Meskipun harus ditempuh dengan waktu yang lama, halangan hujan badai, pohon tumbang, jembatan yang rusak bahkan kekhawatiran panitia ACI di Jakarta, pengalaman di rumah Betang tertua dan terpanjang di Pontianak sungguh mengesankan. Maka dengan berkat rahmat Tuhan yang Maha Kuasa dan dengan didorong oeh keinginan luhur maka dengan ini cerita petualangan Rumah Betang Saham dengan bangga saya persembahkan.
Sebut saja Saham Long House, hampir semua pengemudi taksi dan penyewaan mobil di Bandar Udara Supadio Pontianak mengetahui letak dan keberadaannya. Cukup dengan merogoh kocek sebesar 650 ribu rupiah maka mobil full AC dan Video music siap mengantarkan kita mengitari kota Pontianak dan tentu saja membawa kita ke Saham Long House.
Saham Long House atau Rumah Betang Saham adalah rumah adat suku Dayak Kanayan yang berbentuk rumah panggung dengan ketinggian 3 meter dan memanjang ke samping hingga lebih kurang 200 meter. Rumah Betang Saham terletak di Desa Saham, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak yang tidak jauh dari jalan raya Pontianak-Kuching. Menurut penuturan salah satu penghuni yang bernama bapak Paulus Ngidar, rumah Betang ini sudah ada bahkan saat gunung Krakatau meletus tahun 1883. Bila penuturan beliau ini benar maka usia rumah ini lebih dari 127 tahun, terpaut 40 tahun dari usia bapak Paulus Ngidar saat ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada saat mengetahui bahwa rumah ini berusia ratusan tahun,pertanyaan yang terbersit di kepala saya adalah 'kok bisa?'. Ternyata rahasianya ada pada bahan dasar rumah ini,yakni berupa kayu belian atau kayu Ulin. Kayu yang dikenal dengan nama lain kayu besi ini memang merupakan jenis kayu yang sangat kuat dan awet. Kayu ini tahan terhadap serangan rayap dan hama, perubahan suhu dan kelembapan, bahkan tahan terhadap rendaman air tawar dan air asin.Itu adalah ebuah kayu yang sangat luar biasa dan merupakan kayu langka yang hanya terdapat di beberapa hutan di Kalimantan.
Karena kekerasannya kayu ini sangat sulit untuk dibentuk. Lalu bagaimana caranya orang Dayak pada masa itu membuat rumah ini? Dengan hanya menggunakan kapak batu, kayu Ulin dibentuk. Itulah mengapa tiang-tiang penyangga rumah ini tidak rata. Sebuah cara yang memang sesuai dengan perkembangan kebudayaan suku Dayak masa itu. Hal ini sekali lagi menimbulkan kekaguman pada diri saya kepada mereka. Masih banyak hal mengagumkan lain dari rumah paling tua di Pontianak ini, rekan saya akan menuliskan untuk memuaskan rasa penasaran anda semua. Selamat menikmati












































Komentar Terbanyak
Koster: Wisatawan Domestik ke Bali Turun gegara Penerbangan Sedikit
Ditonjok Preman Pantai Santolo, Emak-emak di Garut Babak Belur
Awal Mula PB XIV Purbaya Gabung Ormas GRIB Jaya dan Jadi Pembina