Kisah Pendakian Pegunungan Karoue
Senin, 05 Des 2011 11:32 WIB

Jakarta - Kisah Pendakian Pegunungan Karoue (1)Menatap jalan setapak Bertanya-tanya sampai kapankah berakhir Mereguk nikmat coklat susu Menjalin persahabatan dalam hangatnya tenda Bersama sahabat mencari damai Mengasah pribadi mengukir cintaLirik lagu milik Katon Baskara di atas, menggambarkan suasana yang kerap dialami para penggiat alam bebas pada umumnya. Banyak cerita yang menyisahkan kenangan tersendiri. Apa yang dirasakan, sepertinya tak mampu terungkap lewat tutur kata. Cerita itu seolah-olah hanya milik pribadi, yang menyatakan dirinya sebagai pendaki gunung.Lewat tulisan ini, penulis sekaligus yang turut dalam kegiatan itu ingin berbagai cerita dalam melihat sisi kehidupan yang bukan hanya berlaku pada pendaki gunung itu sendiri, melainkan juga cerita lain yang seringkali dijumpai dalam berpetualang di alam bebas. Cerita ini, mengungkap sisi misteri Puncak Gunung Balease yang tabirnya berhasil disingkap oleh Pendaki Gunung Aktivitas Anak Rimba (AKAR) Indonesia Palopo tahun 2000 lalu. Berikut ulasannya.Pegunungan Karoue, penduduk sekitar menyebutnya. Merupakan pegunungan yang membujur dari utara ke selatan, terletak dibagian utara Propinsi Sulawesi Selatan, tepatnya di Kabupaten Luwu Utara. Memiliki 2 puncak tertinggi, yakni puncak Toelangi dengan ketinggianΒ 2.900 meter dari permukaan laut (m Dpl)Β dan puncak Balease 2.933 m Dpl.Awalnya sangat jarang pendaki gunung yang ingin datang ke tempat ini. Sepertinya pegunungan Karoue menyimpan misteri tersendiri. Terkesan angker. Namun kesan itu, tak membuat ciut nyali 11 pendaki gunung AKAR Indonesia, untuk segera datang mengunjunginya.Bermodal nekat namun pasti, walaupun tanpa menggunakan petunjuk arah berupa kompas, tekad untuk segera menginjakkan kaki di puncak itu tak bisa diredam. Maka segera perlengkapan dan peralatan disiapkan.Keberangkatan dimulai dari pos retribusi Balandai. Di situ kami menunggu angkutan mobil truk, berhubung kondisi keuangan yang tidak memungkinkan untuk menggunakan mobil sewaan. Tak lama berselang, apa yang ditunggu akhirnya tiba juga. Namun truk itu hanya bisa mengantarkan kami tiba di Kecamatan Masamba. Masih tersisa 10 Km lagi, desa terakhir yang harus dituju. Setelah azan maghrib dikumandangkan, penantian berakhir. Kami tiba di Desa Kaluku yang menjadi desa terakhir, dalam awal perjalanan menuju kaki Pegunungan Karoue.Malam itu dipergunakan untuk istirahat, karena esok harinya membutuhkan tenaga banyak, sebagai tanda dimulainya petualangan. Singkat waktu pagi menjelang. Setelah sarapan pagi di rumah salah seorang penduduk, packing (menyusun barang dalam carriel) dilakukan. Pagi itu, doa dipanjatkan, menyerahkan segala sesuatunya hanya kepada Tuhan yang Maha Kuasa. Doa menjadi tumpuan satu-satunya menjelajah buasnya rimba Karoue.Dengan beban di pundak, perjalanan dimulai. Dewi pagi dengan sinar teriknya, menyebabkan peluh mulai membasahi sekujur tubuh, ketika memasuki areal kelapa sawit di Desa Setinggil. Tatapan asing mulai terasa dari pandangan penduduk, yang mayoritas masih jauh dari sentuhan aroma kota. Menebar senyum menjadi senjata ampuh, kerap dilakukan. Tembus dari satu jalan setapak ke jalan lain, cukup mengundang rasa jenuh. Namun itu tidak berlangsung lama.Kini, di depan mata yang nampak hanyalah deretan pepohonan. Semak belukar tebal, kadang menutupi arah pandangan. Langkah sedikit terhenti. Golok tebas dilepaskan dari sarungnya. Bersambungβ¦(Ale)
(travel/travel)
Komentar Terbanyak
Ada Gerbong Khusus Merokok di Kereta, Kamu Setuju?
Cerita Tiara Andini Menolak Tukar Kursi sama 'Menteri' di Pesawat Garuda
Terpopuler: Dedi Mulyadi Terancam Dicopot, Ini Penjelasan DPRD Jabar