Suku Kamoro, Pemahat Ulung di Pesisir Selatan Papua

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Dream Destination Papua

Suku Kamoro, Pemahat Ulung di Pesisir Selatan Papua

Husni Mubarak Zainal - detikTravel
Selasa, 04 Des 2012 11:43 WIB
loading...
Husni Mubarak Zainal
Perempuan Kamoro sedang menari, menyambut kedatangan rombongan kami di desa Kaugapu
Perempuan kamoro dengan hiasan wajah dan kepala
Pria yang memimpin tari semut, begitu bersemangat dan berkharisma!
Pria kamoro dan perahu-perahu kebanggaan mereka
Hasil seni pahat suku Kamoro
Suku Kamoro, Pemahat Ulung di Pesisir Selatan Papua
Suku Kamoro, Pemahat Ulung di Pesisir Selatan Papua
Suku Kamoro, Pemahat Ulung di Pesisir Selatan Papua
Suku Kamoro, Pemahat Ulung di Pesisir Selatan Papua
Suku Kamoro, Pemahat Ulung di Pesisir Selatan Papua
Jakarta - Suku Kamoro yang hidup di dataran rendah Mimika adalah pemahat ulung dan penghuni muara-muara sungai. Saya berkesempatan mengunjungi dan melihat aktivitas mereka secara langsung dan inilah ceritanya...22 Kilometer perjalanan saya melintas distrik-distrik terluar Timika berakhir di Kampung Kaugapu, sebuah kampung di muara sungai di selatan Papua. Perkampungan kecil yang menjadi hunian Suku Kamoro, suku terbesar di dataran rendah Kabupaten Mimika.Bus yang saya tumpangi berhenti di pinggir sebuah lapangan yang tidak terlalu luas, sebuah tenda berwarna biru terpasang di salah satu sudutnya. Saya memandang keluar dan ramai perempuan tampak seketika.Kulit mereka berhias motif yang di lukis dengan cat putih, badan mereka ditutupi anyaman ilalang atau kulit pohon yang berwarna kecoklatan. Berbagai macam hiasan dari kerang-kerangan menggantung bebas di leher mereka.Bunyi tifa yang ditabuh para lelaki yang mengenakan mahkota dari bulu-bulu burung kasuari menggema dimana-mana, seakan mencipta sebuah wujud yang menemani para perempuan yang tidak henti-hentinya bergoyang dan menari seirama. Sungguh seketika saya terpesona!Saya melangkah pelan memasuki area tempat mereka melaksanakan ritual ini, seorang ibu mengambil cat putih dari cairan kapur melukis wajah saya dengan tiga buah garis pada masing-masing pipi dan dahi. Sebuah tanda penerimaan dan selamat datang bagi saya yang baru pertama kali berkunjung ke tanah mereka.Bunyi tifa semakin nyaring terdengar, berpadu dengan teriakan dari seorang pria yang berdiri gagah menantang matahari dari panggung di tengah lapangan. Para perempuan membentuk formasi melingkar, semakin cepat tifa ditabuh semakin semangat mereka bergoyang. Seakan terhipnotis oleh bunyi tetabuhan yang berirama.Ritual yang kemudian saya ketahui sebagai sebuah tarian bernama tari semut, yang melambangkan semangat gotong royong dan saling membantu adalah awal perkenalan dengan saya dengan Suku Kamoro. Salah satu suku di Kabupaten Mimika yang memiliki hak ulayat atas tanah di selatan Bumi Cendrawasih ini.Suku Kamoro terkenal sebagai pemahat ulung. Ukiran mereka yang membentuk berbagai macam pola perpaduan manusia dan hewan.Tercipta dari tangan-tangan para Marawore yang berarti sang pemahat. Pola pahatan yang indah dan terkesan kuno rupanya diajarkan turun temurun tanpa media tulisan atau pun gambar. Hanya berbekal lisan dan praktek secara langsung, pola yang telah diturunkan oleh nenek moyang suku Kamoro ini diwariskan dari generasi ke generasi.Mama Mariana, seorang perempuan tua Kamoro yang sedari tadi menemani saya dengan semangat memberi penjelasan akan sejarah seni pahat suku Kamoro. Saya memandang sebuah pahatan berbentuk perpaduan manusia dan ikan, takjub akan detilnya yang rapi.Β "Satu ini bisa sa pu anak jual dua juta kalau ada pembeli" Mama Mariana menjelaskan kepada saya. Anak lelaki dari perempuan Kamoro ini rupanya adalah seorang Marawore yang handal.Kayu besi yang menjadi media pahatan diambil dari batang-batang pohon pilihan, dipahat dengan hati-hati agar tahan tidak lapuk tergerus zaman. Sungguh sebuah kreasi bernilai seni tinggi.Selain sebagai pemahat ulung, Suku Kamoro juga terkenal sebagai penguasa muara-muara sungai di Kabupaten Mimika. Dengan kano-kano panjang, mereka melewatkan hari di hilir-hilir sungai yang berujung di laut Arafura. Para lelaki dan perempuan meninggalkan rumah dan melakukan aktivitas kapiri kame. Membentuk rumah-rumah kecil dari daun dan pelepah sagu di pinggiran muara. Mereka menjaring udang, mencari karaka, siput ataupun tambelo dari lantai-lantai hutan bakau.Saya berkesempatan menyusuri sungai dengan perahu kebanggaan mereka. Dua orang lelaki kamoro menjadi pendayung dan pengawal rombongan kami. Layaknya ksatria mereka berdiri gagah dengan sampan ditangan mereka, mendayung pelan mengantarkan kami yang duduk diam berusaha menjaga keseimbangan. Terbersit kekaguman pada kemampuan mereka menyeimbangkan diri di dalam perahu kecil ini hingga berjam-jam lamanya!Bagi saya berkesempatan mengunjungi dan merasakan sehari menjadi bagian dari Suku Kamoro adalah pengalaman yang berharga. Melihat sendiri bagaimana suku ini tetap menjaga tradisinya dan bagaimana tradisi menjelma menjadi filosofi dan kebanggaan hidup adalah pelajaran terbaik yang dapat saya petik. Layaknya kayu besi pilihan, semoga semua tradisi ini tidak akan lapuk tergerus zaman.Dream Destination Papua adalah program yang diselenggarakan oleh detikTravel, myTrans dan PT Freeport Indonesia. Selama 12 hari, 3 pemenang yaitu Keken, Anisa dan Husni akan menjelajah Papua dari Timika, Merauke, sampai Jayapura. Simak terus perjalanan mereka di situs perjalanan kesayangan Anda, detikTravel.Β 
Hide Ads