Stelah 3 jam perjalan dari kota Soe, akhirnya kita sampai juga di Desa Boti. Sesampainya di Desa Boti, kita harus menemui sang Raja dahulu, biasa di panggil dengan Papa Raja, melaui proses adat penerimaan. Dengan pemandu kita Bapak Mesakh Toy yang bantu kita untuk melakukan adat penerimaan secara tradisional. Prosesnya, kita sudah menyiapkan ‘pinang sirih’ masing masing 2 dengan sejumlah mata uang yang jumlahnya harus genap yang merupakan suatu kehormatan. Dengan bahasa Dawan sebagai bahasa sehari hari yang digunakan Suku Boti, Bapak Mesakh dengan Bapa Raja berkomunikasi, menerangkan tujuan kedatangan kita. Bapa Raja mengambil sirih pinang dan sejumlah mata uang yang kita berikan, dengan diambilnya pinang siri tersebut, tanda diterimanya kita di Desa Boti.
Warga suku Boti menggunakan Bahasa dawan, sebagai bahasa sehari hari untuk berkomunikasi. Bahasa Dawan adalahsalah satu rumpun bahasa yang berasal dari dataran Timur. Salah satu ciri khas mereka adalah, pria memiliki rambut panjang dan menggunakan sarung yang disebut dengan ‘Mau’ dan wanita menggunakan kain yang disebut dengan ‘Tias’.
Suku Boti merupakan suatu komunitas suku yang terpencil tetapi mereka mempunyai kepercayaan yang masih dipertahankan sampai saat ini yaitu kepercayaan Uis Neno (Uis=Raja, Neno=matahari) disebut juga dengan Pengusaha Ditas dan Uis Pa (Uis=Raja, Pa=bumi) yang artinya penguasa alam semesta. Bisa dikatakan bahwa Suku Boti tidak memiliki kepercayaan pada suatu Agama, tetapi mereka tetap percaya adanya Tuhan. Mereka melakukan ibadah setiap hari ke 9.
Walaupun wajahnya terlihat keras wataknya, tetapi mereka adalah suku yang sangat ramah. Terlihat dari cara mereka menerima dan memperlakukan kita dengan hormat dan sangat ramah. Kita selalu di jemput kusus di penginapan untuk kita makan, mereka tidak akan pergi sebelun kita mengikuti mereka ke rumah Papa Raja, kita selalu makan di rumah tersebut. Mereka tidak akan makan dengan kita, jadi kita makan di depan Papa Raja dan masyarakat Suku Boti yang hanya duduk saja, pertama sedikit aneh dan tida enak, tapi karena memang suatu tradisi mereka, akhirnya terbiasa juga.
Kita disediakan sebuah rumah yang jumlah kamarnya ada empat. Tempat yang sangat unik, exotic dan sangat beda dengan suasana kota. walaupun tidak ada lampu, tapi kita sangat menikmati sekali suasana Desa Boti. Malam hanya terdengar dengan suara toke dan pagi kita akan mendengarkan burung berkicau dengan alunan nada yang sangat indah.
Warga Boti pagi pagi sudah sibuk kerja, baik anak2, perempuan dan laki laki. Karna mereka punya prinsip yaitu mereka tidak akan hidup jika mereka tidak kerja keras. Pekerjaan mereka adalah bertani, berladang dan berternak. Kerajinan Boti bagi para lelaki adalah membuat ukir ukiran dari bamboo dan tempurung dari kelapa. Dan bagi perempuan adalah membuat kain tenun.
Untuk mengambil air, warga Boti akan pergi mengambil di sumber air yang letaknya 1 kilometer, itupun dilalui dengan perjalanan yang cukup menantang, mungkin bagi kita yang belum terbiasa sangat berat. Tapi bagi warga Boti sudah suatu hal yang mereka biasa lakukan setap hari. Baik anak2 pun akan membantu mengambil air yang ditaruh di dalam bamboo dengan ukuran yang beda. Para pria dewasa suku Boti memiliki konde dan selalu membawa ‘saku’ atau disebut juga dengan kantung kecil, kemana mana mereka pergi saku yang isinya sirih, pinang dan kapur akan selalu dibawa.
Suku Boti akan mempersembahkan suatu tarian tradisional kepada para tamu yang datang berkunjung. Swo Ma Eka atau tarian perang yang ditunjukan untuk memberi semangat ke pemuda pemuda Boti yang akan pergi berperang. Tarian ini sangat unik dimana penarinya lebih banyak laki2. Diiringi oleh alunan musik tradisional dengan tufu atau gendang, laban ute atau gamelan yang dimainkan oleh para Ibu Ibu.
Setelah 3 hari berada di Desa Boti, waktunya kita melanjutkan perjalanan kita. Tak akan pernah terlupakan pengalamanku di Desa ini. Saatnya kita berpisah dan tentunya perpisahaan melalui proses adat. Yang disebut dengan Natoni, pemberitahuan secara adat bahwa kita akan pulang, symbolnya berupa tempat sirih disii 2 pinang n sirih dan dunasi yang kita berikan. Pemandu kita akan mengutarakan pantun yang isinya, sebagai pemandu wisata yang mebawa kita yang hati di boti dan kita akan pulang dan pastinya kita akan mempromosikan Desa Boti.
Kita mohon doa restu supaya perjalanan lancar dan sewaktu waktu kita pasti akan datang dan bertemu kembali. Papa Raja membalas dengan menerima pinang sirih dan akan memberikan kita se3lendang dimana selendang Mau Ana uyan akan dikalungkan dan diserahkan oleh saudara dari Papa Raja. Pesan Papa Raja kita adalah sudah bagian dari Desa Boti dan merestui kepergian dan menyakinkan kita selama dalam perjalan akan selalu lancar. Amin.
Bener bener pengalaman yang sangat berharga dan tidak akan pernah terlupakan.
Komentar Terbanyak
Study Tour Dilarang, Bus Pariwisata Tak Ada yang Sewa, Karyawan Merana
Penumpang Pria yang Bawa Koper saat Evakuasi Pesawat Dirujak Netizen
Suhu Bromo Kian Menggigit di Puncak Kemarau