Di Pulau Sumba kita masih dengan mudah menemukan desa - desa adat tradisional. Para penduduk desa itu hidup dalam satu wilayah yang terdiri dari beberapa rumah kayu yang beratapkan alang - alang. Menjadi petani dan peternak adalah mata pencaharian utama mereka. Hidup dengan kesederhanaan dan menjaga tradisi masih dipegang teguh oleh penduduk desa tersebut. Salah satu tradisi yang masih erat dengan mereka hingga kini adalah dibidang masalah keyakinan reliji. Kepercayaan reliji mereka biasa disebut dengan Marapu.
Sebuah kepercayaan yang dianut oleh nenek moyang mereka dan masih terjaga dengan baik hingga sekarang. Marapu adalah sebuah kepercayaan terhadap arwah leluhur mereka yang telah meninggal. Mereka percaya bahwa arwah para leluhur dapat membantu dalam hal keselamatan dan ketentraman dalam kehidupan di dunia, karena sudah berada di dunia lain dan dekat dengan kekuasaan Yang Tertinggi. Penguasa tertinggi itu disebut dengan Wolu Tou Raibada. Atau dalam arti harfiah adalah: yang menciptakan manusia dan selain manusia. Menurut bapak Amaniga selaku kepala desa adat Tarung Waitabar Waikabubak, ketika kami berkunjung ke sana (21/10/2010), " Sang Kuasa disimbolkan dengan dua hal, Anakanisakedu dan Anakanisawawi, yang berarti matahari dan bulan.
Keyakinan Marapu berinti pada terjaganya keseimbangan tata kehidupan alam semesta. Dengan adanya keseimbangan alam, maka dipercaya mendatangkan keselamatan, dan keselamatan sendiri akan mendatangkan kebahagiaan. Upacara - upacara adat dilakukan untuk menjaga keseimbangan tersebut, agar terjalin hubungan yang baik antara yang masih hidup dengan yang sudah meninggal dan tentunya dengan Sang Pencipta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kehidupan beragama di Indonesia, negara mengakui 6 agama yang resmi diakui. Marapu sendiri tergolong sebagai keyakinan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Meskipun masyarakat adat Sumba sendiri sudah banyak yang menganut agama resmi versi pemerintah, mereka masih tetap memegang teguh keyakinan Marapu. Hal ini nampak apabila ada upacara adat yang dilangsungkan, mereka tetap memberikan persembahan kepada arwah leluhur. Toleransi beragama tetap terjaga dalam satu kampung, walaupun ada yang sudah beragama versi pemerintah dengan yang masih menganut Marapu tulen. Mereka tetap saling bantu membantu satu sama lain. Sebuah contoh kecil kehidupan masyarakat adat Sumba yang mencerminkan Bhineka Tunggal Ika.












































Komentar Terbanyak
Koster: Wisatawan Domestik ke Bali Turun gegara Penerbangan Sedikit
Awal Mula PB XIV Purbaya Gabung Ormas GRIB Jaya dan Jadi Pembina
Koster Akui Jumlah Wisatawan Domestik ke Bali Turun di Libur Nataru