Unik! Ada Robot dari Plastik di Taiwan
Rabu, 08 Mei 2013 13:25 WIB
Achie Martasasmita
Jakarta - Wisatawan bisa menikmati ruang terbuka yang nyaman di Kaohsiung, Taiwan. Pemerintah setempat membuat ruang publik yang asyik dengan berbagai dekorasi menarik, termasuk patung robot berbahan plastik. Asyik buat foto-foto.Ruang publik yang baik seharusnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya sebagai makhluk sosial, dan memungkinkan masyarakat untuk mengapresiasi, bersosialisasi dengan warga lainnya, atau sekadar jalan-jalan sore dan bersantai sambil menikmati matahari tenggelam. Hal itulah yang ada di Kota Kaohsiung, Taiwan.Awalnya tak banyak yang tahu tentang kota ini, meski kota ini adalah kota terbesar kedua setelah Taipei, yang merupakan ibukota Taiwan. Namun, sejak perhelatan International World Games 2009 yang sempat digelar di kota ini, nama Kaohsiung pun mulai dikenal. Kaohsiung termasuk satu di antara lima munisipalitas yang setingkat provinsi di Taiwan.Β Kaohsiung sendiri dikenal dengan sebutan Kota Pelabuhan karena memiliki pelabuhan laut terbesar di Taiwan bernama Pelabuhan Kaohsiung. Hal tersebut juga menambah daftar daya tarik yang dimiliki kota berpopulasi sekitar 2,9 juta penduduk ini. Tak mau kalah dengan Taipei, Kaohsiung menyimpan banyak keunikan di setiap sudut kotanya yang menarik untuk digali dan diulik.Β Berjalan kaki di tempat dan lingkungan baru selalu menjadi kegiatan menyenangkan yang wajib saya lakukan jika singgah ke negeri orang. Apalagi sembari menemukan setiap sudut unik kota, yang rasanya seperti mendapatkan harta karun di tengah keramaian. Tak banyak yang menyadari, namun terlalu berharga jika dilewatkan begitu saja.Β Itulah yang saya rasakan Agustus 2011 lalu, ketika saya berkunjung ke kota ini untuk menghadiri konferensi internasional dan Youth Summit yang diikuti oleh ratusan anak dan pemuda dari berbagai negara di dunia. Waktu sore hari merupakan pilihan terbaik untuk melakukannya. Kaohsiung memang tidak sesibuk Taipei, jadi jangan heran jika setiap sore akan lebih banyak orang bersepeda ketimbang mengendarai mobil atau sepeda motor.Menikmati Kaohsiung mengingatkan saya pada kota ketiga terbesar di Amerika Serikat, yaitu Chicago di Illinois. Layaknya Chicago, hampir di setiap sudut blok di Kaohsiung terdapat ruang terbuka. Entah itu taman yang sangat luas, taman yang berkolam, hutan di tengah-tengah kota, hingga ruang terbuka yang dihiasi instalasi seni. Bahkan, sama halnya dengan Chicago River, Kaohsiung juga memiliki sungai yang membelah kota, tak tanggung-tanggung mereka menamainya Sungai Cinta alias Love River.Ketika malam datang, lampu-lampu gedung bertingkat dan resto-resto yang berjejer di sepanjang pinggiran sungai memantulkan cahayanya yang seketika itu juga memunculkan kesan romantis. Konon karena alasan itulah yang membuat sungai tersebut dinamakan Sungai Cinta. Rasanya saya pun tidak merasa berlebihan bila menjuluki Kaohsiung sebagai βChicago-nya Asiaβ.Dari sekian banyak ruang terbuka yang tersebar di penjuru Kaohsiung, ada satu sudut ruang terbuka yang paling menarik perhatian, yang membuat saya langsung berpikir,Β βJakarta dan kota-kota besar di Indonesia tentu juga bisa punya ruang terbuka seperti ini, tapi kapan?βMereka menyebutnya Pier-2 Art Center adalah sebuah ruang terbuka yang berbatasan langsung dengan lautan. Semula distrik Pier-2 Β merupakan gudang pelabuhan yang dibangun pada tahun 1973. Lama tidak digunakan, distrik ini kemudian beralih fungsi pada awal tahun 2000. Sudut kota itu kemudian dimanfaatkan untuk ruang terbuka publik sekaligus ruang pamer seni bagi para seniman lokal maupun internasional.Β Pemerintah yang mengelola bidang seni dan budaya (Kaohsiung City Bureau of Cultural Affairs) pun mengelola langsung ruang terbuka seni ini sebagai bentuk upaya dalam mendukung kemajuan seni dan budaya, terlebih untuk mendorong aktivitas seni di kota tersebut. Uniknya lagi, karya para seniman dibiarkan terbuka dan sifatnya permanen.