Mengejar Matahari

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Mengejar Matahari

niko_akarrumput - detikTravel
Senin, 19 Sep 2011 16:00 WIB
loading...
niko_akarrumput
Golden sunrise
Cantiknya golden sunrise
Berpacu dengan waktu
Saat turunnya Sang Dewa
Transisi indah di kompleks candi
Mengejar Matahari
Mengejar Matahari
Mengejar Matahari
Mengejar Matahari
Mengejar Matahari
Jakarta - Tim kami berjuang melawan kantuk, dingin, dan sempitnya waktu. Betapa sulitnya bangun jam 4 pagi dan memulai persiapan trekking di tengah dinginnya malam Dieng. Begitu alarm berbunyi, saya mencoba beradaptasi dengan dinginnya lantai homestay dan segera membangunkan teman-teman yang akan mengikuti sunrise trekking.Setelah semua siap dan perlengkapan lengkap, kami langsung "tancap gas". Bukit Sikunir sebenarnya tidak begitu jauh dari homestay tempat kami menginap, hanya saja gelapnya jalan membuat kami sesekali ragu dan salah mengambil jalan. Beruntung Mas arifin bisa dihubungi dan memberitahu jalan yang benar lewat telepon.Masih cukup gelap saat kami tiba di tepi telaga Cebon, tepat berada di bawah Bukit Sikunir tempat kami memarkir mobil. Tanpa basa-basi kami pun bergegas memulai pendakian yang biasanya hanya ditempuh selama setengah jam perjalanan.Di tengah perjalanan mendaki bukit, kami bertemu dengan rombongan di depan kami, tampaknya mereka kelelahan, berjalan sangat lambat, dan sesekali berhenti untuk mengambil nafas. Kami pun terhenti dan ikut menyemangati mereka, jalan setapak yang sempit dan curamnya jurang yang menganga membuat kami harus ekstra hati-hati.Begitu rombongan ini terlewati, kami sadar bahwa langit telah berubah cerah dan cahaya kekuningan mulai menghiasi horizon. Tak ada pilihan lain, puncak harus segera dicapai, spot terbaik harus segera didapat. Kami pun bergegas tanpa menghiraukan dinginnya embun sikunir yang membasahi celana.Sesampainya di puncak, kami bergegas mencari posisi terbaik untuk mengabadikan sang mentari. Langit sudah cukup terang, si emas belum juga memunculkan parasnya. Kami memutuskan untuk segera turun dan mencegat sang mentari dari candi arjuna, hingga tiba-tiba dia keluar dan mengejutkan kita semua yang berada di Puncak Sikunir.Tanpa basa-basi semua orang menjadi sibuk dan memeluk hangat sang mentari yang telah lama dinanti. Saat itu pula kami bertemu dengan teman-teman yang baru sampai di puncak itu, setelah mengabadikan foto keluarga dan cukup puas dengan si Emas kami pun segera bergegas turun untuk menyambangi si Perak.Langkah seribu pun diambil, sebenarnya saya masih betah berlama-lama di tempat itu, matahari sedang hangat-hangatnya. Apa boleh buat, rasa penasaran akan si Perak membuat saya tersadar dan terus berjalan. Namun, kamera yang masih menyala sesekali menangkap momen-momen yang menghiasi pengejaran kami pagi itu, mengejar matahari.Pak Udin sang driver langsung tancap gas, jalan yang sempit dan berkelok menurun serta rusak di beberapa tempat tidak bisa membuat kami melambat. Sesekali tangan saya keluarkan dari jendela hanya untuk merasakan dinginnya udara Dieng dan melihat matahari yang sudah mulai terlihat dari barisan perbukitan yang entah apa namanya. Hingga tiba-tiba Pak Udin menginjak rem, pertanda kami hampir tiba di pelataran parkir kompleks arjuna.Kabut tebal menyelimuti seluruh kompleks candi ini, Gunung Perahu yang membentang di sebelah timur masih belum terlihat hingga si Perak perlahan memanjatnya. Silver sunrise akan muncul, terbit untuk kedua kalinya di sisi yang berbeda, tepat dari belakang Gunung Perahu. Begitu eloknya si Perak bergerak perlahan ke atas hingga menampakan seluruh wajahnya.Transisi luar biasa yang hanya kami jumpai di Dieng, teman saya berkata "Gila! Dewa benar-benar turun nih". Betapa tidak, cahaya perak dengan indahnya mengguratkan batas jelas antara kabut dan bayangan-bayangan candi. Membuat kami merasa sangat beruntung berada di tempat di mana semua peradaban kuno ini bermula.Selimut kabut perlahan hilang menyisakan lautan embun yang berpendar indah, arjuna memberitahu kami bahwa kehidupan baru telah dimulai pagi ini. Beberapa petani lewat dan pengamen pun telah ada di salah satu sudut pelataran candi. Ini hari minggu saat Dieng Culture Festival 2011 diadakan, keramaian gitar si Pengamen lagi-lagi membius dan sesekali kami abadikan. Cukuplah pengejaran matahari kali ini, ada kopi hangat di warung Mas Dieng Arifin yang siap diseruput.
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads