Jakarta - Adat yang masih kental memang menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Tanimbar, memasuki setiap sendi-sendi kehidupan. Adat di kepulauan Tanimbar dinamakan duan-lolat. Atau dalam arti harfiah, dapat dipahami sebagai hubungan antara tuan (duan) dan hambanya (lolat).
Adat duan-lolat ini mengatur hubungan sosial dan menjelaskan aturan dalam betingkah laku dalam kehudupan sehari-hari dari menyelesaikan masalah, pembagian harta warisan, sampai megatasi kejahatan. Dalam duan-lolat, setiap orang yang mewakili sisi perempuan dalam hubungan perkawinan atau hubungan keturunan, maka akan menjadi duan atau tuan terhadap orang yang mewakili sisi laki-laki. Misalnya seorang adik dari kakak perempuan yang menikahi seorang pria,maka akan menjadi tuan terhadap suami kakak dan seluruh keluarga suami kakaknya tersebut.
Kewajiban setiap duan terhadap lolat adalah untuk melindungi dan mengayomi. Namun di saat yang bersamaan, lolat harus mengormati dan menuruti aturan atau permintaan duannya. Hal ini membuat posisi perempuan di dalam masyarakat Tanimbar berada di posisi yang tinggi sebagai simbol pemberi hehidupan. Jadi, dalam adat masyarakat Tanimbar, siapapun akan bersyukur apabila memiliki anak perempuan.
Tak hanya adat saja yang kental di tangah-tengah masyarkat Tanimbar, kepercayaan yang mereka anutpun sangat terasa dan bisa kita lihat dari bangunan – bangunan peninggalannya. Masyarakat Tanimbar mayoritas memeluk agama Khatolik. Setiap mantra yang diucap dalam upacara atau ritual adat selalu diakhiri dengan doa agama Katholik. Di bukit tertinggi di saumlaki, dimana kita dapat melihat hampir seluruh pulau Yamdena, terdapat goa maria dan patung Kristus Raja. Biasanya masyarakat melakukan prosesi setiap hari-hari besar keagamaan di tempat ini.
Kepulauan Tanimbar, yang merupakan salah satu kepulauan terluar Indonesia, menyimpan banyak adat istiadat dan peninggalan budaya yang sangat tinggi nilainya. Daerah ini membutuhkan perhatian lebih agar kekayaan yang ada di dalamnya dapat digunakan bagi kesejahteraan masyarakatnya. Tidak bisa dipungkiri, akses yang terbatas dan jarak yang jauh dari pusat pemerintahan menjadi hambatan bagi negeri duan-lolat ini untuk memaksimalkan potensinya.
Nicholas Saputra|59558|MALUKU|53
Kentalnya Adat dan Kepercayaan Masyarakat Kep. Tanimbar
Rabu, 04 Mei 2011 10:53 WIB

Redaksi Detik Travel
Komentar Terbanyak
Layangan di Bandara Soetta, Pesawat Terpaksa Muter-muter sampai Divert!
Wapres Gibran di Bali Bicara soal Pariwisata, Keliling Pasar Tradisional
Bandara Kertajati Sepi, Waktu Tempuh 1,5 Jam dari Bandung Jadi Biang Kerok?