Β Bila digambarkan, bentuk kawasan ini seperti taman memanjang yang terkotak-kotak dengan karya seni di sepanjang tepiannya. Jenisnya pun beragam, mulai dari karya seni patung, instalasi, lukisan, mural, interior, reka bentuk, hingga seni kontemporer. Sebagian besar karya ini sudah banyak tersentuh aliran budaya pop, namun tetap tampak jelas paduan cita rasa Asia.Material yang digunakannya pun bermacam-macam, mulai dari alumunium, tembaga, kaca, kayu, semen, hingga plastik. Sebagian besar material tersebut adalah material bekas atau sampah yang kemudian didaur ulang. Hal yang menjadikan Pier-2 berbeda adalah karya seni ini dipamerkan dengan konsep yang terkesan βnyelenehβ. Misalnya, mural yang dilukiskan di tengah-tengah jalan, seni patung yang dipajang di atas atap bekas gudang pelabuhan, dan hal-hal out of the box lainnya.Karya-karya tersebut dibiarkan saja terbuka, sehingga tak hanya bisa dinikmati dan dilihat saja, tetapi juga dirasakan dan disentuh. Keintiman yang terbangun antara masyarakat dengan para seniman lokal tersebut terbangun melalui ketersediaan ruang terbuka seni ini sehingga dengan adanya Pier-2 masyarakat tidak hanya diberi ruang terbuka untuk bersosialisasi, tapi juga diberi kebebasan untuk mengapresiasi sekaligus mendapatkan hiburan yang lebih berkualitas, dan yang terpenting gratis.Dari beberapa karya seni yang dipamerkan, yang paling menarik perhatian adalah robot sampah dan pohon daur ulang dari sampah motor perahu. Jika anda penyuka film Transformer pasti anda tidak mau melewatkan kesempatan untuk berfoto dengan trio robot plastik ini. Bila dilihat dari kejauhan, robot-robot ini tampak mentereng dan gagah. Tapi pasti tidak ada yang menyangka ternyata robot ini dirangkai dari sampah perabotan rumah tangga yang terbuat dari bahan plastik, besi, dan alumunium.Ada pula pohon di tepi pantai Pier-2 yang terbuat dari rangkaian besi bekas motor perahu. Bila Anda berkesempatan berkunjung ke sana, coba perhatikan baik-baik. Batang pohon ini dirangkai dari besi-besi bekas, daun-daunnya adalah lonceng, sehingga pohon ini akan menghasilkan riuh gemerincing.Β Jika angin laut berhembus ke tepian, keserasian alam dan seni yang bisa memancing kekaguman. Selain karya seni terbuka, dalam kawasan Pier-2 juga terdapat sejumlah museum dan teater terbuka, di antaranya Kaohsiung Museum of Labor dan Moon Theater.Dari pengalaman berkunjung ke Kaohsiung, lantas saya teringat kota di mana saya berasal yang 'katanya' tersohor dengan julukan kota kreatif, apalagi kalau bukan Kota Bandung. Saya yakin, Bandung pun bisa memiliki ruang terbuka seni seperti halnya Pier-2. Bagaimana tidak, sejak dulu Bandung memang sudah dikenal sebagai gudangnya para seniman.Β Terlebih di kota ini juga terdapat empat perguruan tinggi yang setiap tahunnya melahirkan para seniman muda lulusan seni rupa dan Β desain yang tentu memiliki banyak ide segar. Karya dan senimannya sudah ada, kini tinggal lahannya saja yang seharusnya disediakan oleh pemerintah kota sebagai pemenuhan kebutuhan masyarakat.Β Jika memang mau, kota Bandung dan kota-kota lainnya di Indonesia tentu bisa memanfaatkan lahan-lahan yang tidak terpakai untuk aktivitas publik. Bukan melulu untuk mall atau tempat-tempat bisnis yang kini semakin subur pembangunannya. Toh, senimannya sudah banyak, masyarakatnya sudah apresiatif, tinggal lahannya saja yang harus diperjuangkan. Jika harapan ini bisa benar-benar terealisasi, nampaknya saya tidak akan jadi satu-satunya orang yang paling berbahagia.












































Komentar Terbanyak
Awal Mula PB XIV Purbaya Gabung Ormas GRIB Jaya dan Jadi Pembina
Fadli Zon Bantah Tudingan Kubu PB XIV Purbaya Lecehkan Adat dan Berat Sebelah
Wisata Guci di Tegal Diterjang Banjir Bandang, Kolam Air Panas sampai Hilang!