Jakarta - Selasa 28 Juni 2011, Pukul 15.00 sd 22.00 WIBAkhir nya dapat juga mobil buat camping, sempat terpikir, trip kali ini mau dibatalkan saja, he..asal muasal nya dari ke isengan aku yang mau mengerjai teman teman, info ke mereka kalo aku tidak bisa ikut karena ada hal yang mau di lakukan, akhir nya merembes kemana mana, dari beberapa teman yang mulai ogah ogahan ikut, hingga mobil yang hampir saja tidak di dapat. Setelah berkordinasi dengan teman teman yang lain, sesuai itinerary yang di buat, kami akan mulai perjalanan kali ini tepat jam 7 malam, dengan berbagai perhitungan.Pukul 18.40 mobil baru di serah terima kan ke saya, telat ? tentu saja, mundur dari jadwal yang sudah di tentukan, karena misi jemput menjemput akan memakan waktu lebih dari 20 menit berdasarkan kondisi jalan dan berbagai kemungkinan yang lain. Trip kali ini, jumlah yang pergi sebanyak 8 orang, selain saya, ada Arkha, Cepi, Agung, Hesty, Atiek dan di saat saat akhir ada Juli dan Sandy yang bergabung, tujuan kami adalah Kampar, camping plus makan duren lalu besoknya akan ke Bukit Naang Bangkinang, berbekal modal info yang cukup dari atiek, kami akan berkunjung ke Desa Gema, Kampar, rute penjemputan pun sudah di atur,sesuai jalur yang akan kami tuju, Garuda Sakti , PANAM.Sebenarnya perjalanan kali ini, dapat di bilang kurang matang, atiek yang agak lupa jalur ke arah tujuan kami akan camping, dan kami pun berpikir atau lebih tepat nya menebak nebak, arah Kampar yang saya maksud sama dengan yang atiek maksud, beruntung Juli dapat bergabung dalam trip kami kali ini, begitu tahu arah tempat kami akan camping dan tujuan kami selanjut nya, sedia nya kami akan mengambil jalur panam, namun kenyataannya kami harus mengambil jalur pandau, tentu saja Naang pun gagal kami kunjungi, karena tempat dan jalur nya yang berjauhan dari tempat kami akan bermalam, itinerary pun kami ubah, tanggal 29 pagi tujuan kami selanjut nya trip ke air terjun 7 tingkat, demikian informasi yang Juli dapatkan dari kenalannya, jalur penjemputan pun kami ubah, yang tadi nya kami akan menjemput Hesty paling akhir, giliran Sandy yang akan kami jemput paling akhir, kasihan kawan yang satu ini, karena harus menunggu sekitar 2 jam dipinggir jalan, semoga dia tidak jerah untuk ajakan trip berikut nya.Selepas city tour alias jemput menjemput selama 3 jam selesai di lakukan, kami sempatkan diri untuk makan malam di pekan baru, karena untuk membeli bekal dan menikmati nya di areal camping seperti nya tidak dapat di lakukan, selain jam yang sudah menunjukan hampir pukul 10 malam, kami juga sudah mulai lapar, tepat sekitar jam 10 malam, kami melanjutkan perjalanan kami ke arah lipat kain, Kampar melalui Pandau.Selasa 28 Juni sd Rabu 29 Juni 2011, Pukul 22.00 sd 01.30 WIBDengan perut kenyang dan berbekal informasi terbaru dari Juli dan Atiek, kami pun memulai perjalanan kami ke arah Desa Gema, kali ini Agung yang bertugas sebagai driver. Pada titik titik tertentu kami berhenti untuk bertanya pada orang orang yang kami jumpai, untuk memastikan bahwa jalan yang sedang kami lalui sudah benar, beberapa sudah mulai terlelap semantara yang lain masih terjaga dan bercerita, sembari membayangkan apa yang akan di lakukan besok, khusus nya selepas subuh nanti.Kondisi jalan yang gelap, dan sesekali terang hanya karena terkena cahaya lampu dari beberapa rumah penduduk yang berdiri di pinggir jalan dan pantulan lampu kendaraan dari arah berlawanan, lintasan yang lurus dan mulai berkelok kelok setelah mendekati arah Desa Gema. Dengan mobil yang tidak besar dan jumlah penghuni nya yang padat, tentu sangat terasa sekali goncangannya, beruntung tidak satu pun dari kami yang memiliki hobi mabuk, selain tidur tentu saja.Akhir nya kami pun masuk dan mulai mendekati Desa Gema, tepat di dekat jembatan besi yang ke empat ( kalo saya tidak salah hitung), kami memutar arah ke kanan dalam dan menyusuri jalan tanah, suasana sangat sepi, meski ramai dengan rumah penduduk di kanan kiri di sepanjang jalan yang kami lalu, namun , suasana sangat sepi sekali, waktu sudah menunjukan pukul satu pagi, ketika akhir nya mobil kami sudah masuk ke desa Gema, “ya itu sekolah nya” seloroh atiek yang sedari tadi memandu kami untuk menemukan lokasi camping. Sempat salah jalan dan masuk ke jalan yang buntu, beruntung masih ada satu orang warga yang masih bangun atau sudah bangun saat itu, entah mana yang benar, setelah menunjukan arah yang dimaksud, kami pun menemukan lokasi tempat kami akan beristirahat dan mendirikan tenda, di pinggir sungai sebayang.Rabu, 29 Juni 2011, Pukul 01.30 sd 03.00 WIBSetelah menemukan lokasi yang cocok dan tenda telah selesai di dirikan, sempat bingung apa yang mau kami lakukan, mengingat, kami sudah mundur terlalu jauh dari jadwal, “bakar roti” ucap Agung, yang lain pun mengiyakan, kecuali dua mahluk cantik yang bertugas sebagai tim konsumsi kali ini, mereka nampak terkejut, karena setelah roti, kami pengen buat mie, sembari guyon ala iklan salah satu produk mie yang lagi trend saat ini.Puas dengan roti dan mie serta kopi susu hangat, kami pun bercerita ala kadar nya selama sesaat. Langit nampah cerah sekali saat itu, kilau bintang bintang nya sangat indah dan sayang untuk di lewatkan, yang biasa nya jam 2 dini hari kami sudah lelap di rumah masing masing, namun tidak untuk kali ini, saya sendiri 3 kali melihat bintang jatuh, dan berharap pulang dari sini, sudah ada mobil dan rumah buat saya, he he he. Beberapa menit setelah nya, saya memang ketiban rejeki, tapi bukan rumah dan mobil mewah seperti yang saya harapkan, melainkan sehelai handuk dari kawan kawan backpacker dengan inisial nama mereka tertera pada handuk tersebut, ulang tahun saya rupanya masih belum selesai buat mereka, hemm, benar benar berkesan buat saya, makasih kawans.Udara mulai dingin, dan beberapa sudah mulai mengantuk, setelah memilih tempat tidur nya masing, beberapa dari kami pun mulai terlelap, ada yang di dalam mobil, di luar tenda dan di dalam tenda. Tinggal saya, Cepi dan Atiek yang masih terjaga. Namun tidak beberapa lama kemudian giliran saya yang terkena “syndrome mata berat”, saya pun terlelap meninggalkan Cepi dan Atiek berdua dengan cerita mereka.Rabu, 29 Juni 2011, Pukul 04.30 sd 09.00 WIBTubuh ini rupanya sudah terlatih untuk bangun pagi, padahal rasa nya baru saja terlelap, tiba tiba sudah terbangun, beberapa sudah dan sedang menyelesaikan sholat subuh, sementara sebagian masih terlelap, meski sudah bangun, saya masih meringkuk di dalam tenda, udara masih sangat dingin, menahan saya untuk segera keluar. Atiek rupa nya terjaga dari semalaman, tidak tidur, kuat juga perempuan satu