Akhir Pekan di Tangkuban Perahu, Lihatlah Kabut yang Romantis
Jumat, 30 Agu 2013 10:40 WIB

chandra.
Jakarta - Tangkuban Perahu di Bandung bukan hanya sebagai tempat keren untuk berfoto-foto. Berjalanlah ke puncaknya saat pagi hari, Anda akan melihat pemandangan kabut yang terasa romantis. Udaranya pun segar dan suasananya tenang.Perjalanan kali ini dilakukan dengan salah satu sahabat saya ke Tangkuban Perahu. Perjalanan kami lakukan dengan cukup santai. Kami mengendarai sepeda motor.Untuk sampai ke Tangkuban Perahu dibutuhkan sekitar 1-2 jam perjalanan dari kediaman kami. Kebetulan jalanan sangat sepi saat dini hari. Perjalanan cukup mulus sampai kabut tebal menyelimuti sepanjang perjalanan menuju Tangkuban Perahu. Selain mengganggu pemandangan, rasa dingin juga cukup mencucuk telapak kaki.Sesampainya di pintu gerbang, kami tidak bisa memasuki kawasan wisata gunung aktif yang belum lama sempat berstatus siaga ini. Portal ditutup karena kawasan wisata gunung baru dibuka pukul 07.00 WIB.Kami memutuskan untuk berkeliling perkebunan teh menunggu pintu kawasan wisata dibuka. Kesejukan pemandangan sekitar perkebunan sedikit mengobati rasa kecewa kami.Cukup puas menata hati dengan perkebunan teh, kami kembali untuk memasuki Tangkuban Perahu, dengan tiket Rp 13.000 yang cukup mahal menurut saya, kami memasuki kawasan wisata. Pengunjung pun masih sepi.Saat pagi hari, selain kawah gunung, geliat para pedagang juga mulai memenuhi kawasan wisata. Meskipun gagal berburu sunrise, saya cukup puas dengan pemandangan di pagi hari sekitar gunung.Kabut yang masih agak tebal menyelimuti kawasan sekitar pegunungan dan membuat pemandangan terasa romantis. Inilah salah satu daya tarik lainnya di Tangkuban Perahu. Sempurna!Selain gagal dalam berburu sunrise, ditutupnya beberapa kawah seperti Kawah Upas juga sedikit membuat kami cukup kecewa. Gua sekitar air keramat akhirnya menjadi pilihan kami.Dengan sedikit trekking, sekitar 3 km kami sampai di mulut gua yang panjangnya meminimalisir kemungkinan pengunjung melakukan tindakan asusila. Gua ini memiliki labirin hanya 25 meter. Daripada mubazir, dengan uang Rp 1.000, kami menyewa cempor untuk memasuki gua.Keluar dari gua, kami menemukan seonggok batu yang kami duga adalah semacam tungku. Tanpa ada keterangan apa-apa, tungku ini berdiri begitu saja, selain tidak terawat, tindak vandalisme juga terlihat mencemari tungku ini. Sayang sekali.Hal-hal seperti ini memang sedikit disesalkan dari beberapa tempat wisata di Indonesia. Tapi tidak adil juga kalau saya hanya berkomentar tanpa kontribusi sedikit pun untuk mengatasi ini.Dengan mencerap setiap bagian dari perjalanan, kita akan memaknai perjalanan yang bahkan mungkin biasa saja untuk sebagian orang. Trip selanjutnya, mudah-mudahan saya bisa berburu sunrise di gunung yang terletak di perbatasan antara Bandung dan Subang ini.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum