Menengok Kepadatan Pulau Panggang

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Citra Rahman|5419|JAKARTA & KEP. SERIBU|45

Menengok Kepadatan Pulau Panggang

Redaksi Detik Travel - detikTravel
Kamis, 12 Mei 2011 11:10 WIB
loading...
Redaksi Detik Travel
Pulang Panggang
Anak-anak yang sedang bermain di salah satu gang di Pulau Panggang
Menengok Kepadatan Pulau Panggang
Menengok Kepadatan Pulau Panggang
Jakarta -

Hari ini (9/10) adalah hari terakhir kami menjelajah Kepulauan Seribu. Dari Pulau Kotok, kami dijemput sama boat sewaan yang akan membawa kami ke beberapa pulau lagi sebelum akhirnya berlayar menuju Muara Angke. Kembali ke Jakarta.

Pulau pertama yang kami singgahi adalah Pulau Karya. Pulau ini difungsikan sebagai rumah dinas Pemkab Kepulauan Seribu dan kantor Polres dan Koramil. Di sini semua bangunannya tertata dengan rapi dan suasana pulaunya lebih asri dibandingkan dengan dua pulau tetangganya, Pulau Pramuka dan Pulau Panggang. Tempat pemakaman umum untuk ketiga pulau ini juga dipusatkan di pulau Karya. Saya membayangkan jika setiap ada yang meninggal di pulau tetangga harus dibawa ke pulau ini untuk dikuburkan dengan menggunakan boat. Aduh, lama sekali ya prosesnya?

Setelah berkeliling, kami kembali ke boat dan menyebrang ke Pulau Panggang yang hanya ditempuh kurang dari lima menit. Selain di Pulau Tidung, Pulau Panggang juga memproduksi dodol rumput laut dan manisan rumput laut. Sudah pasti mereka juga memiliki kebun rumput laut di pantainya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sesuai dengan namanya, suhu udara di Pulau Panggang benar-benar panas memanggang. Padatnya pemukiman penduduk dan kurangnya pohon yang tumbuh di sana. Yip-yip, anak buah boat yang kammi tumpangi berasal dari Kelurahan Panggang ini. Katanya, rata-rata setiap rumah di Pulau Panggang dihuni oleh paling banyak lima kepala keluarga. Saking padatnya sehingga tidak ada tanah kosong lagi untuk membangun rumah. Atau penduduk di sini tidak ada yang merantau dan terus mendiami daerah ini hingga kawasan ini menjadi sangat padat penduduk.

Saya dan Yip-yip keluar masuk gang yang dipagari rumah yang saling dempet dan anak-anak yang bermain di pinggir gang yang sudah sempit. Kami mencari rumah yang menjual dodol dan manisan rumput laut. Selama menuju rumah si penjual, saya melihat penjual rujak dan gorengan berlalu-lalang menjajakan makanannya. Ada banyak sekali kios yang menjual sosis panggang di sini.

Melihat kondisi rumah-rumah di pulau ini, saya menjadi miris. Banyak sekali rumah yang sudah reot dan kotor. Entah bagaimana dengan kondisi kesehatan mereka yang tinggal di daerah ini. Perekonomian keluarga yang sulit dan pengobatan yang masih belum gratis.

Kami menemukan rumah yang memproduksi dan menjual makanan khas Kepulauan Seribu ini. Dodol dan manisan yang terbuat dari rumput laut. Perbungkusnya dijual seharga Rp. 5.000,- Sayangnya mereka sedang tidak memproduksi makanan ini dengan jumlah yang banyak karena cuaca yang kurang mendukung. Untuk membuat dodol, mereka perlu terik matahari untuk menjemur rumput laut dan dodol yang sudah dimasak.

Selanjutnya kami bertolak ke Pulau Burung. Pulau yang menjadi habitat dari berbagai jenis burung air.

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads