Jakarta - Bangkok, (07/10/2011) Selepas dari Bandara Penang kami tiba di Bandara Svarnabhumi, Bangkok, Thailand pukul 19.00 waktu setempat. Bandara yang baru diresmikan 3  tahun lalu ini bisa menampung 30-40 juta penumpang setiap tahunnya.  Arsitektur bandara ini sangat ramah lingkungan dengan sinar matahari  yang bisa mengurangi lampu disiang hari dan sangat luas sekali.  Sebenarnya hampir mirip dengan Bandara Soekarno Hatta tapi dengan  sentuhan modern dan menyatu menjadi one stop airport. Antara terminal  internasional dan domestik menyatu, sehingga memudahkan penumpang untuk  pindah dari satu tempat ke tempat lain.Selesai mengambil barang di bagasi,  kami segera menuju ke Express Rail Link, yaitu lintasan kereta bawah  tanah dari dan ke Kota Bangkok menuju ke dan dari Bandara Svarnabhumi. Tarifnya  yang cukup murah, yaitu sekitar Baht 150 untuk tiket return dan Baht 90 untuk  oneway. Return tiket adalah yang terbaik dan termurah. Kami segera  menunggu kereta yang berangkat menuju Kota Bangkok setiap 1 jam sekali.  Tapi, sayangnya tidak disediakan tempat duduk seperti di Singapura, jadi  kami harus duduk lesehan di lantai marmer yang dingin sambil menunggu  kereta tiba. Express Link ini akan berhenti di Stasiun Makassan di tengah Kota Bangkok dan ditempuh selama 15 menit, lebih cepat dari mobil melewati jalan tol yang macet menuju Kota Bangkok.Jangan lupa untuk membeli sim card True Move pas dibandara selama di Bangkok, ada paket untuk Blackberry selama 3  hari senilai 199 Baht sudah termasuk sim card, pulsa, bisa telepon dan  sms international. Jadi, lebih murah dibanding pakai sim card dari  Indonesia. Beli dan pakai ini saja buat update status di BB dan kirim  SMS ke Indonesia. Ada counter khusus di terminal kedatangan di bandara  Svarnabhumi.Kota Bangkok terkenal dengan kemacetannya seperti di  Jakarta. Sesampainya di stasiun Makassan, decak kagum segera membuat  saya terdiam. Stasiun ini begitu besar dan bersih serta sangat modern.  Dari stasiun ini kami berjalan kelantai 3 dan keluar stasiun menuju ke  hotel. Di Bangkok pun ada tukang ojek ternyata, cuma bedanya tukang ojek  di kota ini memakai jaket bernomor. Kami pun ditawarin naik ojek tetapi  jarak dari stasiun ke hotel sangat dekat, hanya 15 menit berjalan kaki.Trotoar  di jalanan Kota Bangkok sama seperti Jakarta, sering digunakan pengguna  motor untuk melawan arus macetnya kota Bangkok. Saya jadi merasa di  negri sendiri, tidak ada perbedaan perilaku terhadap pengguna motor dan  pejalan kaki di trotoar. Sesampainya di Hotel FX Makassan yang bertarif Baht 900 permalam ini, saya mendapati kamar dengan 1  double bed dan 1 single bed...wow jadi bisa muat untuk 3 orang. Pilihan  menarik untuk berlibur bersama teman-teman nantinya di kota Bangkok.  Cukup satu kamar muat 3 orang, kamarnya bagus dan dilengkapi dengan AC,  safe deposit box, LCD TV dan kamar mandi yang nyaman dengan air panas.Selepas  beristirahat, kami segera menikmati malam dikota Bangkok. Dari hotel  ini kita cukup berjalan kaki 10 menit menuju kereta bawah tanah di  stasiun Petchaburi. Saya jadi iri dengan kota Bangkok yang macet ini,  pilihan transportasi mulai dari MRT, LRT, Busway, Riverbus, taksi dan  ojek, semuanya tersedia. Bus di Kota Bangkok sama seperti di Jakarta,  ada yang bagus ala busway dan bahkan yang jelek ala Kopaja atau  Metromini. Bahkan bus tua tersebut tanpa jendela, kebayang kalau hujan  deras, kasihan penumpangnya. Taksi di sini ada yang berwarna pink dan  sepertinya seragam serta mereka memakai argo meter tidak seperti di  Penang yang tanpa argo.Memasuki  stasiun kereta bawah tanah ini, eskalator berjalan dengan  cepat  sehingga kalian yang tidak terbiasa harus berhati-hati agar tidak jatuh.  