ini, terbayang trip kami selanjutnya, apa nanti dia sanggup.Pukul 6 pagi, sebagian besar dari kami sudah terbangun dan menikmati udara pagi yang segar di pinggir sungai, tampak beberapa warga mulai mendatangi sungai, dengan aktifitas pagi nya masing masing, mandi, mencuci mobil,motor, pakaian, bahkan maaf ada juga yang buang air besar, sudah terbiasa kali yak, sehingga mereka tidak malu malu melakukan ritual “agung” tersebut, dengan khalayak ramai di sekelilingnya. Di seberang tampak sekawanan kerbau yang sedang santai, rupanya kerbau kerbau yang lewat awal dini hari tadi pada berkumpul disitu, seakan tidak mau kalah dengan manusia, ikut memanfaatkan air sungai yang ada.Tadinya saya jadi ragu untuk ikut masuk merasakan dingin nya air sungai, apalagi mengetahui ritual tadi di lakukan di tepi sungai ini. Dan koreksi untuk kata kata udara segar tadi, karena kadang kadang tercium juga aroma kotoran kerbau yang terbawa oleh udara. Namun bening nya air memaksa saya untuk ikut masuk ke dalam nya, serta melakukan ritual buang air kecil, maap, bukan saya yang memulai tradisi ini, hasil mencontoh dari warga sekitar. Setelah puas menikmati pagi dan mengambil foto sebagai kenang kenangan, pukul 7.30 pagi, Hesty, Atik, Juli dan Agung menyiapkan sarapan pagi, sementara Cepi dan Arka membereskan tenda untuk di simpan, saya sesekali membantu mereka, demikian juga Sandi sembari membereskan barang barang bawaan yang sudah tidak di perlukan pagi itu.Menu kali ini adalah , indomie goreng plus telur dadar kornet ala chef Agung di bantu dengan beberapa assistannya, puas menyantap menu yang ada, kami bergegas membereskan semua bawaan kami yang tersisa, mengingat kami harus segera ke pelabuhan desa untuk melanjutkan trip kami ke Batu dinding / dinding batu dan air terjun 2 tingkat ( bukan 7 tingkat, karena lokasi nya ternyata lagi lagi berbeda).Rabu, 29 Juni 2011, Pukul 08.30 sd 9.30 WIBRupanya pelabuhan yang di maksud tidak terlalu jauh dari tempat kami bermalam, hanya sepelemparan batu orang dewasa. Sedia nya dengan berjalan kaki pun masih bisa di lakukan, namun kami berpikir soal kendaraan yang kami bawa dan menurut kami akan beresiko meninggalkan nya di tempat sepi seperti ini.Arkha, Agung dan Juli bertugas bertemu dengan pemilik sekaligus pemandu kapal yang akan kami tumpangi nanti nya, kenalan dari kenalan nya Juli, sementara kami berlima menunggu mereka di pelabuhan. Sembari menunggu ada saja tawaran yang kami terima, mulai dari paket bakar ikan seharga 100 ribu rupiah, hingga paket guide untuk 2 orang sebesar 100 ribu rupiah.Setelah negosiasi di lakukan, harga pun di setujui, kapal untuk PP seharga Rp. 150 ribu rupiah, kami bergegas naik ke atas kapal yang di maksud,atau lebih tepat nya perahu dengan mesin tempel pada bagian belakang nya, menyenangkan sekali.Sepanjang perjalanan, kami di suguhi dengan aktifitas warga yang hidup nya bergantung dengan sungai ini, selain ketiga aktifitas di atas, ternyata ada juga yang menjala ikan, sesekali bahkan kami berpapasan dengan kapal dari arah yang sama dan sebaliknya, tidak jarang mesin kapal kami harus di matikan demi menghindari gelombang buatan kapal lain yang sedang lewat.Agak ke hulu, pemandangan mulai terlihat semakin cantik, deretan pohon dengan aneka jenis dan warna tumbuh merapat di sepanjang bibir sungai, pada