Menemui Ksatria Mabel

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ayos Purwoaji|22953|PAPUA 2|28

Menemui Ksatria Mabel

Redaksi Detik Travel - detikTravel
Senin, 04 Apr 2011 11:05 WIB
loading...
Redaksi Detik Travel
Raut muka Mabel yang selalu berteriak, menularkan semangat kepada generasi muda di Kurulu.
Kepala Suku Dani di Kampung Jiwika, menaruh Mabel pada singgasana kayunya.
Menemui Ksatria Mabel
Menemui Ksatria Mabel
Jakarta -

Syahdan, Wim Motok Mabel adalah seorang pemimpin yang disegani. Ditengah carut marut dunia yang hanya memberlakukan hukum rimba, ia bisa memimpin kampungnya menghadapi ancaman yang datang dari kelompok keluarga lainnya. Sebagai seorang pemimpin kelompok suku, Mabel menjaga batas-batas wilayah berupa gunung dan perbukitan, ia juga memberikan rasa aman kepada setiap kepala yang berada di bawah lindungan kekuasaannya.

Nama yang dimilikinya sendiri sangat gagah, Wim sendiri berarti perang, sedangkan motok berarti lurus. Mabel adalah nama keluarganya.

Dengan tubuhnya yang perkasa, tidak susah bagi Mabel untuk memenangkan setiap pertempuran. Berbekal panah kayu dan kapak batu, ia memimpin klannya untuk mempertahankan harga diri. Β 

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mabel pun menjadi pahlawan yang patut dikenang, ia adalah salah satu pemimpin besar yang selalu diceritakan ulang dalam histori turun-temurun Suku Dani di Kurulu. Mabel menjadi legenda yang patut dijaga untuk tetap menanamkan rasa berani di kalangan generasi muda Suku Dani di Kurulu.

Karena memang sudah dijadwalkan, akhirnya saya dan Mas Sukma, beserta guide kami, Bang Herman, menemui Mabel si ksatria masa lalu yang hari ini sudah menjadi mumi. Ini adalah salah satu mumi yang bisa ditemukan di Lembah Baliem, tidak semua bisa dikunjungi oleh turis karena memang beberapa mumi bersifat sakral.

Saat kami datang, Kepala Kampung Jiwika menyambut kami. Setelah Bang Herman mengutarakan maksud kami ingin melihat mumi Mabel, maka Sang Kepala pun masuk ke dalam pilamo (honai laki-laki) untuk membawa mayat berusia lebih dari 300 tahun ini keluar.

Saya melihatnya sebagai sebuah onggokan tulang dan daging yang menekuk menghitam. Sangat berbeda dengan mumi Firaun yang dibebat perban atau mumi Bangsa Inca yang berpakaian lengkap. Mabel hanya mengenakan sebuah koteka –yang juga sama-sama ikut memfosil- dan sebuah pelindung dada. Di atas kepalanya juga terpasang topi dari lilitan rotan.

Setiap tahun penduduk Kampung Jiwika selalu membuat upacara untuk memperingati kisah hidup Mabel,”Mereka lalu melilitkan sebuah kalung kulit kayu pada lehernya, jadi untuk mengetahui umur mumi Mabel, tinggal hitung saja kalung yang melingkar di lehernya,” kata Bang Herman.

Saya tidak takut melihat mumi Mabel yang memiliki mimic wajah yang selalu berteriak garang itu. Saya justru merasakan aura keberanian dari Mabel, semangatnya memang meretas waktu. Saya pun mulai merekonstruksi sebuah sosok ksatria dari tulang-belulang dengan jejalin otot yang menempel seperti aspal itu.

Menurut Bang Herman, penduduk Kurulu melakukan mumifikasi dengan cara yang sangat tradisional, pengasapan.

Jadi setelah Mabel meninggal, tetua desa mengutus sepasang suami istri untuk membangun honai di tengah hutan yang jauh dari pemukiman. Pasangan ini musti disucikan terlebih dahulu, karena memang proses mumifikasi ini adalah sebuah ritual yang sangat sakral. β€œPasangan ini tidak boleh melakukan dosa selama membuat mumi, itu syarat penting yang setia dijaga,” jelas Bang Herman.

Selanjutnya mayat Mabel di taruh di atas perapian untuk diasapi. Proses ini memakan waktu sekitar 200 hari, dilakukan terus menerus tanpa henti. Maka kulit dan otot pun menjadi lumer, seperti aspal panas yang akhirnya melekat pada struktur belulang. Menjadi lem keras yang tidak kasat waktu.

Sebelum diasapi, seluruh jerohan Mabel dikeluarkan terlebih dahulu. Karena ini adalah bagian yang paling cepat membusuk.

Setelah puas bertemu dengan Mabel, guide kami, Bang Herman pun mengeluarkan uang Rp 80.000,- sebagai ongkos pengganti untuk melihat show tunggal dari sang ksatria yang diam selama ratusan tahun.

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads