Pelayaran Seru Menuju Raja Ampat (Bag. 1)

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Pelayaran Seru Menuju Raja Ampat (Bag. 1)

Arya Sadhewa - detikTravel
Jumat, 10 Feb 2012 09:19 WIB
loading...
Arya Sadhewa
Gugusan Raja Ampat, Papua sebagai tujuan utama perjalanan kami
Pulau Maitara- Ternate
Peserta penjelajah Raja Ampat
Pelayaran dari Ternate
Perairan Ternate-Tidore dengan semua keindahan alam di sekelilingnya
Pelayaran Seru Menuju Raja Ampat (Bag. 1)
Pelayaran Seru Menuju Raja Ampat (Bag. 1)
Pelayaran Seru Menuju Raja Ampat (Bag. 1)
Pelayaran Seru Menuju Raja Ampat (Bag. 1)
Pelayaran Seru Menuju Raja Ampat (Bag. 1)
Jakarta - Berlayar ke Raja Ampat, Papua? Hal ini pastinya menjadi impian bagi setiap orang. Menikmati kehidupan bawah lautnya yang masih alami dan alamnya yang hijau nan segar.Pelayaran kali ini saya tidak sendiri alias bersama beberapa teman. Kedatangan kami terbagi menjadi dua kloter, rombongan pertama (Riana, Darocky, dan Sony) datang 17 November 2011 dan yang kedua (Saya, Anton, Emmy, Indhira, Mellisa, Rudi, dan Pras) 18 November 2011. Kloter pertama memang beruntung karena begitu tiba di airport masih sempat mengunjungi Teluk Salamadaha. Teluk berwarna hijau hijau jernih serta memiliki terumbu karang yang masih terjaga dengan baik ini berada di bagian Utara Ternate. Namun, kidak datang bersma-sama.Setelah berkumpul semua, kami langsung mengunjungi lokasi wisata Batu Angus. Lokasi wisata ini terbentuk dari batu-batu muntahan sisa ledakan Gunung Gamalama puluhan atau bahkan ratusan tahun silam dan berada di tepi pantai yang berpasir hitam.Puas menikmati sedikit daerah Ternate, kami pun memutuskan untuk melakukan pelayaran (19/11). Bertolak dari Pelabuhan Kesultanan Ternate yang terletak di depan Kraton Kesultanan Ternate. Kami memilih pelayaran pagi hari dengan tujuan mendapat panorama di sekitar laut yang lebih tenang dan cuaca yang baik.Walaupun,  kami sudah siap di pelabuhan bersamaan dengan waktu sunrise, tetap saja memulai pelayaran jam 8 pagi. Keterlambatan ini karena ada saja persiapan yang kurang. Namun, pendapat lebih baik terlambat dari pada ada kekurangan dalam perjalanan panjang memang sangat dibenarkan. Waktu persiapan kami isi juga dengan mengabadikan keindahan alam Ternate saat matahari terbit sambil menyaksikan geliat pagi nelayan dan masyarakat setempat. Sementara crew kapal kami sibuk melengkapi persiapan dan mengecek kesiapan kapal.Di bawah sinar matahari pagi, saat pukul 08.00 WIT hari itu kami berlayar dan memulai petualangan yang luar biasa. Kapal yang kami menaiki sebuah kapal penumpang yang terbuat dari Fiber berukuran sekitar 18 meter panjangnya, lebar sekitar 4 meter, dan berkapasitas sekitar 30 orang. Kapal ini memiliki 4 mesin masing-masing berukuran 40 pk dan dengan seorang kapten serta 3 crew kapal yang handal. Dua crew masing-masing mengawasi bagian mesin dan jangkar. Satu lainnya menjadi pengganti kapten dan selalu berdiri di atas kapal mengawasi laut supaya tidak menabrak terumbu karang atau kayu glondongan.Dari Ternate, kami menelusuri Laut Maluku dari Halmahera Barat hingga Halmahera Selatan. Pemandangan laut Timur Indonesia memang menawan, tak lama meninggalkan Pulau Ternate, keindahan pulau maitara sudah menghadang kapal kami. Pulau yang tergambar pada selembar mata uang Rp 1.000 ini tampak terlihat indah melebihi dari gambar aslinya.Kapal kami juga melewati Pulau Tidore, dimana terlihat Gunung Keimatubu yang menjulang setinggi 1730 mdpl dan juga pesisir laut kota pelabuhan yang sibuk, yaitu Kota Soasiu. Sesekali, saat kami menoleh ke belakang terlihat jelas Gunung Gamalama yang baru saja kami tinggalkan dengan puncaknya yang memiliki ketinggian 1721 mdpl.Pagi itu, perjalanan kami menuju Kepulauan Guraici yang terkenal indah dan menjadi andalan wisata dari Kabupaten Kepulauan Bacan. Sebuah kabupaten baru hasil dari pemekaran wilayah Kabupaten Halmahera Selatan. Tiba di Guraici, kami langsung bersnorkeling sebentar lalu melanjutkan pelayaran menuju Pulau Bacan Besar. Namun, sekitar jam 12 siang kami terpaksa berhenti di sebuah desa nelayan kecil untuk memasak makan siang di sebuah rumah nelayan. Saya hanya menyerahkan bahan-bahan masakan sedangkan ibu nelayan mengolahnya hingga makan siang kami tersaji. Nama desa tersebut adalah Desa Timlonga di Pulau Bacan Besar sebelah Selatan Pulau Halmahera. Desa cantik berdermaga itu sangat tenang, damai,  dan penduduknya ramah serta murah senyum. Sekitar jam 2 siang, kapal kami berlabuh menyusuri Selat Halmahera  Selatan untuk menuju pelabuhan Babang yang terletak cukup dekat dengan Labuha, ibu kota dari Kecamatan Kepulauan Bacan. Setibanya  di Babang kami berjalan kaki menuju Dodola, kawasan monyet Yakiss yang sering terlihat oleh masyarakat setempat. Kera endemik, berbulu hitam, tidak memiliki ekor, berpantat merah, berjambul jabrik ala mohawk, dan bermuka lonjong. Malam harinya kami pun beristirahat di Babang, ada yang bermalam di Penginapan, ada yang bermalam di Ruang tamu Pos Polisi Air, dan crew kapal tidur di kapal.Pelayaran hari pertama yang mengagumkan. Perlu banyak menyiapkan tenaga dan batre kamera yang harus dipersiapkan untuk mengabadikan dan menikmati keindahan alam menuju Raja Ampat.Bersambung.... 
Hide Ads