satu titik tampak 2 ekor kerbau yang sedang santai memamah biak di pinggir sungai, sesekali tampak batu besar menyembul ke permukaan. Perhentian pertama kami adalah melihat dan mengambil gambar dari Batu dinding, batu cadas tinggi yang di tumbuhi pohon, permukaan nya hampir rata, mungkin itu sebab nya di sebut batu dinding, soal nama ini sendiri pun, berbeda beda, ada yang menyebutnya batu dinding, ada yang memanggilnya dinding batu, bahkan info dari atiek, kawan dia menyebut nya batu songgan, ya apapun itu, paling tidak tempat ini layak untuk dikunjungi. Puas mengambil gambar objek yang satu ini, kami pun memutar arah, ke tempat air terjun 2 tingkat tersebut terletak, tempat nya tidak jauh dari arah batu dinding tadi, kira kira hanya 3 sd 5 menit.Rabu, 29 Juni 2011, Pukul 09.30 sd 12.20 WIBSelepas mendapatkan petunjuk singkat dari pengemudi “taksi air” tadi, kamu pun bergegas menuju ke arah air terjun 2 tingkat. Sepanjang jalan yang kami lalui,kami di suguhi dengan spot spot yang begitu indah, hanya ada hutan dan nyanyian alam, pemandangan yang tidak akan bisa kita dapatkan tiap hari di pekan baru, masih terlihat alami. Semakin ke atas semakin menanjak, menyenangkan. Disini juga kami harus menjalani donor bagi sekumpulan mahluk mahluk kecil yang haus darah, pacet. Semua terkena serangan mendadak dari penggila darah ini, saya sendiri mendapatkan tiga tanda mata dari mereka, bahkan Juli harus mendapatkan kecupan mesra pada bagian perut nya, gak kebayang kalo mahluk itu masuk hingga bagian yang paling sensitive, brrr.Sembari kerja sesekali membuang pacet pacet tersebut, kami trus melanjutkan perjalanan kami, sempat salah arah, bukannya ke arah kiri yang jalannya menurun, kami memilih jalur yang kanan dan menanjak. Beruntung Agung menghentikan langkah kami, dan meminta kami untuk memutar arah,kembali ke jalur yang satu nya, dan semakin di kuatkan dengan informasi yang di peroleh dari kawan kawan mahasiswa yang berpapasan dengan kami dan saat itu akan menuju ke tempat yang sama. Alhasil jumlah rombongan pun bertambah.Jalur kiri yang cukup curam dengan jalan setapak dan kemiringan yang lumayan beresiko, satu persatu kami turun kearah air terjun tingkat pertama, dari lembah ini tidak lah terlalu jauh lagi, namun kondisi jalan sangat licin, kami harus menapaki batu batu besar yang keluar dari perut bumi, dan harus melangkah hati hati jika tidak ingin terjatuh dan menimpah batu batu tersebut. Beberapa orang dari rombongan termasuk Hesty bukanlah orang yang di maksud, karena dia akhir nya terjatuh, tetap semangat dia bangkit dan melanjutkan perjalanannya.Semua usaha terbayar mahal, apa yang kami temui, benar benar memanjakan mata kami, tidak terlalu tinggi namun kondisi dan tata letak nya yang masih alami, membuat kami menikmati lokasi air terjun tingkat pertama ini, beberapa dari kami dan rekan rekan mahasiswa, bahkan tidak sabar untuk menceburkan diri kedalam kolam nya.Aku sendiri paling akhir bergabung dengan Cepi, Agung, Juli, Arkha dan Sandy, yang sudah terlebih dahulu menikmati dinginnya air kolam tersebut. Hanya sebatas pinggirannya saja, karena dasar nya yang tidak kelihatan oleh karena warna air nya hijau pekat, membuat aku urung untuk mendekati air terjun tersebut, ya, aku hanya bisa menikmati dari pinggir kolam saja. Kalo kata kawan kawan