Terletak di sebelah barat daya Gunung Agung, berdiri kokoh kompleks pura terbesar di pulau Dewata, Bali. Di atas ketinggian 1000 meter dari permukaan laut, kompleks pura ini terdiri dari 1 pura pusat bernama Pura Penataran Agung Besakih, dan 18 pura lainnya, termasuk di dalamnya pura tertua di Bali yang menjadi cikal bakal berdirinya agama Hindu di Bali yang bernama Pura Basukian Puseh Jagat.
Di sini lah jutaan umat Hindu Bali melaksanakan upacara keagamaan di hari rayanya. Ketika hari itu tiba, pelataran kompleks pura ini dipenuhi pengikut umat Hindu berpakaian putih-putih dari pagi hingga malam. Dipercaya pura ini merupakan gerbang menuju surga melalui Gunung Agung yang dikeramatkan umat Hindu.
Untuk menuju pura ini dari Denpasar diperlukan perjalanan sekitar 1,5 menuju Desa Besakih, Karangasem, Bali. Biaya masuk ke sini, dikenai Rp 10.000,-/orang dan Rp 5.000,-/kendaraan. Sampai batas tertentu, kendaraan tidak boleh lewat. Kita diharuskan untuk jalan kaki sepanjang 1 KM menuju kompleks pura. Di sana juga disediakan jasa guide yang biayanya bisa dinegosiasikan dengan guide-nya itu sendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sesampainya di atas, terlihat kemegahan hasil karya umat manusia ini bersanding di depan kemegahan hasil karya Tuhan, Gunung Agung. Luas kompleks pura ini kurang lebih 2 KM, memang diperlukan usaha lebih jika menginginkan untuk melihat keseluruhan pura yang ada di sini.
Pura paling depan merupakan pura tertua yaitu Pura Basukian Puseh Jagat ini didirikan oleh Rsi Markendya pada abad ke-8. Di sinilah ia pertama kalinya menerima wahyu dari Sang Kuasa yang kemudian menjadi cikal bakal ajaran Hindu.
Di belakang pura itu terdapat pusat dari segala pura dan pura terbesar di Bali, yaitu Pura Penataran Agung Besakih. Di situ pula terdapat tangga tertinggi untuk menuju pura tersebut. Di dalam Pura Penataran Agung Besakih terdapat arca yang melambangkan Tuhan umat Hindu, Trimurti. Brahma Sang Pencipta yang dilambangkan dengan warna hitam, Siwa Sang Pelebur yang dilambangkan dengan warna putih-kuning, dan Wisnu Sang Pemelihara dilambangkan dengan warna merah. Selebihnya, terdapat pura-pura kecil yang mewakilkan masing-masing kasta.
Peninggalan sejarah yang hingga kini masih terus dilestarikan dan dipergunakan fungsinya untuk kepentingan umat Hindu di Bali, telah menjadi salah satu objek wisata paling banyak dituju di pulau Dewata. Kemegahan namanya telah bergaung hingga ke mancanegara, sebuah kebanggaan yang bukan hanya milik warga Bali tapi milik kita semua (9/10/10).
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol