Marathon Keliling Jakarta Barat

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Citra Rahman|5419|JAKARTA & KEP. SERIBU|45

Marathon Keliling Jakarta Barat

Redaksi Detik Travel - detikTravel
Kamis, 09 Des 2010 08:51 WIB
loading...
Redaksi Detik Travel
Salah satu gedung di Kuta Tua
Jakarta dari Puncak Monas
Marathon Keliling Jakarta Barat
Marathon Keliling Jakarta Barat
Jakarta -

Jelajah Jakarta kali ini kami mulai dari pinggiran Jakarta, Muara Angke. Pelan-pelan kami menjelajahi kota ini dari yang paling bau sampai ke yang paling macet!
Hari pertama ini (11/10) kami ke Jembatan Kota Intan, Monumen Nasional, Mesjid Istiqlal dan Gereja Cathedral. Berangkat dari hotel ke Kota Tua dengan berjalan kaki. Polusi udara mulai terasa, membuat batuk saya makin parah. Untung pendamping kami, Jaki sudah menyediakan masker selama di Jakarta.

Kami tiba di Kota Tua pukul 8 pagi. Semua museum masih tutup dan kami memutuskan untuk ke Monas saja. Di Monas, kami terjebak antrian panjang sekali. Dua jam menunggu, akhirnya kami bisa juga naik ke puncak monas berdesakan dengan puluhan orang di dalam lift. Entah mereka berasal dari daerah mana yang pasti wajah, bahasa dan aroma tubuh beda-beda!

Dari puncak Monas, Kota Jakarta terlihat diselimut kabut asap kendaraan. Kalau saja gedung-gedung tinggi itu punya hidung, pasti mereka sedang menutupi hidung. Untung mereka tidak punya kaki. Doh, bisa gawat dong kalau mereka berkaki. Haha..

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yang paling menarik di Monas adalah saya berada di antara puluhan orang yang entah berasal dari daerah mana dan entah yang sudah keberapa kali mereka menyaksikan pemandangan yang sama atau antri berapa lama. Banyak sekali ABG yang rela antri untuk naik ke puncak Monas ini nantinya hanya duduk-duduk saja, ngobrol atau khusyuk dengan handphone.

Menjelang dhuhur, kami turun dari puncak Monas, berdesakkan lagi dengan puluhan orang dengan aroma yang aneh-aneh dan tingkah yang unik-unik. Seorang bapak tua yang menjadi operator liftnya kelihatan sangat bosan dengan rutinitas ini. Kasihan sekali beliau setua itu masih harus bekerja. Tapi ini di Jakarta ya? Kalau tidak bekerja, mau makan apa? Duh, saya harus bersyukur banyak Kakek saya di Aceh tidak perlu lagi bekerja. Loh, malah curhat!

Memasuki areal mesjid, hawa sejuk mulai terasa. Tapi tiba-tiba saya dikejutkan dengan suara bising dari orang-orang yang sedang latihan marching band. Loh? Kok latihannya di mesjid ya? Sudah berisik begitu, mengganggu orang beribadah pula. Tapi ternyata suara bising mereka tidak sampai terdengar hingga ke dalam lantai utama mesjid.
Di dalam mesjid, suasananya jadi lebih adem lagi. Rasanya kepenatan tadi berjalan kaki langsung hilang dan tubuh jadi lebih rileks...dan mengantuk. Karpet empuknya seperti memanggil-manggil. :D

Di seberang jalan dari Mesjid Istiqlal berdiri pula sebuah gereja dengan tiga buah menara salib berwarna putih. Kami diizinkan masuk dan duduk sambil menyaksikan prosesi pernikahan yang sedang berlangsung. Ini pertama kalinya saya memasuki gereja dan kursi-kursi panjangnya membuat saya tambah mengantuk.

Destinasi selanjutnya kami ke Tanjung Priok. Kami kembali ke Kota Tua dan menaiki ojek sepeda ke Museum Bahari. Hanya beberapa ruangan saja yang bisa kami kunjungi karena gedung tua ini sedang direnovasi. Beberapa pajangannya terlihat terabaikan dan berdebu karena kegiatan renovasi.

Perjalanan kami akhiri dengan mengunjungi Rumah Si Pitung di Marunda, Cilincing, Jakarta Utara. Untuk menuju rumah ini harus menempuh perjalanan dengan angkot selama satu jam dengan rute keluar masuk kampung dan jalanan yang buruk. Sampai saya lupa ada janji ketemu dengan kawan-kawan di Stasiun Kota jam 5 sore. Padahal tiba di Cilincing sudah jam lima lewat lima belas menit.

Rumah yang sudah berusia seabad ini masih terlihat kokoh dan diplitur mengkilap. Renovasi telah menutupi usia sebenarnya. Tapi fasilitas di dalam rumahnya masih dengan bentuk perlengkapan sebagaimana yang aslinya. Untuk memasuki bangunan ini dikenakan retribusi dan biaya kebijaksanaan. Artinya sumbangan seikhlasnya.

Hari pertama menjelajah Jakarta kami akhiri dengan menikmati malam minggu di Kota Tua. Menikmati nasi goreng di depan kantor pos bersama kawan-kawan. Penat di badan berangsur menghilang. Kembali ke hotel dan bersiap untuk petualangan esok : menikmati macet dan banjir Jakarta.

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads