Jatuh Cinta Dengan Bromo & Indonesia
Minggu, 10 Nov 2013 16:30 WIB
Yusrizal_sulaiman
Jakarta - Indonesia merupakan negara yang luar biasa indah. Keindahan Indonesia sama sekali tidak kalah dengan negara lain, bahkan lebih. Melalui salah satu destinasi seperti Bromo, seseorang akan jatuh cinta dengannya.Sejak mengenal dunia traveling 9 tahun yang lalu, selama ini saya selalu berusaha sebisa mungkin setiap tahunnya berkunjung ke luar negeri. Meskipun negara yang dikunjungi tetap itu-itu saja seperti Malaysia, Thailand dan Singapura. Bahkan karena hobi, dalam setahun saya bisa berkunjung ke negara tersebut sampai 3 hingga 5 kali. Alhamdulillah, semua berkat promo maskapai yang harganya bersaing dan sangat terjangkau.Entah mengapa saya selalu suka dengan suasana kota semisal Kuala Lumpur, Singapura dan Bangkok. Bagi saya terlalu jauh bedanya dengan kondisi di dalam negeri. Jakarta misalnya, biarpun ibukota negara tapi tetap saja kesannya negatif buat saya. Transportasi yang ruwet, lingkungan yang tidak teratur diperparah lagi dengan kondisi macet yang minta ampun.Bukan berarti di negara lain tidak macet. Bangkok misalnya, ibukota Thailand ini pada jam-jam tertentu juga terserang macet. Tapi masih ada transportasi lain yang bisa jadi alternatif untuk menghindar kemacetan. Sedangkan di Jakarta, jalur busway pun bisa terkena macet. Jadi kalau urusan macet, tetap saja Indonesia juaranya.Makanya setiap ada kesempatan untuk traveling, saya sebisa mungkin menghindari pilihan liburan di dalam negeri. Mengapa? Ya alasan-alasan seperti tadi, padahal Indonesia mempunyai potensi wisata yang sungguh luar biasa. Cuma, kesadaran masyarakat dalam mengelola wisata daerah serta manajemen wisata dari aparatur terkait masih sangat jauh ketinggalan dibandingkan negara-negara tetangga.Karena urusan pekerjaan, sejak April 2013 saya tinggal di Kota Surabaya. Jujur dari sekian banyak kota di Indonesia, Surabaya tidak pernah masuk dalam daftar kota yang ingin saya kunjungi untuk berlibur. Dalam bayangan saya, Surabaya sama halnya seperti Jakarta, kota besar, masyarakat urban yang sibuk, gedung-gedung pencakar langit, pabrik dan industri dan pastinya tidak jauh dengan kemacetan.Hanya beberapa kota yang menarik buat saya kunjungi di Indonesia. Kalau mau diurutkan, barangkali Bali di urutan pertama, Jakarta sebagai ibukota negara, Yogyakarta karena Borobudurnya, Lombok karena pantai indah dan tenangnya, serta Bandung karena cerita teman banyak cafe-cafe gaul dan Factory Outlet yang tersebar di mana-mana.Selama 6 bulan tinggal di Surabaya, saya sudah tiga kali liburan keluar negeri, lagi-lagi, Kuala Lumpur dan Bangkok. Entah mengapa, saya selalu terbius dengan keteraturan lalu lintas di sana, saya sangat menikmati menghabiskan malam di sepanjang trotoar Bukit Bintang. Menyusuri jalan-jalan di Kuala Lumpur meskipun cuaca sama panasnya seperti di Indonesia. Saya akan selalu kangen dengan suasana ramai Catuchak weekend market, riuh dan gemuruh musik serta bar-bar yang memanjang dikawasan backpacker dan bisnis distriknya Kota Bangkok.Tidak ada yang membuat segan, apapun bisa dilakukan di sana dan Anda dapat menikmati segala hal yang sebenarnya juga ada dinegeri kita sendiri. Tapi bagi saya, semuanya berbeda! Belum lagi, Anda juga tidak perlu mengeluarkan banyak uang buat berwisata di sana. Jadi, saya masih memilih luar negeri sebagai destinasi favorit liburan.Insya Allah, Oktober nanti sebelum saya pindah ke Jakarta saya juga akan berlibur lagi ke Singapura dengan