Jakarta - Pengalaman pertama menjadi backpacker pasti sangat mengesankan, apalagi kalau semuanya perempuan. Yogyakarta adalah pilihan sempurna untuk belajar bertualang.Inilah pengalaman pertama jadi backpacker bersama 2 teman cewek lainnya yang sama-sama nggak tahu apa-apa tentang menjadi backpacker. Yak, inilah pengalaman pertama backpacking 3 cewek nekat! Trip Ygya kali ini sebenarnya bukan kali pertama bagi saya. Kebetulan ibu saya orang asli Yogya, jadi hampir setiap tahun saya menyinggahi kota ini. Tapi jujur, trip Yogya ala backpacker kali ini merupakan titik pertama saya cinta banget dengan Yogya. Perjalanan ini berawal dari keisengan saya mengajak teman-teman untuk travelling ala backpacker. Sebenernya banyak banget teman-teman saya yang berminat tapi cuma sedikit yang bener-benar mau merealisasikannya. Jadilah saya pergi bersama kedua teman cewek waktu sekolah dulu.Kami naik kereta ekonomi dari Stasiun Pasar Senen. Perjalanan sekitar 10 jam. Kami berangkat pukul 21.00 dan sampai pukul 07.00 keesokan harinya. Kemudian hari pertama kami habiskan di daerah Sleman dan sekitarnya. Kami mengunjungi Candi Plaosan yang letaknya tidak begitu jauh dari Candi Prambanan. Kami menginap di rumah mbahku di daerah Sleman, untuk menuju candi tersebut kami naik TransJogja dari Terminal Jombor sampai di Terminal Prambanan. Kemudian lanjut naik delman sampai ke Candi Plaosan.Sore harinya kami makan di angkringan di deket Stasiun Tugu. Total makan kami bertiga hanya Rp 25.000 saja, murah dan kenyang. Lalu kami jalan kaki menelusuri jalan panjang Malioboro sambil menikmati senja. Aku dan teman-temanku berbelanja beberapa barang dengan harga yang bisa ditawar sampai kurang dari setengahnya. Kacau ya menawarnya? Setelah itu kami balik ke rumah mbah menggunakan TransJogja lagi sampai ke Terminal Jombor.Keesokan harinya, kami memutuskan untuk pergi ke daerah Gunungkidul. Karena, menurut situs yang kulihat di internet, pantai-pantai di sana indah banget dan saya sebagai leader trip ini sudah cinta mati dengan pantai-pantai di daerah Gunungkidul itu. Akhirnya dari Sleman aku memutuskan untuk mengunjungi kost temanku di daerah Kaliurang sekaligus untuk bertanya transpor apa yang mungkin kami gunakan untuk ke Gunungkidul.Akhirnya setelah berdiskusi sambil istirahat, ia menyarankan untuk naik motor atau mobil. Ah, saya pikir nggak mungkinlah pakai mobil, meskipun aku bisa bawa mobil tapi aku tahu medan di Gunungkidul itu berat banget. Lagi pula kita kan backpacker yang duitnya pas-pasan. Jadilah kami menyewa 2 motor yang seharga Rp 90.000 per hari, 1 untuk saya dan carrier yang saya bawa dan 1 lagi untuk kedua teman saya. Menurut sumber-sumber yang saya tanya, perjalanan akan memakan waktu sekitar 2 jam. Akhirnya kami berangkat pada pukul 15.00 WIB. Perjalanan dimulai dari Malioboro karena kami menyewa motor di sana. Nekadnya, kami cuma mengandalkan peta kecil yang kami ambil dari sebuah toko! Aku pikir sekitar pukul 17.00 WIB kita akan sampai dan bisa menikmati sunset, tapi ternyata perkiraan kami meleset jauh... Ternyata kami sampai pukul 18.30 WIB.Sungguh medan di Gunungkidul sangat-sangat wow! Terlebih ketika sudah memasuki Desa Tepus. Gelap, kanan kiri hutan jati, jarang rumah, nggak ada listrik. Kami melewati jalanan itu ketika sudah maghrib. Saya tahu teman-teman pasti takut, saya pun begitu. Tapi sebagai leader, aku harus tenang.Setiap orang yang kami temui untuk kami tanya, pasti bingung karena kami cewek semua. Bahkan ada yang bertanya, "Loh kok putri semua?" Mungkin mereka aneh melihat 3 cewek nekat ini. Akhirnya deg-degan kami berakhir ketika kami sudah melihat tulisan "Pantai Sundak", "Pantai Somandeng", "Pantai Indrayanti". Tujuan awalku memang Indrayanti ini! Indrayanti merupakan nama cafe di pinggir Pantai Pulang Syawal sehingga orang-orang lebih mengenal nama Pantai Pulang Syawal ini dengan sebutan "Pantai Indrayanti". Tapi ternyata cafe Indrayanti ini sudah tutup. Padahal masih pukul 18.30 WIB. Ngenes memang, tapi kami nggak patah semangat.Akhirnya kami ke Pantai Somandeng. Di sana ada warung makan yang punya tempat penginapan juga, kebetulan kami belum makan dari siang dan sekalian tanya-tanya tempat penginapan di situ. Akhirnya kami makan nasi goreng sambil tanya-tanya harga penginapannya. Ternyata tersedia 2 pilihan harga yaitu Rp 250.000 dan 350.000. Glek! Harga segitu mahal banget buat kantong kami. Akhirnya dengan segala kelihaian, kami dapat kamar harga 250.000 dengan fasilitas 350.000 plus makan malam dan pagi gratis. Lumayan kaan..!Keesokan paginya setelah salat subuh kami langsung bergegas turun ke pantai. Kami nggak mau kehilangan momen-momen indah di pantai dingin ini hehe. Akhirnya kami kembali ke Malioboro pukul 11.00 WIB dan perjalanan memakan waktu 2 jam.Sesampainya di Malioboro, kami menginap di losmen seharga Rp 130.000 termasuk extra bed. Siang itu kami istirahat dan sorenya kembali kami menelusuri ramai dan indahnya Malioboro. Kuliner, batik, angkringan dan musisi-musisi jalanan nan kreatif menutup keindahan liburan kami.
Komentar Terbanyak
Ada Gerbong Khusus Merokok di Kereta, Kamu Setuju?
Bisa-bisanya Anggota DPR Usulkan Gerbong Rokok di Kereta
Turis China Serang Petugas Imigrasi, Jilbab Ditarik Sampai Lepas