Luar Biasa, Perjuangan Penduduk Desa Nusa Dua di Cilacap
Minggu, 22 Sep 2013 12:20 WIB

Angelia Maria
Jakarta - Β Traveling bukan hanya tentang berlibur dan bersenang-senang. Beberapa traveler melakukan sebuah perjalanan sambil mengamati kehidupan penduduk setempat, salah satunya di Desa Nusa Dua, Cilacap.Berkunjung ke Dusun Nusa Dua merupakan pengalaman yang tak terlupakan. Banyak hal bisa diambil dari kekurangan dan perjuangan masyarakat di dusun ini.Β Sekitar 4 jam perjalanan dari stasiun Purwokerto menggunakan kendaraan pribadi, kita bisa berkunjung ke Desa Panikel, tepatnya Dusun Nusa Dua yang terletak di Kecamatan Kampung Laut, Cilacap. Beberapa hal tidak biasa yang kita jumpai di kota-kota besar, bisa kita lihat di sini.Suatu hari, saya mendapat kesempatan berkunjung ke Desa Panikel untuk tugas kantor. Tidak bisa dibayangkan sebelumnya, saya harus naik sampan yang kira-kira selebar silangan kaki orang dewasa dengan panjang 3 meter.Saya dan teman-teman melaju dengan mobil selama 1 jam 30 menit melewati jalan yang panjang dan rusak. Fisik jalan berlubang sana-sini dan lebih seru karena sedang musim hujan, seakan-akan kami off road sambil menebak lubang mana yang tidak dalam dan bisa dilalui mobil karena tertutup genangan air hujan.Asyiknya perjalanan semakin lengkap, karena mobil yang kami pakai adalah keluaran tahun 1980-an yang masih bandel. Sebenarnya tidak sepanjang jalan tersebut rusak, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dari pemerintah dan organisasi sosial yang dikelola oleh Romo Charles Patrick Edwards Burrrows, OMI sudah membantu setengah perbaikan jalan.Namun masih ada sisa jalan yang rusak. Ironisnya, jalan tersebut adalah akses utama yang digunakan masyarakat setempat untuk jalur keluar masuk desa, jika mereka ingin ke pasar, sekolah atau ke kota.Mari kembali ke sampan! 1 jam bersampan ria melewati sungai air asin dengan pemandangan kotak-kotak toilet umum di kiri dan kanan sungai. Hal ini karena kondisi ekonomi masyarakat sangat kurang. Tidak lama sampailah kami di Dusun Nusa Dua.Disini, saya berkesempatan bertemu dengan penduduk setempat dan berbincang-bincang dengan mereka. Salah satunya adalah Pak Ujang, seorang nelayan yang juga menyewakan sampan-nya sebagai transportasi umum untuk mencari nafkah.Kesulitan yang selalu mereka hadapi adalah susahnya memenuhi kebutuhan akan air bersih. Hal ini karena air sungai di dusun tersebut dan sekitarnya adalah air asin dan sudah terkontaminasi limbah manusia. Sehingga mustahil bisa dikonsumsi.Hal ini mengharuskan mereka mengandalkan air hujan untuk minum. Namun mereka beralih dengan membeli air dari pulau seberang, Nusa Kambangan bila musim kemarau datang.Jarak tempuh ke Nusa Kambangan sekitar 1 jam menggunakan sampan. Harga airnya pun cukup mahal, Rp 8.000 untuk ukuran drum plastik 25 liter. Namun, tidak semua penduduk memiliki drum air, air yang mereka beli dituang di atas perahu.Kebutuhan juga terbatas karena biaya pengangkutan air yang mahal. Sebelumnya, ada pipa aliran air dari Dusun Nusa Kambangan, namun sudah bocor, terhantam kapal.Luar biasa perjuangan masyarakat Dusun Nusa Dua. Kita, para penduduk kota besar, wajib bersyukur bisa mendapat segala kebutuhan pokok dengan mudah.Β
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan