Desa Lamalera yang terletak di bagian selatan Pulau Lembata, memiliki kondisi geografis perbukitan yang gersang. Desa nelayan ini diapit oleh 2 tanjung disisi kiri dan kanan, tanjung Volovutu dan tanjung Nubivutum. Kondisi perbukitan yang kering dan gersang, menjadikan penduduk desa ini sulit untuk melakukan pekerjaan bercocok tanam. Hanya sesekali dijumpai pepohonan jambu dan buah-buahan lain yang rimbun apabila musimnya. Seperti yang saya lihat saat berkunjung kesana.
Dengan keadaan yang seperti itu, pekerjaan bercocok tanam bukanlah pilihan yang tepat, atau bisa dikatakan tidak mungkin dilakukan. Bisa dilakukan apabila mereka tinggal di gunung, dengan tanah gembur yang subur, dengan curah hujan yang merata tiap tahunnya.Β Keadaan geografis tidak bisa mereka tolak, pekerjaan orang - orang Lamalera hanyalah sebagai nelayan, karena itu adalah pilihan satu - satunya. Itu yang bisa dilakukan, karena laut di depan mata mereka.
Profesi sebagai nelayan memiliki basis produksinya adalah laut dan alat produksinya adalah perahu (bukan kapal). Perahu dijadikan sebagai barang berharga di tempat ini, sebagai alat produksi untuk mencari makan. Sama seperti profesi - profesi yang lain, membutuhkan alat produksi untuk memudahkan pekerjaan. Dengan himpitan ekonomi karena keadaan geografis, hal ini tidak bisa menjadikan mereka kaya secara sisi ekonomi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Baleo - baleo", itu yang diucapkan oleh penduduk Lamalera apabila telah melihat ikan paus dari jauh. Bersegeralah mereka bersama - sama menarik peledang menuju ke laut. Perahu tradisional itu dipenuhi dengan anak buah perahu berjumlah sekitar 20 orangan. Mendayung perahu hingga ketengah laut, mencapai titik dimana paus berada. Seorang yang disebut lamafa, orang yang memiliki tugas untuk menombak paus akan bertanya kepada seluruh anak buah perahu, "apakah kita bisa tangkap ini ikan?". Apabila seluruh anak buah kapal mengatakan tidak, maka lamafa tidak akan menombaknya, dan mereka akan kembali ke pantai. Dan apabila seluruh anak buah kapal mengatakan setuju bahwa kita bisa menangkap ikan ini, maka lamafa akan segera menombaknya. Tombak akan diluncurkan dengan oleh lamafa dengan meloncat sambil melengkukkan badan secepat misil yang diluncurkan dari kapal perang. Tombak sudah dipersiapkan dengan adanya tali tersambung yang dipegang oleh para anak buah perahu.
Ketika sang paus sudah kelihatan tidak berdaya, maka mereka akan menariknya ke bibir pantai. Ikan paus itu mulai dipotong potong sesuai dengan aturan yang ada di desa Lamalera sejak jaman dulu oleh tetua. Adapun pembagian itu memiliki beberapa istilah yaitu :
- Laba ketilo alep, bagian untuk orang yang merawat perahu.
- Mima, bagian untuk anggota keluarga pemilik perahu yang bertugas ganda saat proses pembuatan perahu.
- Tenarap dan Kila, bagian untuk keluarga anggota suku pemilik perahu yang memiliki tugas khusus.
- Kefaka Seba, bagian untuk keluarga anggota suku yang membantu dalam pengadaan papan dan kayu untuk pembuatan kapal.
- Laja, bagian untuk yang membantu dalam pengadaan layar perahu.
- Nupa, bagian untuk yang menempa tombak untuk menangkap paus.
- Puo, bagian untuk keluarga pemilik perahu.
- Nofek, bagian untuk lama fa.
- Kelik, bagian untuk rumah adat dan bagian untuk ibu kandung lama fa.
- Beladda, bagian khusus untuk awak perahu yang bertugas khusus dalam proses penangkapan.
- Leffo, bagian untuk para penduduk yang sering membantu menaikkan perahu dari bibir pantai menuju rumah perahu.
- Tana Alep, bagian untuk tuan tanah.
Seorang anak buah perahu bisa mendapatkan 2 jatah pembagian, jatah sebagai pembantu modal dalam pembuatan perahu dan jatah sebagai anak buah perahu. Begitulah sebuah bentuk usaha bersama yang dilakukan oleh orang - orang Lamalera. Bahwa, sifat gotong - royong dalam membantu satu sama lain tidak bisa dihilangkan begitu saja dalam dunia yang sudah modern dan menjadi individualis. Sebuah kearifan yang bisa menjadi contoh untuk orang - orang yang merasa modern.
Komentar Terbanyak
Ogah Bayar Royalti Musik, PO Bus Larang Kru Putar Lagu di Jalan
Bisa-bisanya Anggota DPR Usulkan Gerbong Rokok di Kereta
Takut Bayar Royalti, PO Haryanto Ikut Larang Kru Putar Lagu di Bus