yang lain, hanya kumkum alias berendam. Lokasi nya membuat aku teringat akan kisah Jaka Tarub dengan 7 bidadari yang turun dari kahyangan, hanya kali ini versi nya berbeda, karena ada 6 Jaka Tarub dan 2 bidadari yang sama sama menikmati kolam air terjun ini dan tidak memiliki niatan untuk mencuri selendang atau pakaian masing masing.Puas dengan aktifitas di pemandian ini, kami pun bergegas untuk berpakaian, kawan kawan mahasiswa sudah pulang terlebih dahulu. Karena waktu sudah menunjukan pukul 11.30 siang, jam 12 sedia nya kami akan jemput oleh kapal tadi, niatan ke air terjun tingkat 2 kami simpan dulu untuk perjalanan kami edisi berikutnya, mengingat waktu dan perencanaan yang serba mendadak, membuat kami kurang dalam persiapan. Kami pun putar arah menuju ketempat kami datang dan lagi kami harus melalui kumpulan pacet dan melakukan aktifitas yang sama.Saya, Juli, Sandy dan Atiek tiba lebih dahulu, namun rupanya kapal belum juga datang, selang berapa lama kemudian menyusul, Arkha, Agung, Cepi dan Hesty, sembari menunggu, kamu menikmati suasana di bibir sungai dan melakukan aktifitas seadanya. Pukul 12.20 perahu yang di tunggu akhir nya datang juga. Bergegas naik dan pulang ke arah desa Gema, melihat kapal kapal lain yang lewat menuju ke arah hulu, kearah desa desa terpencil yang hanya bisa di datangi dengan menggunakan perahu perahu bermesin tempel ini, terbesit ide untuk pergi ke sana suatu saat bersama yang lain, tinggal di rumah rumah penduduk dan menikmati suasana kampung, tentu sangat menyenangkan, tapi itu nanti, akan ada saat nya.Rabu, 29 Juni 2011, Pukul 12.20 sd 17.15 WIBHanya memakan waktu kira kira 15 sd 20 menit, kami tiba kembali di desa Gema, lega rasa nya, perjalanan kami hampir berakhir, namun sedih karena harus meninggalkan desa ini dan kehidupan sungai nya, belum berapa lama kami tinggal, namun kehidupannya membuat kami betah, selain alam dan suasana nya yang tenang, penduduk nya juga terbilang ramah. Selepas berfoto dan membayar ongkos kapal, kami pun pamit untuk pulang.Selepas membereskan barang barang bawaan, sembari menunggu Hesty, Atiek dan Cepi yang sedang mengganti pakaian, kami mencoba menikmati desa ini dari sisi yang lain, desa ini bagus sebenar nya, hanya sayang nya, penduduk di lokasi pelabuhan masih belum terbiasa membuang sampah pada tempatnya. Hampir padat, karena deretan rumah yang saling berdekatan satu sama lain, dengan lapangan besar di tengah nya, apakah wilayah kecil ini adalah desa gema keseluruhan atau ini wilayah ini hanya bagian kecil dari luas desa gema yang sebenar nya, saya pun masih belum tau.Sekitar pukul 13.15,setelah segala sesuatu nya beres dan semuanya sudah di dalam mobil, kami pun pulang kembali ke pekan baru, masing masing pulang dengan cerita dan pengalaman nya sendiri sendiri, selalu ada yang baru untuk di jelajahi dan di jadikan pengalaman. Meski gagal ke bukit naang, namun acara makan durian tetap akan kami lanjutkan di pekan baru.So long guys, terima kasih buat hadiah ulang tahunnya dan kebersamaan nya selama hampir 2 hari di Kampar kiri, mari niatkan perjalanan berikut nya, rencanakan yang lebih matang, kalo tidak pun tidak menjadi masalah, karena yang mendadak pun ternyata asyik juga. Bersiap siap untuk perjalanan selanjut nya.
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan