Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air. Siapa yang tak kenal keindahannya? Hamparan pasir putih memeluk laut biru kehijauan, serta langit biru membumbung tinggi membingkai pesona keindahannya. Untuk mencapai Gili Trawangan, wisatawan menyebrang dengan kapal motor dengan tarif Rp. 10.000 dari Pelabuhan Bangsal, perjalanan hanya memakan waktu 15-30 menit tergantung cuaca laut saat itu. Pelabuhan Bangsal terletak sekitar satu jam perjalanan dari Pantai Senggigi. Ketika saya menyebrang, satu kapal terdapat sekitar 20 hingga 30 orang. Hanya kami dan awak kapal yang merupakan orang Indonesia. Selebihnya wisatawan asing dari berbagai penjuru dunia. Gaung keindahan Gili Lombok telah mendunia.
Pak Marjan sudah tinggal di Gili Trawangan sejak tahun 1991. Saya menanyakan perubahan di Gili Trawangan sejak beliau pertama datang. "Padat. Setahun sekali perubahannya banyak sekali. Jumlah penginapan dan cafe-cafe semakin banyak. Sudah semakin gaya Eropa" Jelas beliau. Menurut beliau wisatawan yang banyak berkunjung memang wisatawan mancanegara sehingga pemilik penginapan dan cafe di Gili Trawangan hanya menyesuaikan dengan pasar. Wisatawan lokal hanya berkunjung satu sore dan tidak menginap. "Tapi kalau liburan sekolah, Juli dan Desember, banyak turis lokal yang menginap." Beliau menambahkan.
Pemilik bisnis di Gili Trawangan kebanyakan merupakan orang luar, baik luar Lombok maupun luar Indonesia. "Yang punya bule juga atas nama punya kita, jadi kita cuma punya atas nama saja. Padahal kita yang bodoh, mau aja digituin." Tuturnya. "Gili Trawangan ini kaya, uang datang dari mana-mana, tapi kemudian pergi juga dibawa yang punya. Alangkah baiknya jika kita sendiri yang punya" Beliau menceritakan harapannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air menyimpan berjuta pesona alam, di atas maupun di bawah permukaan laut. Tetapi kenapa banyak masyarakat kita yang lebih berbangga ketika berlibur di luar negri ketimbang mengembangkan potensi wisata Indonesia? Sampai hatikah kita bila Gili Trawangan dijuluki Kampung Bule, bahkan kita yang menjadi tamu di Negri sendiri? (HRA)
Komentar Terbanyak
Bus Pun Tak Lagi Memutar Musik di Perjalanan
Ogah Bayar Royalti Musik, PO Bus Larang Kru Putar Lagu di Jalan
Hotel di Mataram Kaget Disurati LMKN, Ditagih Royalti Musik dari TV di Kamar