Marah Gara-gara Puyuh Bacem Pak PM, Yogyakarta
Jumat, 16 Sep 2011 16:57 WIB

Jakarta - Namanya aneh, Warung Nesu Mulih Pak PM. Ketika ditanyakan kenapa diberi nama begitu, sang empunya bercerita kalau dulu banyak pelanggan yang sering pulang sambil marah-marah karena tidak segera dilayani."Pembelinya kan banyak, sampai antri lama sekali. Jadi, beberapa pembeli yang tidak sabar terus pulang sambil marah-marah. Makanya warung ini diberi nama Nesu Mulih," cerita Nani, si pemilik warung.Sewaktu saya menyambangi warung Nesu Mulih, suatu sore di bulan Mei lalu, pembeli masih belum tampak. Tapi, begitu jam menunjukkan ke angka 7 malam, barulah satu demi satu pembeli berdatangan.Β Warung yang buka tepat di depan Ndalem Notoprajan, daerah Ngupasan, ini terbilang unik. Menu yang ditawarkan hanya baceman burung puyuh dan dara. Tapi, justru menu itulah yang membuat nama Nesu Mulih tenar hingga kemana-mana."Dulu saya juga jualan soto. Jadi, soto sama baceman puyuh. Tapi, karena puyuhnya yang lebih laris, sotonya saya hilangkan," cerita Nani lagi.Nani menambahkan, awalnya ia hanya berjualan untuk memanfaatkan keramaian Pasar Malam Sekaten. Kebetulan halaman depan Ndalem Notoprajan biasa digunakan sebagai area parkir kendaraan para pengunjung Sekaten. Ibu dua anak yang sudah mempunyai cucu ini lantas membuka warung tepat di sebelah timur halaman Ndalem Notoprajan."Sampai seminggu kok masih ramai, yo saya teruskan saja," ujar Nani sambil tertawa.Buka sejak tahun 1983, hingga kini pembeli Nesu Mulih tak surut-surut juga. Tidak hanya pembeli dari seputaran Jogja, beberapa pelancong dari luar kota juga kerap makan di sana. Bahkan beberapa nama pesohor seperti Butet Kertaradjasa, Dede Yusuf, dan pesinetron Dedi Sutomo sempat merasakan baceman puyuh racikan Bu Nani."Turis-turis dari Australia juga sering, Mas," tambah Iwan, anak pertama Bu Nani.Di hari-hari biasa warung ini rata-rata menjual 40-50 porsi dalam sehari. Tapi, di masa-masa liburan atau akhir pekan pembeli bisa meningkat tajam. Iwan menuturkan, di hari-hari ramai seperti itu warungnya bisa menghabiskan 50-75 ekor burung per hari."Dulu lebih ramai lagi, bisa sampai 400 porsi sehari. Tapi, karena sekarang sudah banyak warung-warung seperti ini, jadi agak sepi," cerita Iwan.Ide berjualan baceman puyuh didapatkan suami Nina, Joko PM, dari sebuah warung di Magelang. Waktu itu Joko menjadi sopir angkutan umum dengan trayek Magelang-Jogja. Nani yang masih belum punya kesibukan menjadi keneknya. Pasangan suami-istri ini juga mengajak Iwan yang kala itu masih kecil.Saat mampir di sebuah warung, Joko tercetus untuk berjualan baceman puyuh. Pasalnya, warung tempat ia makan menjual berbagai macam baceman dan sangat laris. "Tapi warung itu tidak jualan puyuh dan dara," cerita Joko.Sepulang dari warung tersebut, Joko dan Nani berdiskusi. Kebetulan pula Nani pintar memasak. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Nani setuju dengan usulan suaminya. Lahirlah Warung Nesu Mulih yang berjualan hingga sekarang ini.Ditawar Rp125 jutaResep Nesu Mulih adalah hasil racikan Nani sendiri. Dengan resepnya itu puyuh bacem masakan Nani terasa pas di lidah. Daging puyuhnya empuk, dengan bumbu meresap sampai ke tulang. Satu lagi kelebihan Nesu Mulih, sambalnya sangat spesial."Sambalnya beda," kata Hamidi, seorang pengunjung dari Umbulharjo. "Selain itu dagingnya juga empuk, berbeda dengan baceman puyuh di tempat lain," tambah mahasiswa UIN Sunan Kalijaga ini.Hal senada disampaikan Heri, pengunjung lain yang datang dari Krapyak. "Bumbunya terasa sekali. Sambalnya juga pas, tidak terlalu pedas tapi juga tidak terlalu manis," katanya. Tak heran jika bapak dua anak ini sudah kerap datang ke Nesu Mulih sejak masih mahasiswa dulu. "Dari waktu saya masih pacaran, sampai sekarang sudah punya anak dua," tambahnya.Lain lagi pendapat Andi yang datang jauh-jauh dari Jln. Wonosari bersama pasangannya. Menurutnya, "Taste-nya lain. Saya sudah coba banyak baceman puyuh, tapi tidak ada yang rasanya seperti di sini. Selain itu, suasananya juga enak. Ada musik Koes Plus, terus bakule ra tau mecucu (penjualnya tidak pernah cemberut, Pen)."Ketika ditanya apa resepnya, Nani menjawab, "Wah, itu rahasia." Tapi Nani sedikit membocorkan kalau proses pembuatan puyuh bacemnya tidak berbeda dengan membuat baceman pada umumnya. Hanya saja ada sedikit perbedaan di bumbu yang membuat rasa puyuh bacemnya jadi lain dari yang lain.Saking larisnya, beberapa orang pernah mengajukan diri sebagai franchisee Nesu Mulih. Tak tanggung-tanggung, nilai tawarannya sudah menyentuh angka Rp125 juta. Tapi, karena satu alasan, baik Joko maupun Nani masih belum mau menyetujui tawaran tersebut.
(travel/travel)
Komentar Terbanyak
Bus Pun Tak Lagi Memutar Musik di Perjalanan
Ogah Bayar Royalti Musik, PO Bus Larang Kru Putar Lagu di Jalan
Takut Bayar Royalti, PO Haryanto Ikut Larang Kru Putar Lagu di Bus