Laporan dari Thailand
Menyusuri Malam Panas di Patpong, Bangkok
Senin, 02 Jul 2012 08:00 WIB

Fitraya Ramadhanny
Jakarta - Daerah lampu merah Patpong di Bangkok, Thailand, selalu jadi obrolan para traveler yang mencari hiburan malam. Semakin malam, kawasan Patpong memang makin panas.Patpong tersohor dengan pasar malam dan tempat lokalisasi hiburan malam yang dilegalkan oleh pemerintah Thailand. Tujuannya tidak lain adalah untuk menarik wisatawan dan menjadi pemasukan bagi pemerintah Negeri Gajah Putih ini.Patpong berada di antara jalan Surawong Road dan Silom Road. detikTravel mampir ke kawasan ini minggu lalu, suasananya ramai.Patpong berupa jalan di sebuah gang yang diapit oleh gedung-gedung seperti ruko sepanjang kurang lebih 200 meter. Di tengah jalan pada gang tersebut, ratusan lapak kaki lima berjajar menjajakan dagangannya. Sementara di kiri dan kanannya bertebaran panti pijat, bar dan kafe yang menyajikan berbagai hiburan mulai dari live musik hingga sajian tari erotis.Saat tiba di jalan yang mengawali perjalanan ke kawasan tersebut, beberapa orang mendekati dan mencoba mengajak berbicara dengan akrab. Mereka tidak lain adalah calo tempat hiburan yang bertugas menarik tamu untuk mau masuk ke tempatnya."You want see pussy dance? Sex show? Come with me," ujar salah satu dari mereka.Calo itu menunjukan sehelai kertas di tangannya yang berisi daftar berbagai tarian erotis yang akan dipertunjukan. Tarian erotis yang ditawarkan tentu tidak biasa karena sebagian besar tarian tersebut menampilkan keahlian para wanita dalam menggunakan alat vitalnya. Beberapa menu tarian yang ditawarkan diantaranya Pussy Ping Pong, Pussy Smoke Cigarettes, Pussy Open The Bottle, Pussy Candle Fire dan masih banyak lainnya.Lepas dari satu calo, kami disambut dengan calo lainnya yang terus mengikuti perjalanan selama di kawasan tersebut. Mereka tidak lelah berjuang untuk merayu kami agar mau masuk ke tempat hiburannya masing-masing.Selama berjalan di kawasan itu, sejumlah wanita berpakaian seksi tampak berjajar di depan pintu masuk setiap bar. Mereka memanggil dan merayu setiap pejalan kaki yang melewati jalan itu. Suara hingar bingar musik saling bersahutan dari satu tempat ke tempat lainnya.Ada juga sejumlah bar yang sengaja membuka sedikit pintunya agar bisa dilihat untuk menarik perhatian tamu dari luar. Sekilas terlihat dari luar, sejumlah wanita berbikini tampak sedang meliuk-liukan tubuhnya di tiang-tiang yang ada."Come in guys. No ladyboy in here," kata seorang wanita mengajak kami.Kami hanya tersenyum dan mengatakan "No Thanks." Thailand memang terkenal dengan para transgender atau biasa disebut ladyboy-nya. Sulit membedakan mana wanita tulen dan wanita 'jadi-jadian' di kawasan ini. Sejumlah teman mengingatkan agar berhati-hati jika berkenalan dengan wanita di kawasan ini, karena bisa jadi ladyboy yang akan menemani malam anda.Teman lainnya juga mencoba mengingatkan agar tidak masuk ke bar-bar tersebut karena uang anda akan dikuras habis dengan harga minuman yang sangat mahal. Akhirnya kami memutuskan untuk tidak masuk ke bar-bar tersebut.Turis mancanegara banyak terlihat di kawasan ini. Ada yang hanya sekedar minum-minum bersama pasangannya, ada juga yang memang tertarik dengan wisata seks yang disajikan.Kami sempat singgah di salah satu kafe untuk menyegarkan dahaga. Kafe yang kami singgahi bernama Happy Beer Garden. Di kafe dengan konsep outdoor ini kami menikmati suasana malam di kawasan Patpong dengan segelas minuman.Setelah puas berbincang di kafe tersebut kami melanjutkan perjalanan. Bagi anda yang ingin berbelanja, tempat ini menyajikan berbagai macam dagangan mulai dari aksesoris, kacamata, tas, dompet, kaos-kaos, dan banyak lainya. Bahkan, DVD porno pun dijual terang-terangan di kawasan ini.Harga yang ditawarkan di kawasan ini memang lebih mahal dibandingkan di kawasan tempat belanja lainnya. Tapi jangan ragu untuk menawar barang-barang yang anda akan beli. Anda harus siap tawar menawar dengan sengit dengan para pedagang di sini. Sayangnya para pedagang di Patpong sangat tidak ramah dengan para turis.Hal itu terlihat dari 2 turis wanita asal timur tengah yang sedang menawar dompet kesukaannya. Mungkin karena ada kesalahpahaman kesepakatan dalam tawar menawar, si penjual yang marah-marah akhirnya membatalkan transaksinya secara sepihak dan tidak mau melayani para turis itu. Sebuah hal yang jarang terjadi jika anda berbelanja di Indonesia.Tidak lama berselang, hal itu ternyata juga menimpa teman saya seorang jurnalis yang sedang melihat lihat scarf. Baru hanya memegang untuk melihat-lihat barang, dia mendapat teguran yang tidak menyenangkan dari penjualnya."You want to buy or not? I want to sell. If you don't want to buy then just go!" kata si penjual dengan kasar.Akhirnya kami memutuskan untuk tidak berbelanja di Patpong. Tidak seperti berbelanja di Indonesia, meski di kaki lima, pedagangnya tetap ramah dan tidak emosional.Mega Putra Ratya - detikNews
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Ada Apa dengan Garuda Indonesia?