Dan khususnya bagi orang tua, akan sangat membahayakan, sehingga saya  jarang melihat penumpang yang sudah tua, rata2 anak-anak muda dari umur  10-45 tahunan. Keamanan cukup ketat memasuki, harus melewati detector  machine dan diperiksa tasnya oleh petugas walaupun kalian membawa koper,  harus dibuka. Bagus sekali dan membuat penumpang nyaman.Tiket  MRT dibeli dengan harga sangat murah sekitar Baht 20 - 40 oneway, untuk  bulanan pun bisa dan bahkan bisa dibeli melalui ticket machine sama  seperti di Singapore or Kuala Lumpur. Jakarta kapan ya bisa? "Woii  Bung kumis, kerja donk jangan molor melulu jadi gubernur, kagak malu  apa sama Bangkok?"Setelah  kita membayar tiket sesuai tujuan, akan diberikan koin plastik yang  mengandung magnet, cukup ditempelkan dipintu masuk dan secara otomatis  akan terbuka. Jangan lupa dimasukan koinya ke kantong dan simpan  baik-baik untuk jalan keluar stasiun nantinya, jangan sampai  hilang...bisa ribet kalau hilang karena di negara orang dan kena denda.Keretanya  sangat bersih dan informasi sangat jelas, dari Stasiun Petchaburi  menuju ke Stasiun Silom ditempuh selama 10-15 menit saja. Dan, kereta  berhenti dengan mulus, sekali lagi iri.com karena membayangkan busway  berhenti seperti naik Kopaja. Untuk keluar stasiun, cukup memasukkan  koin magnet kedalam pintu keluar dan selesai. Ternyata dari stasiun  Silom ini bisa sambung ke stasiun LRT menuju kerute lainnya. Dari  Stasiun Silom, kami bertiga menelusuri malam kota Bangkok, jangan lupa  hati-hati dengan copet. Jadi, harus waspada dan sekali lagi trotoar di  kota Bangkok sama seperti di Jakarta, dipakai para penjaja makanan kaki  lima sampai pedagang baju. Ramai tapi rapi, pedagang diberikan  akses berjualan dan menjadi tempat wisata, walau sampah dimana-mana.  Mereka juga membuat sampah di kantong plastik yang diikat dan ditempatkan  dibawah pohon pelindung, serta pedagang makanan membuang air kotoran  dipedestrian...sama persis seperti di Jakarta. "Oh I Love Bangkok,"  serasa di kota sendiri...heheheeDari sini kita bisa menikmati  hiburan malam esek-esek ala kota Bangkok, para penjaja sex dengan  santainya menjajakan diri disepanjang jalan. Ada germo (maaf) yang  membawa kertas laminating dengan foto-foto perempuan siap pakai begitu  harga disetujui. Tapi dari internet, saya mendapatkan kabar untuk  berhati-hati didaerah ini karena cukup rawan dan jangan sembarangan  menawar kecuali anda tertarik. Kawasan Patpong adalah kawasan  lampu merah dikota Bangkok, sejumlah bar menjajakan berbagai macam  kesenangan duniawi bagi para pria-pria nakal dan dari luar kita bisa  melihat wanita-wanita setengah telanjang menari meliuk-liuk ala  stripter. Turis-turis bule pun banyak berkumpul baik pria maupun wanita.  