa Sangiang sirah. Konon tempat ini ramai dikunjungi pada bulan Maulid oleh para penziarah. Jalan turunan landai, dan suara ombak sudah terdengar merdu. Kaki kami semakin cepat melangkah karena tak sabar ingin melihat seperti apa lagi pantai yang akan kami temukan.Di ujung jalan setapak kami menemukan tempat istirahat semacam emperan terbuat dari semen. Di sana sudah ada pasangan tadi dengan pemandunya. Tidak jauh dari tempat itu langsung terlihat hamparan pantai berbatu disertai tebing-tebing menjulang tinggi.Kata para penziarah itu, inilah katanya Sangiang Sirah, benar saja sekitar 200 meter dari sana, kami memutuskan untuk mendirikan kemah. Banyak sekali penziarah yang sedang melakukan ritual-ritual yang sama sekali tidak kami pahami.Kami melihat sebuah musala berdinding kayu. Ada batu yang besar dan di atasnya banyak orang berpakaian serba putih. Sepertinya mereka sedang memanjatkan doa dipimpin oleh seorang bapak separuh baya.Lalu kami melihat ke arah dinding tebing. Ternyata ada sebuah gua kecil yang menurut informasi merupakan tempat semadi para penziarah. Kami tidak diperkenankan untuk masuk dan hanya bisa berfoto dari luar gua.Konon katanya Sangiang Sirah merupakan patilasan Prabu Siliwangi, Raja dari Kerajaan Pajajaran. Itulah mengapa Sangiang Sirah ramai dikunjungi oleh para peziarah.Aksesnya pun hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki selama tiga hari dari Pos Cegog Taman Nasional Ujung Kulon. Bagi pengunjung yang berkantong tebal, bisa ditempuh menggunakan perahu wisata dari Sumur menuju ke Bagadur.Lalu mereka harus melanjutkan berjalan kaki lagi sekitar 1 km dari Bagadur menuju Sangiang Sirah, melewati jalan setapak. Satu kali perjalanan pulang pergi, pada tahun 2010 memakan biaya mencapai Rp 2,5 juta untuk perahunya. Lumayan menguras kantong, entah berapa biayanya sekarang.Sepanjang mata memandang hamparan karang sebesar gedung menjulang tinggi. Sang mentari sedikit demi sedikit tenggelam, kami tertegun melihat senja di balik karang yang berkaca pada lautan biru terang.Airnya jernih tak ada kotoran. Sungguh eksotis pantai Sangiang Sirah. Salah satu surga tersembunyi dan jarang dikunjungi. Sungguh indah alam Indonesia. Semoga kita bisa menjaganya. Lestari!
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan
Sound Horeg Guncang Karnaval Urek Urek Malang