Jakarta - Di hari kedua petualangan kami, 19 Oktober 2010, Namlea di Pulau Buru merupakan tujuan yang sebenarnya. Namun, "Bahari Express Boat" yang biasanya memiliki jadwal pelayaran dari Ambon ke Namlea, ternyata hari itu mengubah rutenya. Kami telah mencoba menghubungi Nusantara Buana Air untuk mengetahui jadwal terbang dari Ambon ke Namlea namun jadwalnya adalah setiap Kamis dengan tarif Rp 280.000,00 sekali terbang. Akhirnya kami memutuskan untuk menyebrang ke Namlea dengan menggunakan kapal ferry "Temi" dengan jadwal keberangkatan Pukul 20.00 WIT dengan tarif Rp 72.000,00 per orang termasuk tempat tidur dan jika ingin tidur di kamar, dapat menmbah tarif sebesar Rp 300.000,00 per kamar.
Setelah mendapatkan tiket kapal ferry tersebut, kami mengisi waktu sekitar 10 jam sebelum pelayaran dengan berkeliling Kota Ambon. Adapun tujuan pertama kami hari itu adalah Monumen Pahlawan Nasional Martha Christina Tijahahu yang letaknya di perbukitan dengan menggunakan ojeg motor dengan biaya Rp 5.000,00/ojeg. Perjalanan ke monumen tersebut memakan waktu sekitar 10 menit dari pelabuhan Galala dengan kondisi jalan yang baik namun sangat pas-pasan untuk dua mobil serta menanjak dan banyak tikungan. Kondisi tersebut tidak sebanding dengan rasa hormat kami yang sangat berniat untuk menengok dan mengenang keheroikan seorang pahlawan nasional wanita yang jumlahnya tidak banyak.
Sesampainya di sana, kami sangat terkejut ketika mendapati gerbang masuk monumen tersebut tertutup rapat dan terkunci. Namun hanya selang beberapa menit, terdapat dua wanita yang membawa kunci gerbang tersebut lalu mempersilahkan kami masuk. Beberapa meter dari gerbang, terdapat taman kecil yang sangat asri dan terawat di mana patung Martha Christina Tijahahu berdiri kokoh di bagian puncak taman. Patung tersebut menghadap ke arah Kota Ambon dan pelabuhan seakan bersiaga untuk menjaganya. Kami menyempatkan diri memberikan penghormatan untuk mengenang jasa-jasa beliau yang sangat tidak ternilai oleh apapun sekaligus menikmati pemandangan Kota Ambon dan pelabuhannya dari atas bukit yang luar biasa indahnya. Namun begitu, satu hal yang masih membuat kami mengereyitkan dahi adalah tidak adanya orang-orang lain yang berkunjung selain kami dan seperti kami singgung sebelumnya, gerbang monumen tersebut bahkan ditutup rapat.
Nico Wijaya|10980|MALUKU 1|31
Menengok Monumen Pahlawan Nasional Martha Christina Tijahahu yang Terlupakan
Jumat, 06 Mei 2011 11:00 WIB

Nico Wijaya
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol