Masjid Raya Baiturrahman, Saksi Sejarah Aceh

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Wahid Masrukan|841|NAD|10

Masjid Raya Baiturrahman, Saksi Sejarah Aceh

Redaksi Detik Travel - detikTravel
Senin, 01 Agu 2011 14:00 WIB
loading...
Redaksi Detik Travel
Masjid Raya Baiturrahman
Masjid Raya Baiturrahman, Saksi Sejarah Aceh
Jakarta -

Menyebut kota Banda Aceh rasanya sulit untuk tidak menghubungkannya dengan Masjid Baiturrahman. Bangunan ini selain menjadi landmark, juga memiliki banyak kenangan terkait dengan keberadaan kota Banda Aceh sendiri. Masjid yang berlokasi di tengah kota ini pasti akan mengundang mata siapapun pengunjung yang datang ke sana. Ukurannya yang besar dengan menara syiar yang menjulang ke langit dipadu balutan cat warna putih di sekitar dindingnya membuat bangunan ini megah berdiri.

Masjid Raya Baiturrahman bagi masyarakat Aceh adalah simbol religius, keberanian dan nasionalisme rakyat Aceh. Masjid yang dibangun pada masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636) ini awalnya memang tak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, namun juga merupakan pusat pendidikan ilmu agama. Dahulu kala banyak sekali kalangan yang ingin memperdalam ilmu agama khusus datang ke masjid ini untuk menimba pengetahuan. Tak hanya dari nusantara tapi juga dari belahan dunia lain seperti Melayu, Parsi, Arab hingga Turki.

Kini, seiring dengan diterapkannya syariat Islam fungsi masjid ini telah jauh kian berkembang. Tak hanya sebagai tempat beribadah dan pendidikan agama, Masjid Baiturrahman juga dijadikan sebagai tempat pengembangan potensi kemasyarakatan. Beragam organisasi sosial kemasyarakatan berkantor di sisi-sisi masjd ini, menjalankan fungsi dan misinya dalam mengembangkan potensi yang ada.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di waktu-waktu tertentu, masjid ini juga dijadikan sebagai tempat eksekusi keputusan pengadilan syariat Islam berupa sanksi pukul masal bagi pelaku tindak kriminal ringan. Tindak kejahatan paling sering ditampilkan adalah judi dan pencurian. Sanksi berupa pemukulan dengan kayu rotan oleh algojo di depan masyarakat dilakukan usai sholat Jumat di pelataran masjid Baiturrahman yang cukup luas.

Masjid Baiturrahman ini adalah saksi bisu sejarah Aceh dari jaman dulu kala. Dulu ketika berperang melawan Belanda, masjid ini merupakan markas pertahanan rakyat Aceh (1873-1904). Belanda sempat membakar habis masjid ini pada tahun 1873. Selain untuk menumpas perjuangan rakyat Aceh juga sebagai balas dendam atas tewasnya Mayjen Khohler di kala itu. Namun upaya Belanda ini tak menghentikan asa para pejuang Aceh di kala itu, justru pembakaran ini kian memacu semangat juang mereka. Enam tahun kemudian, pada tahun 1879 untuk meredam kemarahan rakyat Aceh, Gubernur Jenderal Van Lansnerge mulai membangun kembali Masjid Raya ini.

Keberadaan masjid ini juga tak dapat dipisahkan dari tragedi kemanusiaan yakni bencana tsunami 24 Desember 2004. Masjid Raya telah menjadi saksi sejarah bagaimanai kebanyakan orang yang selamat justru ketika berlindung di Masjid Raya saat tsunami besar melanda.

Masjid Raya Baiturrahman merupakan salah satu masjid termegah di Asia Tenggara. Masjid yang menempati area kurang lebih empat hektar ini berarsitektur indah dan unik, memiliki tujuh kubah, empat menara dan satu menara induk. Ruangan dalam berlantai marmer buatan Italia, luasnya mencapai 4.760 m2, dan dapat menampung hingga 9.000 jamaah. Di halaman depan masjid terdapat sebuah kolam besar, rerumputan yang tertata rapi dengan tanaman hias dan pohon kurma yang tumbuh di atasnya.

Untuk berkunjung ke mesjid ini, Anda tidak akan dipungut biaya masuk. Namun demikian pastikan Anda mengenakan busana yang memenuhi syariat islam. Diantaranya untuk laki-laki mengenakan celana panjang sedangkan untuk wanita mengenakan jilbab atau kerudung. Jaga kesopanan selama di areal ini. Berkunjunglah di jam-jam 9 hingga 11 siang jika Anda berkeinginan naik ke menara masjid raya. Tingginya yang menjulang hingga 60 meter, membuat kita bisa melihat kota Banda Aceh dari sisi yang berbeda. (Taufiq-Wahid)

Hide Ads