teman-teman lama saya di Aceh. Bahkan, sepupu saya yang tinggal di Sydney juga akan bergabung dengan saya. Kalau dipikir, sudah lima tahun dia tinggal di Australia namun belum sekalipun dia pulang ke Indonesia. Tetapi begitu saya ajak ke Singapura dia langsung mengiyakan. Waktu saya tanyakan, apa gak sekalian pulang ke Indonesia? Jawabannya cukup singkat, malas! Ada apa dengan Indonesia kita?Begitu menapakkan kaki di Surabaya, saya langsung berpikir, mumpung sudah di Surabaya saya harus ke Lombok karena ada penerbangan langsung dari sana. Terbukti, belum genap dua minggu saya sudah memenuhi niat saya tersebut. Melihat keindahan pantai di sana saya tidak kecewa menghabiskan Rupiah dan waktu selama 3 hari di sana. Meskipun pada dasarnya pantai bukan tempat yang istimewa buat saya.Sebab, di Aceh sebagai daerah asal saya, pantainya tidak kalah jauh dengan 3 Gili yang ada di Lombok. Bahkan bagi saya Pantai Iboih Sabang dan Pantai Lampuuk Banda Aceh jauh lebih menarik dibandingkan dengan pantai Kuta Bali yang menurut saya cukup standar keindahannya. Wisata pantai lainnya yang cukup membuat saya terkesan hanya Phi-Phi Island di Phuket, Thailand. Saya sempat dua kali berkunjung ke sana karena terpengaruh oleh film The Beach-nya Leonardo Di Caprio.Selanjutnya kota yang ingin saya kunjungi selama di Surabaya adalah Malang. Kenapa Malang? Saya penasaran dengan kota tersebut yang katanya dingin, padahal sebelum pindah dinas saya sudah sepuluh tahun menetap di dataran tinggi Gayo, Takengon, Aceh Tengah. Saya ingin merasakan seperti apa sih dinginnya kota Malang. Ternyata, ya lumayanlah, tidak lebih dingin dari daerah saya tinggal sebelumnya.Bukan karena hawa dingin saja yang membuat saya penasaran, mumpung di Surabaya saya dapat teman baru dan dia punya vila di Batu Malang. Makanya saya tidak menolak tatkala si teman mengajak saya jalan-jalan sekalian keliling kota dan mencoba kuliner khas di Kota Malang. Satu hal lagi yang membuat saya penasaran adalah melihat langsung perkebunan apel yang sangat terkenal itu.Lantas apakah selama ini saya sama sekali tidak terkesan dengan wisata di dalam negeri? Saya tidak menjawab iya, sebab beberapa daerah yang saya kunjungi mempunyai kesan tersendiri buat saya. Meskipun saya akui, pengalaman liburan saya keluar negeri lebih melekat dalam ingatan saya. Kalau ada kesempatan saya masih tetap ingin mengunjungi Bali, berbaur dengan masyarakatnya yang masih menjunjung tinggi budaya dan adat istiadat setempat.Saya suka dengan suasana tenang Pantai Lombok. Saya takjub dengan Borobudurnya Yogyakarta. Saya menyukai wisata belanja di Bandung. Bahkan saya akan berkali-kali kembali ke Sabang untuk snorkeling atau diving. Hanya saja, semua rasa kesukaan saya terhadap wisata di Indonesia baru muncul 2 minggu yang lalu. Ya, dua minggu yang lalu, saat saya mendaki Gunung Bromo.Seketika kesan saya berlibur keluar negeri menjadi kurang indah. Semuanya berubah dan saya menjadi takjub akan alam Indonesia saat melihat kesempurnaan ciptaan Yang Maha Kuasa. Atas bentangan pemandangan alam yang sungguh luar biasa buat saya. Yang membuat saya berani berkata, Finally, I Love Indonesia!Kekaguman saya bertambah manakala saya bisa langsung menyaksikan detik-detik munculnya cahaya matahari yang menyembul dari balik persembunyiannya. Ratusan orang rela menunggu detik-detik keindahan tersebut. Meskipun dinginnya cuaca menusuk setiap inci tulang-belulang yang biarpun sudah terbungkus oleh beberapa lapis baju hangat. Bahkan, saat saya wudhu untuk melaksanakan solat Subuh, air yang membasahi bagian tubuh saya dinginnya seperti air es dengan temperatur yang mendekati suhu 0 derajat celcius.Namun hal tersebut terlupakan begitu saja. Semua begitu sumringah dan semangat berkumpul di Pananjakan Bromo. Awalnya saya berpikir, Bromo sama saja seperti pegunungan yang lainnya. Toh kalaupun gambar di beberapa kalender ataupun lukisan terlihat indah, itu hanya sentuhan seni belaka seperti rekayasa kamera. Tapi setelah melihat dengan kepala sendiri, saya malah menyesal dengan asumsi saya. Menyesal, mengapa baru sekarang, setelah 6 bulan saya di Surabaya, saya baru menginjakkan kaki di Bromo.Ketakjuban saya tidak hilang hanya karena melihat kepulan kabut gunung yang muncul dari dasar lembah. Tetapi lebih bertambah manakala melihat perpaduan antara barisan pegunungan, hamparan kabut dan sinar matahari yang selama ini hanya saya lihat pada lukisan. Selanjutnya, bibir saya tidak berhenti berdecak kagum, menyebut asma Allah ketika kami menyusuri padang pasir yang seperti tiada batas antara utara, selatan, timur, dan barat. Bahkan saya sampai berguling-guling di hamparan pasir yang seolah-olah berbisik, inilah negerimu, Indonesia. Ciptaan Maha Sempurna, yang belum pernah kamu lihat sebelumnya.Kekaguman saya belum berhenti. Rasa lelah, capek, ngantuk, dan lapar, hilang dan tidak terasa karena keindahan Bromo. Ratusan meter jarak terasa sangat dekat, biarpun kalau diukur mungkin kita akan berpikir sekian kali untuk melangkah. Puluhan anak tangga terlampaui hanya untuk melihat kawah Gunung Bromo.Lagi-lagi saya kagum, karena sampai di puncak kawah saya kembali melihat pemandangan yang luar biasa indah. Ratusan pejalan kaki yang mengular, bukit-bukit pasir yang bergelombang, kuda-kuda sewaan yang meringkik, para backpacker mancanegara yang sungguh niat menggendong ranselnya. Bahkan ada yang dalam kondisi tidak sehat, tapi memaksakan diri menuju puncak Bromo yang akan menjadi pengalaman indah dan tak terlupakan. Saya berjanji, akan menyebarkan keindahan Bromo kepada siapapun yang akan saya temui saat saya traveling di kemudian hari.Karena waktu yang sangat singkat, sebelum kami kembali ke Surabaya, kami mengunjungi satu tempat lagi yang tidak kalah indahnya yaitu bukit savana. Hamparan rumput ilalang yang kuning, bukit-bukit yang menghijau, dan ranting-ranting kecil yang bernuansa gersang menambah keindahan alam Bromo.Dengan mobil Jeep merah yang disupiri oleh Pak Suwito, kami memaksimalkan waktu yang tersisa untuk menyapu seluruh pemandangan di sekitar kami. Tidak lupa tentunya mengabadikan momen indah ini dengan kamera SLR yang kami bawa. Bukit savana luar biasa indah, bukit dan pegunungan hijau yang sepertinya hanya ada di film-film yang selama ini saya tonton.Saya sangat kagum akan Maha Karya Sang Pencipta. Bahkan saya bernazar, suatu saat nanti, saya pasti akan kembali ke sini. Mungkin saya akan mengabaikan beberapa peluang liburan ke luar negeri, apalagi kalau hanya ke Malaysia atau Thailand. Seandainya dalam waktu bersamaan ada yang mengajak saya menginjakkan kaki kembali di kawasan Gunung Bromo.I really love Indonesia..! Akhirnya saya harus mengakui bahwa saya bangga terlahir sebagai warga negara Indonesia!












































Komentar Terbanyak
Kisah Tragis Model Cantik Belarusia: Diculik-Dibunuh di Myanmar, Organ Dijual
Benarkah Harimau Takut Kucing? Ini Penjelasannya
Menyusuri Kemang Raya, Kawasan Elite yang Masuk Daftar Kawasan Terkeren di Dunia