Kami hanya menikmati dari luar karena Bangkok terkenal akan penyebaran  HIV Aids terbesar di Thailand serta mafia-mafianya dikawasan ini.Kami pun masuk ke pasar malam Patpong,  melihat pedagang kaki lima yang menjajakan berbagai macam barang mulai  dari kaos Thailand, jam, topi, lukisan hingga sex tools. Mereka dengan  bebas menjual peralatan sex seperti menjual peralatan lainnya disisi  jalan tanpa takut ditangkap polisi. Bangkok juga terkenal akan polisi  yang korup dan sama seperti di Jakarta, selama ada uang, bisnispun  aman.Di sini saya membeli lukisan serta jajanan ala Bangkok, yaitu gorengan isi bakso ikan, udang, dan cumi seharga hanya Baht 20 isi 3  tusuk sate bakso ikan. Untuk buah-buah potong segar dihargai Baht 20  serta kelapa muda Thailand dihargai Baht 40. Tapi, hanya satu pedagang  yang menjual durian Bangkok dan harganya sedikit lebih murah dibanding  di Jakarta.Mencari makanan halal di Bangkok harus benar-benar  serius, jangan malu untuk minta menu ayam atau ikan kepada sipedagang  makanan. Mereka akan menunjukkan menu halal. Sudah pukul 23.00 dan  segera bergegas ke hotel karena MRT akan tutup pukul 23.30 waktu setempatPagi  hari pukul 08.00, saya sudah berada direstauran dan minta paket menu  seharga Baht 180 untuk satu set makanan udang goreng dan kopi. Sangat  murah dibanding makan pagi di Penang dan rasa makanan Thailand sangat  pas sekali buat saya dibanding nasi kandar yang terlalu banyak rempah.  Makanan Thailand gabungan antara asam, manis dan pedas sehingga sangat  pas buat orang Indonesia. Feels like home...Jumat pagi sama  seperti di Jakarta, jutaan penduduk Bangkok bergegas menuju ke kantor,  kemacetan dimana-mana. Bahkan di trotoar yang malamnya tidak ada  pedagang makanan, kini berdiri sebuah gerobak dorong dan menjual mie  serta ayam goreng. Pengunjung makan ditrotoar dengan bangku plastik.  Beberapa wanita Thailand yang cantik-cantik tersenyum kepada saya,  sepertinya mereka menganggap saya orang Thai. Lumayan dapat  senyuman gratis.Kembali  ke stasiun MRT dan menuju ke stasiun Silom, dan kali ini harus naik  kereta MRT berhimpitan dengan penduduk Bangkok yang mau berangkat kerja  atau sekolah. Berhenti di Silom, naik ke lantai dua menuju ke stasiun  LRT menuju River Boat Chao Praya. Di stasiun ini, sistimnya kita menukar  uang logam di counter kemudian menuju ke ticket machine, caranya:  pilih statsiun yang dituju dan ada nomornya, misalkan no. 25 untuk ke  river boat, kemudian masukkan koin seharga Baht 20, dan akan keluar  otomatis kartu magnet untuk masuk ke stasiun.Beberapa orang  Thailand pun sering bingung karena belum terbiasa seperti saya, jangan  salah tekan nomor stasiun karena uang anda tidak bisa kembali. Hanya 10  menit naik LRT, dan kami sudah tiba distasiun river boat disisi sungai  Chao Praya. Tiket river boat senilai Baht 30 sekali pergi, dan  sepertinya air sungai baru meluap malamnya sehingga berkarung-karung  pasir dijejer disepanjang sungai. Pagi itu puluhan wisatawan asing sudah  mengantri.Sungai Chao Praya sangat lebar seperti sungai Mahakam di Kalimantan sungai  di Palembang. Airnya berwarna coklat dan beberapa sampah terapung  terdapat diatasnya. Dari atas ferry boat ini, kita bisa melihat Venice  from the East, Bangkok dengan kanal-kanalnya, rumah-rumah pinggir kali  seperti di Indonesia, gedung tinggi di sisi sungai. Hebatnya tempat ini  dijadikan wisata, seangkan di Indonesia, biasa aja.Saya berjumpa dengan 4 wisawatan dari Bali yang juga  berkunjung, ketika hampir sampai di Grand Palace-Wat Arun, kita harus  berhati-hati karena stasiun boatnya biasa saja. Dan, jangan sampai  terantuk kayu palang distasiun boatnya. Dari stasiun boat,  berjalan kaki 5 menit kita bisa menemukan pasar kecil yang berjualan  souvenir, makanan, ikan segar dan sayuran. Pasar tua ini sudah berdiri  seratus tahun yang lalu dan diujung pasar, kita bisa masuk ke Wat Po-Kuil Budha disamping Istana Raja. Tiket masuk ke Wat Po senilai Baht 15 per orang dan pengunjung dilarang memakai celana pendek.  Jadi memakai jeans atau celana panjang adalah keharusan seperti ketika  memasuki pura di Bali. Kuil Budha ini sangat cantik dan beberapa  di antaranya berlapis emas. Patung Budha berlapis emas 24 karat dan  sedang tiduran sepanjang 20 meter menjadi tontonan utama di kuil ini.  Ketika memasuki kuil, pengunjung harus melepas sepatu atau sandal. Ruang  yang sempit, sehingga kami harus bergantian untuk berfoto diantara  wisatawan asing lainnya, terutama wisawatan dari India yang pagi itu  memenuhi ruangan dan ribet sekali.Setelah 15 menit didalam ruangan kuil,  kami memasuki pelataran kuil yang cukup luas dengan dihiasi pagoda yang  dilapisi keramik dan patung-patung mitologi Thailand. Sangat bersih dan  terawat, itu adalah kesan pertama saya. Secara arsitektur hampir mirip  dengan lokasi istana raja di Jawa, dekat dengan keraton pasti ada tempat  peribadatan di Jawa ada Masjid dan di Thailand ada kuil Budha.Next trip adalah Grand Palace,  istana raja ini dikelilingi tembok istana berwarna putih dan sangat  luas, sama seperti keraton di Yogyakarta dan di Solo. Sepertinya sejarah  panjang yang membuat dua keraton ini hampir mirip. Bedanya keraton  Yogya tampak sangat sahaja dan mistis, ada suasana yang berbeda ketika  memasuki keraton. Sementara kerajaan Thailand sangat megah, warna kuning  emas meliputi sebagian besar arsitektur. Warna emas adalah warna  kerajaan, karena emas adalah lambang kehebatan seseorang..lambang  keagungan. Jadi tidak aneh warna kuning adalah warna Sang Raja di  Thailand.Raja  dan Ratu di Thailand sangatlah dihormati sehingga tidak aneh  disepanjang Grand Palace, khususnya perkantoran pemerintah, foto raja  dan ratu harus dihias dengan begitu indah. Begitulah cara orang Thailand  menghormati The Royal Family. Grand Palace baru buka pukul  12.45 sehingga kami memutuskan naik tuk-tuk, alias bajaj ala Bangkok.  Seperti tertulis di buku wisata, naik tuk-tuk di Bangkok harus harus  hati-hati karena akan dikerjai oleh si driver. Kami pun naik tuk-tuk  menuju Wat Arun, dan si tukang tuk-tuk bilang kalau ke wat arun tidak  bisa naik boat, harus mutar dulu selama 1 jam naik ferry boat. Padahal  kami sudah tahu bahwa dari tempat kami turun naik boat, cukup menyebrang  naik boat saja sudah tiba di wat arun temple. Akal bulus tukang tuk-tuk  membawa kami ke sebuah jalan buntu dengan ujung sungai dan seseorang  sudah memegang paket wisata naik ferry mengelilingi sungai Chao Praya.  Sekali lagi tukang tuk-tuk akan mendapatkan fee bila kami membeli paket  wisata tersebut.Kami  pun menolak dengan halus dan membayar Baht 30 untuk naik tuk-tuk. Dan  selanjutnya kami berjalan kaki menuju pasar depan Wat Po untuk nyebrang  naik boat ke Wat Arun. Ada hikmahnya, karena kami menemukan pedagang  penjual souvenir dan makanan khas Thailand dengan harga murah. Khusus  untuk souvenir, harus ditawar dan sementara untuk makanan sudah harga  pas. Tapi lebih murah dibanding beli di hypermarket dikota Bangkok. Boat untuk ke Wat Arun seharga Baht 3 per orang/oneway, Wat Arun sebuah kuil Budha yang  dibangun diatas bukit kecil setinggi 30 meter dan dihiasi keramik  cantik, usianya pun sudah ratusan tahun. Tiket masuk Wat Arun senilai  Baht 30/orang dan kita bisa naik hingga ke atap menara pagodanya kalau  sanggup. Harus hati-hati ketika naik anak tangganya apalagi abis hujan.  Disamping Wat Arun sebelah kiri pintu masuk, ada pasar  souvenir. Di sinilah pasar mini ala sukawati. Pedagang souvenir disini  bisa bahasa Indonesia, dan bahkan harganya pun ditulis dalam bahasa  Indonesia. Jadi jangan kuatir, Anda bisa membeli dan menawar souvenir  mulai dari kaos, tas, kalung, cincin, gelang, hingga hiasan dinding  bordir khas Thailand dengan harga sangat murah. Puluhan wisatawan  Indonesia berburu souvenir disini. Jadi jangan lewatkan pasar souvenir  Wat Arun kalau ke Bangkok buat belanja oleh-oleh.Ketika  menyebrang ke Wat Arun, air sungai meluap dan sangat besar. Beberapa  boat SAR pemda Bangkok melewati sungai ini, dan arus sungainya sangat  mengerikan sehingga membahayakan penumpang. Siang itu, angkatan laut  Thailand melarang ferry ke pusat kota Bangkok. Sehingga kami harus  merubah rute naik taxi argo ke stasiun pusat Hua Lamphong. Naik taxi  hanya 60 Baht saja menuju ke stasiun ini dan kami lanjutnya dengan MRT  ke petchaburi station menuju ke hotel. Disepanjang perjalanan naik taxi,  kami bisa melihat kawasan toko yang menjual peralatan ibadah umat  Budha, patung Budha dari kuningan yg ukuran besar dibungkus dengan kain  warna Oranye seperti kain para biksu Budha. Bahkan dijual patung Budha  dari emerald, "Wow, jadi pengen bawa tapi mikir gimana bawanya."Pukul  03.00 sore kami sudah tiba di hotel. Beruntung kami mendapatkan hotel  yang dekat kemana-mana dan dibeli lewat www.agoda.com jadi lebih murah  harganya. Masih ada waktu 5 jam lagi di Bangkok sebelum berangkat ke  Phuket naik pesawat. Kami berpencar dan berkumpul dihotel jam 6 sore,  Waktu 3 jam, saya gunakan untuk ke Siam Paragon dengan naik MRT menuju  ke Silom dan pindah naik LRT ke Siam Paragon.Siam Paragon seperti mall Senayan City, dan sepertinya mal ini jadi tempang  nongkrongnya anak muda Bangkok. Begitu hips dan beragam barang branded  dijual disini, makanan fast food tersedia di mal ini. Cuma buat apa saya  ke mal, akhirnya saya memutuskan ke Siam City dan menuju ke lorong  penjual baju. Konon, harga baju dikota Bangkok sangatlah murah dan saya  diberitahu bahwa Platinum Mall di pratunam street sangat murah. Cuma  sayang tidak ada kereta ke pratunam dan bahkan saya ditawari ojek. Tapi  karena saya harus menukar US dollar ke baht jadi harus mencari money  changer terdekat, yaitu Bangkok Bank. 1 US setaraf 31 Baht. Lebih mudah  menukar USD dibanding rupiah ke baht dibangkok, harga rupiah akan sangat  jatuh sekali. Di Jakarta 1 baht senilai Rp291,00 dibangkok 1 Baht = Rp  270-281. Jadi lebih baik tukar baht atau USD di Jakarta.Harga  baju hanya 1/3 dari harga di Jakarta, jadi pintar-pintarlah menawar dan  memang barang-barangnya sangat beragam dan menggoda dompet. Dompet  kulit untuk paspor hanya seharga 150 Baht satu buah, sementara di  Jakarta bisa Rp250.000,00-Rp3000.000,00. Tas dan sepatu buat pria sangat  menggoda iman, kalau tidak mikir besok masih ada perjalanan, sudah  pengen belanja saja.Pukul  05.30 sore sudah sampai dihotel dengan tas koper yang bertambah  beratnya dan pasti overweight dibandara. Sebelum berangkat ke bandara,  saya makan dulu dan setelah itu berjalan kaki 15 menit ke stasiun  Express Link tanpa harus membayar lagi ke bandara"Bangkok, I will come  back."












































                    
            
				
				
				
				
				
		        
		        
		        
		        
		        
 
 
 
 
 
 
 
 
Komentar Terbanyak
IKN Disorot Media Asing, Disebut Berpotensi Jadi Kota Hantu
Thailand Minta Turis Israel Lebih Sopan dan Hormat
Wisatawan di IKN: Bersih dan Modern Seperti Singapura, tetapi Aneh dan Sepi