Pertama kali saya mengunjungi lawang sewu, sekitar 2,5 tahun lalu, gedung terlihat tidak terurus, terlihat sangat kusam, dan terkenal sebagai 'sarang hantu di tengah kota'. Beberapa reality show di tivi swasta nasional pernah menayangkan lawang sewu dari segi 'keluarga besar hantu-hantu' membuat orang enggan untuk mengunjungi gedung indah bersejarah ini. Pengunjung yang datang pun lebih banyak karena penasaran ingin melihat 'penampakan' dari hantu-hantu tersebut, namun tak sedikit juga pengunjungn yang berminat dengan keindahan arsitektur dan sejarah yang dimiliki oleh Gedung Lawang Sewu, baik dari segi arsitekturnya maupun historisnya.
Sekitar setahun ini terlihat aktifitas renovasi di Gedung Lawang Sewu, renovasi yang di gagas dan di danai dari PT. KAI sebagai pemilih gedung di kawal ketat oleh para tim konservasi gedung tua, agar penanganan renovasi berjalan dengan baik, memperhatikan bahan dasar yang digunakan, tanpa memaksa menggunakan material masa kini agar tidak merusak material lama yang digunakan. Konon katanya untuk mencari material-material lama yang notabene adalah barang-barang impor asli eropa, pihak konservasi pun harus melakukan hal demikian, mengimpor kembali beberapa material yang sangat rusak dan tidak dapat di perbaiki. Ada juga material masa lalu yang sudah tidak di produksi saat ini, di pesan khusus dengan material dasar dan bentuk yang sama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain gedung A yang telah di renovasi menjadi cantik, gedung C juga telah berubah wujud menjadi bangunan museum kecil sejarah NIS, selama renovasi, ruang souvernir dan juga ruang audio mengenai cerita perkembangan perkeretaapian tempo dulu yang sangat menarik. Dari keseluruhan area Lawang Sewu, tinggal bangunan B yang terlihat masih belum di sentuh, apabila keselurahan area selesai di renovasi, niscaya komplek bangunan Lawang Sewu akan menjadi memukau kecantikannya di tengah kota Semarang. Kembali memasuki lawang sewu dengan wajah berbeda, memberikan kesan yang jauh berbeda.
Tapi untuk berkunjung ke Lawang sewu saat ini di kenakan biaya masuk Rp. 25.000 per-orang (lebih mahal di banding masuk candi borobudur dan candi prambanan, dan semua museum di Indonesia) serta di tambah dengan biaya Guide sejumlah Rp. 50.000 (kl tidak pakai guide tidak boleh masuk, karena di khawatirkan akan merusak *coretcoret, dll*), namun sayangnya tidak ada kejelasan dari management Lawang Sewu mengenai Kwalitas Guide-nya yang tidak memiliki pengetahuan seputar sejarah di balik gedung Lawang Sewu, tapi fasih cerita mengenai hantu2 dan film2 yang pernah shooting di sini.












































Komentar Terbanyak
Bupati Aceh Selatan Umrah Saat Darurat Bencana-Tanpa Izin Gubernur & Mendagri
Turis Asing di Kertajati Turun, Dedi Mulyadi: Penerbangannya Kan Nggak Ada
Temuan Kemenhut Soal Kerusakan Hutan Sumatera, Bukan Cuma Faktor Cuaca