Jakarta - Jurnal ini adalah lanjutan dari jurnal Museum Pusaka Nias, Bag. 1 yang sudah di publish tim ACI Sumatra Utara 2 sebelumnya. Melanjutkan dari museum yang sangat banyak peninggalan suku Nias, pada bagian dalam museum kita dapat melihat tempat kantong sirih. Untuk menghormati tamu dan menunjukan keramah-tamahan, tuan rumah meyajikan sirih. Biasanya terdiri dari daun sirih yang segar, buah pinang muda, daun gambir yang sudah kering dan kapur dilinting bersama. Sirih bagi masyarakat Nias merupakan sebuah tanda penghormatan,karena sebelum pembicaraan dan upacara selalu diawali dengan penyuguhan sirih. Pada umumnya tempat sirih dibuat dengan menggunakan bahan daun pandan yang telah dibersihkan dan dibelah, lalu dianyam. Kadang sebelum dianyam diberi pewarna dengan merendamnya ke bahan pewarna. Kantong sirih ini bukan hanya digunakan untuk tempat sirih, tapi bisa digunakan sebagai wadah emas dan mas kawin.
Kemudian ada juga alat-alat berkebun masyarakat Nias, berbagai macam alat musik pada jaman tersebut, patung-patung masyarakat Nias. Pada umumnya semua peninggalan yang ada di museum ini adalah yang tersisa dari suku Nias di pedalaman Nias. Kemudian ada patung yang hanya menyisakan tangan dan kepala, ini adalah bentuk dari pemenggalan manusia. Masyarakat Nias pada jaman dahulu berburu kepala manusia, sebagai syarat untuk menjadi dewasa, peningkatan status sosial, dan atas permintaan raja atau kaum bangsawan. Dan biasanya kepala berserta lengan tidak terpotong dan harus menjadi satu, lalu bisa digantung di depan rumah atau sebagai alas jika ada raja atau kaum bangsawan yang meninggal agar jenasahnya tidak menyentuh permukaan bawah. Ada pula peti jenasah dan tempat duduk jenasah, karena pada jaman dahulu orang yang sudah meninggal didudukan diatas kursi kayu dan ditaruh diatas pohon agar tidak dimakan binatang, ketika sudah menjadi tenggorak dan tulang baru diturunkan dan dimakamkan.
Sangat banyak pernak-pernik dan latar belakang budaya Nias di tempat ini. Seperti alat musik, patung-patung yang mengandung banyak arti dan makna, ukiran, sejarah, kain tenun khas Nias, dan lain-lain. Dengan membayar Rp 2500,00 kita sudah bisa masuk ke museum yang kaya akan pengetahuan. Dan ada kotak donasi atau sumbangan perawatan dan pengembangan bangunan mengingat museum ini dikelola oleh swasta. Pengunjung juga dapat mengakses website Museum Pusaka Nias di www.museum-nias.org atau telepon (0639) 21920, 22286. (Calvin)
Calvin Damas Emil|1825|SUMUT 2|41
Museum Pusaka Nias
Senin, 11 Jul 2011 10:00 WIB
Redaksi Detik Travel












































Komentar Terbanyak
Awal Mula PB XIV Purbaya Gabung Ormas GRIB Jaya dan Jadi Pembina
Fadli Zon Bantah Tudingan Kubu PB XIV Purbaya Lecehkan Adat dan Berat Sebelah
5 Negara yang Melarang Perayaan Natal, Ini Alasannya