D'TRAVELERS STORIES
Edisi Mendaki: Pendakian Gunung Pundak
Salah satu cara melepaskan penat di hati dan pikiran adalah mendaki gunung. Ini cerita singkat pendakian Gunung Pundak di Mojokerto.
Langit cerah hari itu seakan memberikan Support System kepada saya dan rombongan yang berjumlah total 5 orang menuju Pendakian pemula di Gunung Pundak yang berada di Dusun Claket, Kec.Pacet, Kabupaten Mojokerto. Dengan sebongkah kebahagiaan dan tekat motor kami bersama rombongan segera melaju dengan santainya.
Perjalanan kami dari kota Sidoarjo menuju Pos Perijinan Tahura kurang lebih 1,5 jam an. Sesampainya di Pos Pendakian, kami segera registrasi dan doa bersama untuk menuju Puncak Gunung Pundak. Kenapa disebut Gunung Pundak? Karena gunung ini berada di Pundak nya Gunung Welirang. Pundak dalam bahasa Jawa = Bahu. Jadi Gunung Pundak berada di bahunya Gunung Welirang.
Perjalanan Menuju Pos 1
Langkahku bersama rombongan terasa ringan, seolah penat yang dirasa hilang semuanya. Pendakian kami ditemani oleh suara-suara khas yang berada dari dalam hutan tersebut. Suara bersahutan seperti jangkrik namun bukan. Seperti suara burung tapi juga bukan, suara itu berasal dari hewan yang bernama Tonggeret.
Pemandangan asri dan menyegarkan ini memanjakan mata kami dan memberikan pesan di hati saya bahwa alam tak hanya sekedar obat yang mampu menghilangkan setiap kesedihan atas luka hati, namun ia juga mampu memberikan kesejukan sepanjang masa. Kesedihan yang terasa pun langsung berubah menjadi kedamaian di dalam jiwa yang menjelma wujud sebagai suatu keindahan yang tak bisa diungkapkan dengan kata.
Jalur yang kami lewati masih sangat landai, berupa jalan setapak dengan pohon besar disamping kanan dan kiri. Memerlukan waktu kurang lebih 30 menit untuk sampai di Pos 1. Sebelum istirahat di Pos 1, kami memutuskan untuk mengambil air di sumber terlebih dahulu lalu istirahat sebentar di Pos 1.
Perjalanan Menuju Pos 2
Hari sudah sore langit yang cerah seakan ingin berpamitan dan berganti dengan gelapnya malam. Saya dan rombongan masing-masing memasang Headlamp, angin yang berhembus seakan menusuk tulang serta memory indah yang pernah ada. Kami tetap berjalan tanpa peduli terpaan angin di dalam hutan ini yang merapuhkan.
Tanpa risau pada hembusan angin yang mematahkan, pikiranku menjadi satu dengan keyakinan hati bahwa akan selalu ada harapan yang suatu hari akan menjadi nyata. Pendakian via Tahura ini mudah, karena kami hanya mengikuti arah pipa air yang dapat menuntun kita hingga ke puncak serta terdapat papan arah jalan yang terpasang sehingga memudahkan kita untuk mendaki sampai puncak.
Sebelum sampai di Pos 2, kami mengambil aer di sumber untuk persediaan minum dan masak. Kami berhenti sebentar untuk istirahat. Baju yang saya pakai basah karena keringat yang bercucuran. Dan hembusan angin membuat saya merasa kedinginan kalau tidak segera melanjutkan perjalanan. Dengan alunan musik yang menemani perjalanan, kami segera berangkat melanjutkan pendakian menuju Pos 3.
Keheningan suasana pendakian ini mengajarkan kita untuk bersabar, selalu kompak dalam teamwork,menahan hawa nafsu (lapar serta keinginan untuk mengumpat) karena banyak diantara kita pengennya segera samapai di Puncak pendakian tetapi tidak mau bersabar dalam sebuah prosesnya. Terkadang suasana yang sepi dan romantisme nya alam akan memberikan pemikiran yang terbaik untuk memutuskan sesuatu atas apa yang dialami. Api yang menari di mata pikiranku pun seolah menguapkan rindu hingga menuju pucuknya keheningan malam ini. Dan kami telah sampai Pos 2 untuk istirahat sebentar.
Perjalanan Menuju Pos 3
Pendakian menuju puncak ini jalanan mulai terjal, batu besar, setapak, dan menanjak. Kami merasa tertantang untuk segera menaklukkan perjalanan ini. Lama perjalanan menuju Pos 3 (Puncak) ini kurang lebih 1 jam. Setelah melewati rintangan jalan yang terjal, kami segera bertemu bintang-bintang di langit.
Seakan syukur yang kusimpan di dalam hati berubah menjadi bahagia. Bintang yang bersinar malam ini sangat memukau dan indah di pandang. Akhirnya horeee kami telah sampai puncak, kami segera bangun tenda dan bereskan barang-barang kami. Setelah tenda jadi, kami rebus aer untuk menikmati minuman hangat serta kopi.
Kami pun menghabiskan malam dari luar tenda sembari menatap bintang-bintang. Lalu aku teringat akan statement seperti ini :Jika seseorang mencintai satu bintang di antara jutaan bintang yang lainnya, itu sudah cukup untuk membuatnya bahagia ketika ia melihat bintang-bintang. Maka disinilah letak kebahagiaanku.
Kami segera beristirahat, karena besok kami akan menikmati sunrise dari Puncak Gunung Pundak yang begitu memukau. Mendaki gunung mengajarkan kita untuk memahami dan belajar untuk merendahkan angkuh. Bagaikan mendaki gunung, tunduklah ketika mendaki, tegaklah ketika turun Selalu ada sebuah cerita dan kenangan sebelum sunrise tiba Seorang teman baik mendengarkan petualanganmu. Seorang sahabat melakukannya bersamamu