Sedikit Catatan dari Pengalaman Melihat Sunset di Big Sur

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

d'Traveler Stories

Sedikit Catatan dari Pengalaman Melihat Sunset di Big Sur

Citra Yuda Nur Fatihah - detikTravel
Rabu, 03 Mar 2021 11:30 WIB
loading...
Citra Yuda Nur Fatihah
Panorama Big Sur yang menghadap Samudera Pasifik di California (Citra Yuda/d'Travelers)
Bixby Bridge
Panorama sunset yang sangat indah
Area parkir yang sangat terbatas
Sunset dengan latar Samudera Pasifik
Sedikit Catatan dari Pengalaman Melihat Sunset di Big Sur
Sedikit Catatan dari Pengalaman Melihat Sunset di Big Sur
Sedikit Catatan dari Pengalaman Melihat Sunset di Big Sur
Sedikit Catatan dari Pengalaman Melihat Sunset di Big Sur
Sedikit Catatan dari Pengalaman Melihat Sunset di Big Sur
Jakarta -

Beruntung sekali rasanya saya dan keluarga dapat berkesempatan langsung menyaksikan tenggelamnya matahari terakhir di tahun 2020, dari salah satu lokasi yang menurut saya paling indah di dunia.

Ya, saya memang salah seorang penikmat birunya lautan, putihnya pasir pantai dan tentu saja indahnya matahari tenggelam. Siapa sih yang tidak terenyuh hatinya ketika menyaksikan matahari tenggelam dari seberang lautan, dengan berkas cahaya jingganya nan ajaib mahakarya sang Maha Kuasa, dan ditambah lagi dilihat langsung dari suatu tempat yang juga luar biasa indahnya? Double combo deh rasanya!

Pada tanggal 31 Desember 2020 sore, saya dan keluarga bertolak ke lokasi Big Sur di California, dengan hanya berbekal aplikasi peta online di handphone untuk menyaksikan matahari terakhir di tahun yang penuh cerita ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saya dan keluarga belum pernah ke Big Sur sebelumnya, tapi kami cukup percaya dan memang hanya berpatokan dengan rute di google map. Karena satu, jaraknya memang tidak terlalu jauh dari kota di mana kami tinggal, Monterey. Sekitar 18 miles atau kurang lebih 30 km.

Waktu yang ditempuh pun tidak terlalu lama, tidak lebih dari 30 menit. Karena memang hanya ada satu jalan utama menuju lokasi tersebut atau yang terkenal dengan nama Highway 1.

ADVERTISEMENT

Highway 1 pada dasarnya adalah jalanan bebas hambatan. Hanya saja sepanjang rutenya terus berdampingan dengan birunya samudera pasifik dan melewati banyak jembatan gantung tinggi, serta tebing-tebing fantastis yang langsung menghadap ke lautan. Jadilah ia salah satu ikon pariwisata di California yang juga wajib dilalui.

Itu mengapa Highway 1 juga mendapatkan julukan sebagai "one of the most scenic highway" di Amerika Serikat. Sepanjang perjalanan saya tidak berhenti mengucap syukur dan memuji kebesaran sang Pencipta, karena memang pemandangan yang disajikan benar-benar luar bisa.

Saya juga membuka lebar-lebar kaca mobil sembari menghirup segarnya dan sejuknya udara pantai California pada saat winter. Ketika sampai di lokasi, hati dan perasaan ini pun kian meleleh. Matahari sore terlihat jelas di seberang lautan dengan cahaya twilight-nya, ditambah suara deburan ombak dari bawah tebing dengan hamparan lautan luas yang tidak terlihat ujungnya. Sungguh luar biasa!

Namun, ada sedikit catatan yang perlu diantisipasi dan diwaspadai apabila berencana mengunjungi Big Sur. Antara lain, tidak ada transportasi publik dari dan menuju lokasi Big Sur.

Yup, dapat dipastikan tidak ada transportasi publik seperti bus kota ataupun kereta api, dari kota manapun di California menuju lokasi Big Sur, atau sebaliknya.

Kalaupun mau merogoh kocek sangat dalam, sepertinya bisa menggunakan taxi. Namun, saya sama sekali tidak pernah melihat taxi di sepanjang jalan.

Jadi, memang harus menggunakan mobil pribadi, atau paling tidak rental mobil sendiri dengan harga yang sangat bervariasi. Tenang saja, banyak penyewaan mobil dengan harga yang sangat terjangkau dan tentu saja mengemudi sendiri pulang pergi.

Kedua, antisipasi tempat parkir yang sangat terbatas di pinggir tebing. Nah, ini salah satu problema utama ketika mengunjungi Big Sur dengan mengendarai mobil. Tempat parkir sangat amat terbatas.

Hanya ada sedikit wilayah yang disediakan untuk parkir di seberang Big Sur, dan itu pun bisa dipastikan akan selalu penuh dengan mobil wisatawan. Belum lagi, lokasi parkirnya yang benar-benar di pinggir jurang dan sangat sempit. Akses dari dan ke tempat parkir hanya cukup untuk satu mobil saja. Jadi, untuk masuk dan keluar mobil harus mengantre dan cukup banyak memakan waktu.

Belum lagi, kita harus ekstra hati-hati ketika memarkirkan mobil. Sehingga jangan terlalu dekat ke wilayah jurang, tetapi juga tidak mengganggu lalu lalang mobil. Sungguh, skill memarkirkan mobil kita sangat ditantang di sini!

Ketiga, Waspadai angin dingin yang berhembus kencang. Siap-siap menerima hembusan angin Samudera Pasifik yang sangat dingin dan menusuk kulit.

Ya, angin yang berhembus di area Big Sur relatif lebih kencang dengan suhu yang jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan area lainnya di lokasi yang sama.

Mungkin karena kita berada di ketinggian ribuan meter di atas tebing dan berhadapan langsung dengan angin lautan yang berhembus bebas tanpa hambatan. Semisalnya di awal perjalanan kita mengecek suhu di wilayah Big Sur relatif bersahabat, jangan sampai terkecoh. Apalagi saat winter, harus tetap membawa jaket atau paling tidak sweater.

Bagi saya orang tropis begini bahkan mungkin akan memakai sarung tangan, syal, dan penutup telinga. Dingin pisan, euy!

Keempat, ramai Wisatawan. Buat wisatawan yang berpergian pada masa pandemi COVID-19 seperti sekarang, harus tetap hati-hati, menjaga jarak, dan tentu saja mematuhi protokol kesehatan.

Hal ini karena area tebing Big Sur yang relatif tidak begitu luas. Sementara wisatawan yang berkunjung sangat ramai, sehingga cukup sulit untuk bisa menjaga jarak minimal 1-2 meter.

Untuk itu, bagi wisatawan yang memang belum percaya diri untuk berpergian saat ini atau bagi mereka yang memiliki komorbid misalnya, jangan terlalu memaksakan untuk mengunjungi tempat wisata, di mana kita tidak terlalu bisa menjaga jarak aman.

Mungkin dapat saya sarankan untuk mengunjungi Big Sur di hari biasa atau workdays, di mana wisatawan yang datang pastinya akan relatif lebih sedikit. Sehingga kita tetap dapat menjaga jarak dan mematuhi protokol kesehatan.

---
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikTravel, Citra Yuda Nur Fatihah. Traveler yang hobi berbagi cerita perjalanan, yuk kirim artikel, foto atau snapshot kepada detikTravel di d'Travelers. Link-nya di sini.

Hide Ads